part 2

111 12 4
                                    

*****

Earline kembali menghentakkan kakinya, sudah beberapa lama Dia menunggu Taxi Lewat. Tetapi, yang diharapkannya tidak kunjung datang. Moodnya benar benar hancur sekali. Dia seperti orang kehilangan arah sekarang. Berdiri dipinggir jalan, sambil celingak celinguk tidak jelas. Bayangkan! Betapa kesalnya Dia hari ini. Ditambah perutnya yang sedari tadi koar koar meminta jatah, astaga buruk sekali nasibnya.

"Maaf mbak, saya boleh meminta bantuannya sebentar?"

"Sialan! Gak tau apa yang dipanggil sedang marah? Bodoamat ah." Gerutu earline pelan, Pura pura
tidak mendengar tentunya.

"Mbak Mobilku mogok disana, aku tidak tau harus meminta bantuan kepada siapa lagi."

Earline merasa bahwa yang tengah memanggilnya dengan sebutan 'mbak' itu dirinya, diapun segera bangkit Dan melihat kearah sumber suara.

Astaga jantung earline hampir copot.
Wanita yang memanggilnya ternyata memiliki wajah yang hampir mendekati kata sempurna. Kulit Putih bersih, alis yang tebal, Dan memiliki lesung pipi. Belum lagi wanita dihadapannya ini memiliki tubuh yang tinggi, rambutnya yang tergerai rapi membuatnya terlihat sangat cantik sekali. Cuaca hari ini panas sekali. Namun, tidak Ada kekusaman pada wanita dihadapannya. Earline merasa bahwa wanita itu bukan manusia, melainkan bidadari yang jatuh Dari kayangan. Berlebihan? Tidak sama sekali bagi earline.

"Mbak..mbak baik baik saja kan?"

Wanita itu mengibaskan tangan kanannya didepan wajah earline.

"Mbak? Setua itukah wajahku sehingga Dia memanggilku mbak?" Batin earline.

Earline yang sadar akan Hal itu, Dia langsung menggelengkan kepalanya cepat.

"Eh... tidak tidak! Aku..aku Hanya sedikit kaget saja"

Wanita itu tersenyum seraya menjulurkan tangan kanannya.

"Oh Iya, perkenalkan namaku Fanie Adralita. Kau bisa memanggilku dengan sebutan fanie."

Sekali lagi, fanie tersenyum menampilkan deretan Gigi putihnya.

"Astaga Dia cantik sekali" gumam earline dalam hatinya.

"Namaku elina earline, panggil saja earline."

Earline membalas uluran tangan fanie dengan senyum mengembang.

"Nama yang cantik! Cocok dengan wajahmu yang imut."

"Kau bisa saja. Kau lebih cantik dariku"

"Ah, tidak. Menurutku kau lebih menarik, wajahku terlihat pasaran. Berbeda denganmu."

" kau berbicara apa? Itu terlihat aneh untuk didengar."

Earline sedikit kaget atas pengakuan fanie. Pasaran? Itu jelas tidak. Dia wanita cantik yang berkelas, Dan sepertinya blasteran.

"Ya, wajahku sudah banyak dimiliki oleh model model papan atas. Dan aku merasa bahwa wajahku ini memang pasaran!"

Oh shit! Pengakuan macam apa ini? Apakah Dia menyesali atau sedang memuji dirinya sendiri?

Earline Hanya tersenyum kikuk. Dia bingung harus menjawab apa.

"Hm, ngomong ngomong kau sedang apa disini?"

Earline bersuara ditengah tengah kediaman mereka.

Fanie menepuk dahinya pelan.

"Astaga, aku sampai lupa. Aku mau meminta tolong padamu earline, mobilku mogok. Kau harus membantuku sekarang!"

Tanpa menunggu persetujuan Dari earline. Fanie langsung menarik pergelangan tangannya, seraya beranjak pergi.

"Kita mau kemana?"

"Earline apa kau tidak mendengar aku berbicara apa tadi?"

"Yang mana fanie? Kau banyak bicara sedari tadi, Dan aku tidak mungkin mengingat semuanya kan?"

Fanie melepaskan tangan earline. Dia menatap earline dengan cemberut.

"Kau mengejekku Karna aku banyak bicara?"

"Bukan, aku_"

Fanie kembali menarik tangan earline, Dia tidak peduli sekarang. Gadis ini harus mau membantunya.

Jum'at, 6 Desember 2019

Bukan Sekedar IlusiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang