Chapter 53

49 9 60
                                    

Terbangun dari tidur singkatnya, sejenak Chen Wu menatap Zi Chuan yang tertidur. Melihat gelang waktunya yang hampir mencapai batas lalu mencium keningnya kemudian keluar kamar meninggalkan rumah.

Ttokk ttokk ttok!

"Nona, apa kau di dalam?" tanya pelayan.

Zi Chuan terbangun dari tidur dan melihat Chen Wu tidak lagi di sampingnya atau dalam kamar kemudian meminta pelayan masuk ke dalam.

"Nona, kurasa tuan muda menjatuhkan ini tadi saat terburu-buru keluar," pelayan lalu pergi.

"Sepasang cincin?"

"Aku tidak tahu kalau Chen Wu memiliki cincin ini." Gumam Zi Chuan lagi.

Zi Chuan melihat gelang dan sadar akan segera kembali. Dia segera masuk dalam kamar Chen Wu dan meletakkan cincin di atas meja kemudian hendak pergi. Tapi langkahnya terhenti saat melihat sebuah kotak di samping lemari dekat sudut kamar yang belum pernah dia lihat sebelumnya.

Rasa penasaran membuatnya melangkah maju mendekati kotak tersebut. Perlahan membuka dan melihat kertas dengan potret wanita cantik bahkan beberapa kertas lainnya melukiskan wanita yang sama.

Selain beberapa lembar, Zi Chuan juga melihat sebuah gulungan berwarna merah. Dia mengambil lalu membuka gulungan tersebut.

Matanya terbelalak dan terkejut melihat lukisan berwarna di dalamnya. Terlihat seorang wanita dan pria tampak seperti pasangan yang berpakaian tidak asing di mata Zi Chuan. Si pria menggunakan pakaian yang terlihat sama dengan Chen Wu sementara wanita berpakaian sama dengan pakaiannya saat berada dalam dunia mimpi.

"Xiao Lin... siapa dia?" melihat nama yang tertera di sudut kertas.

Bbrruukkk!

Zi Chuan terjatuh dengan mata tidak percaya dan bernapas berat dengan apa yang dilihatnya pada lukisan.

"Kenapa cincin itu sama dengan...?" menatap ke arah cincin yang tadi dia letakkan di atas meja.

Merasa ada yang mencurigakan, Zi Chuan perlahan berdiri dan melepaskan gelang mimpinya lalu keluar mencari Chen Wu.

Berbagai pertanyaan dan pikiran muncul dalam benaknya. Dia terus menggelengkan kepala tidak percaya dengan pikiran gilanya dan langkahnya terhenti saat mengingat pertanyaan Chen Wu.

"Bagaimana jika... aku bukan Chen Wu yang kau sukai?"

Dia hanya berdiam di tempat dengan pikiran yang menjalar ke mana-mana. Berusaha mengingat kembali saat kebersamaan dengan Chen Wu yang dirasakan curiga. Saat itu, dia memejamkan mata dengan kecurigaan yang semakin besar tapi tidak yakin sebelum mendengar langsung perkataan dari Chen Wu sendiri.

"Apa tuan ingin memesan?" tanya pelayan.

"Hanya teh saja." Jawab Chen Yao.

"Apa yang ingin kau bicarakan denganku?" tanya Chen Wu.

"Bisakah kau menggunakan wajah aslimu?"

"Itu bukan urusanmu wajah siapa yang ingin kugunakan."

Chen Wu meminum teh, menghela napas dengan melihat sekitar lalu meletakkan cangkir dengan mengetuk jarinya di meja. Tampak suara ketukan itu memberikan arti untuk tidak bicara basa basi dan segera ke intinya.

"Jadi wanita itu yang membuat kau menyamar? Menyamar jadi kekasihnya yang sudah meninggal."

"Keturunan laki-laki terakhirku... Chen Wu...!" ujar Chen Yao lagi.

Chen Wu tidak bereaksi terkejut atau apapun mendengar apa yang diketahui oleh Chen Yao, karena dia sudah menduga bahwa Chen Yao sudah mengetahui semuanya mengingat keberadaannya dalam dunia mimpi ini semua karena hati Chen Wu sendiri belum bisa menghilangkan kebencian padanya. Sementara Chen Wu menghabiskan banyak waktu dalam dunia ini yang perlahan membentuk kebencian menjadi berwujud.

"Kau memang akar kebencian dari hatiku bahkan dengan wujud palsu sekalipun." Kata Chen Wu.

"Apa kau pikir aku hidup tanpa merasa bersalah? Meskipun tidak sepenuhnya kesalahanku karena dia yang bertekad membantuku tapi kau...."

"Kau boleh marah padaku, membenciku sepuasnya tapi kenapa! Kenapa keturunanku yang tidak bersalah harus menanggungnya juga!" teriak Chen Yao.

"Karena aku membencinya! Aku muak saat melihat kalian tersenyum! Aku muak saat mendengar marga Chen! Aku muak melihat kalian bahagia di saat aku kehilangan semuanya!" teriak Chen Wu dengan mata nyala merah.

"Dalam hatiku tentu saja ada kebencian dan tidak ada niat untuk balas dendam sedikitpun. Tapi, setelah mendengar perkataanmu barusan membuatku berubah pikiran." Kata Chen Yao.

"Kau mengancamku?"

"Benar... aku mengancammu." Jawab Chen Yao tegas.

Suasana terasa mencekam dan langit perlahan berubah menjadi gelap layaknya malam yang diikuti dengan angin kencang yang membuat kondisi kota kacau dengan orang-orang yang panik dengan perubahan cuaca yang tiba-tiba. Saat itu, Chen Wu berdiri mengakhiri pembicaraan yang hanya akan membuatnya marah lalu melangkah pergi sampai akhirnya mendengar perkataan yang membuatnya berdiri mematung.

"Apa gadis itu tahu... nyawanya dalam bahaya dan kau berniat mengambil nyawanya?" tanya Chen Yao.

In Real And Dream World (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang