Part 21

24 6 0
                                    

                                         *****

"Maaf, aku rasa kau begitu lama menungguku." ucap earline setelah berhasil berhadapan dengan ardian.

Pria itu menoleh kesumber suara, setelah beberapa jam matanya memantau di sekelilingnya. Sesekali mendongakkan kepalanya melihat langit langit malam.

Tercengang. Yah, itu adalah satu kata yang mewakili ardian malam ini. Rasanya benar benar sama seperti dulu. Earline selalu cantik ketika memakai gaun selutut itu. Perpaduan warnanya yang begitu cocok dengan warna kulitnya. Itu terlihat lebih cantik dan menarik.

"Ar-ardian?"

"Oh iya, kenapa tadi?"

"Kau tidak mendengar apa apa?"

"Tidak, karna aku terpesona dengan mu malam ini." jujurnya, matanya tidak lepas dari mata indah milik earline.

Earline memerah, dia tidak tahu harus berekspresi seperti apa. Ardian selalu saja begitu, dari dulu. Sikap seperti inilah yang terkadang membuat earline merindukan sesosok ardian. Dia begitu romantis.

"Ki-kita tidak jadi berangkat?"

"Sebentar, rasanya lebih indah jika aku terus menatapmu disini."

Earline mengulum senyumnya, sungguh dia dibuat malu oleh ardian.

"A-aku mau masuk duluan saja jika kau ingin tetap disini." ucap earline dengan sedikit gugup. Kakinya mulai beranjak pergi. Namun, ardian menahannya.

"Ada apa?" tanya earline

"Tuan putri tidak boleh membuka pintu mobil sendiri."

Oh shit!

Ardian selalu saja membuat earline terbang, dan earline merasa dia sudah sangat tinggi sekarang.

Ardian membukakan pintu mobilnya untuk earline. Gadis itu masih menundukkan kepalanya sedari tadi. Entahlah, earline merasa ada yang berbeda jika berada di samping ardian. Dia akan menjadi sesosok gadis pemalu, tidak banyak tingkah, dan tidak banyak bicara.

Di sepanjang perjalanan, keduanya tidak berbicara. Earline terlihat fokus menghadap kedepan. Sedangkan ardian, pria itu selalu saja mencuri curi pandangan.

"Aku rasa kita akan tetap berada di dalam mobil, tidak perlu makan malam." ucap Ardian di sela sela melajukan mobilnya.

"Kenapa? Bukankah kemaren kau mengatakan akan mengajakku makan malam bersama?" tanya earline dengan begitu heran, ada sedikit rasa kecewa dalam lubuk hatinya. Entah kenapa ardian begitu gampang mengatakan itu.

"Aku hanya takut earline"

"Takut sama kakekmu?"

"Bukan itu."

"Lalu?"

"Aku rasa pasti banyak pasang mata yang melihatmu nanti, apalagi para lelaki yang memiliki mata keranjang. Aku tidak suka." jelasnya sambil menatap kembali mata indah milik earline.

"A-apaan sih!"

"Yaudah kita pulang saja" ucap earline lagi, tentu saja dengan kedua pipi yang memerah.

"Kita akan pergi makan malam, tapi ada syaratnya."

"Apa?"

"Selalu di sampingku, tetaplah memegang tanganku. Agar mereka tau, bahwa kau adalah milikku."

Entahlah, rasanya earline ingin menbanting kepalanya. Ardian benar benar membuatnya melayang. Earline rasa, tingkat kegombalannya sangat bertambah sekarang.

Bukan Sekedar IlusiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang