Chapter 49

41 9 75
                                    

Tidak seperti dunia mimpi, kali ini cuaca di dunia nyata mendung dengan udara dingin. Sejak Zi Chuan bangun, dia sibuk mengurus barang lamaran untuk dikirim kembali ke rumah Feng Jun tanpa mendengarkan perkataan orang tuanya yang terus menghentikan.

"Pak, kirimlah barang-barang ini ke alamat ini. Terima kasih."

"Aku benar-benar tidak habis pikir denganmu," kata ibu lalu pergi dari rumah.

"Sudahkah kau yakin dengan keputusanmu?" tanya ayah.

"Jika tidak aku tidak mungkin bertindak sejauh ini."

Ayah menepuk bahu Zi Chuan kemudian pergi menyusul ibu yang marah, meninggalkan Zi Chuan sendiri yang termenung dan sibuk membersihkan kamar agar pikirannya teralihkan.

Tokkk tokkk!

Seorang pelayan keluar dan membiarkan kurir masuk ke dalam membawa barang-barang. Saat itu, ayah Feng Jun melihat dan menanyakan perihal mengenai barang-barang itu pada pelayan rumahnya.

"Panggil Feng Jun."

Feng Jun terduduk dalam kamar, tampak semalaman tidak tidur. Tak lama, pelayan datang dan dia segera menuju ruang ayahnya dengan melihat semua barang-barang lamaran tergeletak di halaman.

"Pa, kau mencariku?"

"Apa yang terjadi? Kalian bertengkar?" tanya ayah.

"Pa, tidakkah kau mengerti arti dari pengembalian barang lamaran? Haruskah menanyakan kembali padaku? Aku juga sudah sangat tertekan dengan semua ini." Jawab Feng Jun.

"Untuk saat ini, turuti saja keinginan Zi Chuan. Aku tidak ingin memaksanya jadi batalkan saja pernikahan dan beri dia waktu." Ujar Feng Jun lagi.

"Tapi...!"

"Pa, kumohon padamu berhenti membahas ini dan biar aku dan Zi Chuan saja yang mengurus," kata Feng Jun kemudian keluar ruangan.

Dia berhenti melihat barang lamaran, menghela napas kemudian meminta pelayan untuk membawa semua barang ke belakang sementara dia keluar rumah untuk bertemu dengan Zi Chuan. Tapi saat tiba di rumahnya, dia ragu untuk mengetuk pintu hingga pintu terbuka dan orang yang ingin ditemuinya keluar berdiri di hadapannya.

"Feng Jun."

"Ohhh... kau sedang sibuk?" tanyanya basa basi.

"Hanya beres-beres kamar. Apa... kau sudah...?"

"Aku sudah memberitahu ayahku dan aku sudah memikirkan perkataanmu semalaman dan... aku memutuskan untuk mengikuti keputusanmu."

"Aku tidak tahu apa bisa menjadi teman tapi aku akan mencoba untuk bersepakat dengan hatiku. Baiklah... aku harus pergi ke istana," ujar Feng Jun lagi dengan berusaha menahan suaranya yang bergetar lalu berjalan pergi.

"Maafkan aku! Terima Kasih! Terima kasih sudah memahamiku!" teriak Zi Cuan menangis.

"Tidak perlu mengatakannya... kau mungkin akan menyesali keputusanmu nanti," kata Feng Jun membelakangi sambil melambaikan tangannya.

Hatiku mungkin tidak akan melupakanmu Zi Chuan. Aku melepaskanmu sekarang bukan berarti menyerah melainkan memberimu waktu agar datang sendiri kepadaku suatu saat nanti.

"Kau memang teman terbaikku." Kata Zi Chuan pada dirinya sendiri.

Dia melihat kepergian Feng Jun, menghapus air mata lalu kembali masuk dalam rumah. Sementara langit semakin mendung diikuti dengan angin kencang, membuat para penjual pinggir jalan sibuk memberes barang dagangan mereka dan hujan lebat mulai mengguyur kota dengan petir yang menggelegar layaknya memecahkan langit.

Saat itu, di sisi lain tampak Han Jian berdiri di suatu tempat dengan sorot mata tajam dan penuh kebencian. Dia memandang sebuah makam besar nan megah yang berukiran nama Chen Yao pada dinding depan batu makam.

"Apa kau ingin balas dendam padaku? Apa kau ingin mengacau hidupku lagi kali ini!?"

Suara teriakannya bagai bagian dari petir yang menggelegar kencang, dia mengepal erat kedua tangannya dengan tatapan sangat marah hingga membuat matanya nyala merah lalu menghilang sebelum melakukan sesuatu yang buruk di sana.

Dia berdiri dan memandang sesuatu yang tampak membuatnya merasa tenang. Mata merahnya perlahan menghilang dan berubah menjadi ketakutan. Ketakutan disertai kesedihan yang membuat air mata keluar berpadu dengan air hujan yang mengalir jatuh dari wajah. Melihat bayangan dirinya dalam genangan air, terdiam tampak sedang berpikir sesuatu dan saat itu terlihat bayangan menghampirinya. Sosok bayangan yang memayung Han Jian, dia mengangkat kepala dan melihat Zi Chuan berdiri di hadapannya.

"Apa kau baik-baik saja?"

"Jangan hanya berdiri di sini dan pulanglah." Ujar Zi Chuan lagi.

Han Jian terdiam melihat keberadaan Zi Chuan, tidak terkejut atau berusaha kabur tapi hanya diam menatapnya dengan air mata.

"Senang bertemu denganmu," kata yang keluar dari Han Jian.

Mengenalmu adalah hal yang terindah dalam hidupku setelah kesedihan dan kebencian yang terpendam. Akankah kau tetap bersikap seperti ini setelah mengetahui kenyataan? Tersenyum dan peduli padaku

"Hey... ambillah payung ini."

"Bagaimana denganmu?" tanya Han Jian.

"Aku bisa berlari ke rumah," menunjuk rumahnya.

Zi Chuan membalikkan tubuh, mengangkat kedua tangannya ke atas kepala dan bersiap-siap lari.

"Aku akan mengantarmu ke sana." Kata Han Jian.

Dia menggandeng tangan Zi Chuan, berjalan bersama di bawah payung kecil. Saat itu, Zi Chuan hanya diam dan menatap dari samping. Melihat tangannya yang bergandeng dengan tangan hangat Han Jian. Entah kenapa, dia sendiri tidak berusaha melepaskan tapi hanya menerima meskipun tahu pertemuannya dengan pria asing ini adalah yang pertama kali.

"Masuklah dan hangatkan tubuhmu jangan sampai jatuh sakit." Kata Han Jian.

"Hmm...."

Zi Chuan masuk ke dalam, menyenderkan diri ke pintu gerbang dan melihat tangannya yang masih terasa hangat.

Kenapa aku merasa tidak asing dengan perasaan ini? Apa mungkin aku pernah bertemu dengannya?

Brrukkkkk!

"Aauhhhh!"

"Apa yang kau lakukan di sana?" tanya ibu.

"Kalian sudah pulang?" tanya Zi Chuan sambil berdiri.

"Hari hujan dan restoran sepi." Jawab ibu.

"Ayo masuk di luar dingin." Ajak ayah.

Sore itu, Zi Chuan menghabiskan waktu bersama dengan orang tuanya. Mereka membuat makanan dan makan bersama dalam cuaca dingin yang membuat tubuh serta perasaan lebih hangat.

Zi Chuan juga memberitahu masalah dengan Feng Jun sudah dibicarakan baik-baik dan Feng Jun sudah menerima keputusannya.

"Kami tahu, tadi siang Feng Jun berkunjung." Kata ayah.

"Mulai sekarang bersiaplah untuk bekerja di restoran." Kata ibu.

"Siap!"

Suara tawa mereka mencairkan suasana dingin dalam rumah setelah banyaknya masalah yang terjadi belakangan ini.

Melihat situasi sekarang, Zi Chuan melihat kursi kosong tempat Feng Jun dulu duduk. Dia terlihat khawatir dengan keadaan Feng Jun yang saat ini sedang makan bersama ayahnya di rumah.

Suasana rumah mereka tidak seramai dengan Zi Chuan tapi terlihat semua baik-baik saja tanpa harus khawatir.

Ada waktunya dia merasa sedih tapi tidak akan berlama-lama dan hanya menghabiskan waktu dengan bermain catur dengan ayahnya sambil mengobrol seputar pekerjaan dan bertukar pendapat tanpa sadar hujan di luar berhenti dan hanya meninggalkan udara dingin yang perlahan akan menghilang.

In Real And Dream World (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang