Part 20

32 6 0
                                    

                                        *****

Bruk!

"Au.." gadis itu meringis setelah beberapa detik  terkapar di lantai.

"Maaf, aku tidak sengaja," ucap seseorang yang berdiri itu. Yah, lebih tepatnya sang penabrak.

"Aku akan membantumu," ucapnya lagi sambil mengulurkan tangannya kepada gadis itu.

Dengan cepat gadis itu menepis tangannya, lalu berusaha bangkit sendiri.

"Kau merusak imajinasiku!" geram gadis yang baru saja membersihkan bajunya akibat terjatuh tadi.

Pria itu menaikkan satu alisnya, tidak mengerti apa maksud gadis tersebut.

"Ak-aku minta maaf."

Earline, Gadis itu tidak menjawab apapun tentang hal itu. Yah, gadis yang baru saja terkapar itu bernama earline.

"Kau.."  ucap pria itu sambil menunjuk dengan satu jarinya.

"Apa?!"

"Hey gadis cantik, perkenalkan namaku maroon. Aku senang bisa berjumpa kembali denganmu," ujarnya dengan mengulurkan tangan kanannya sebagai simbol perkenalan.

"perkenalan dengan cara menambrakku begitu?"

"Astaga aku sudah meminta maaf tadi, aku benar benar tidak sengaja."

"Tetapi kau sudah merusak imajinasi indahku!"

"Aku tidak mengerti, imajinasi apa maksudmu? " tanyanya tidak paham atas pengakuan earline.

"Sudahlah tidak penting untuk mu tahu!" ucapnya sembari melangkahkan kakinya pergi.
Namun, hal itu gagal. Karna maroon langsung menjegahnya.

"Eh, tunggu. Aku belum tahu namamu."

"kau sekretaris marchel bukan?" ucapnya lagi.

"Kau ini, jika sudah tahu kenapa masih bertanya lagi?" ujar earline dengan kesal.

"Aku belum tahu namamu!"

"Elina earline, puas? Sudahlah, pergi jangan halangi aku. Aku mau pulang!"

Selesai mengatakan itu, earline dengan cepat kembali melangkahkan kakinya pergi. Rasanya emosi earline akan segera meledak jika masih tetap melayaninya berbicara.

Benar benar kesal? Tentu saja. Earline baru saja membayangkan bagaimana bahagianya nanti jika bertemu dengan ardian, kekasinya. Memikirkan baju seperti apakah yang ia pakai nanti agar terlihat lebih cantik. Hal itu belum sampai selesai, pria bernama maroon itu malah menabraknya. Tentu saja, semua imajinasi cantik itu melayang jauh. Rasanya earline ingin sekali menjambak rambut ikalnya tadi. Namun melihat raut wajahnya, pria itu terlihat sungguh sungguh tidak sengaja.

"Terimakasih pak!" ucap earline sembari menyodorkan uang.

Yah, earline sudah sampai di depan rumahnya setelah beberapa jam yang lalu menstop Taxi.

"Mobil siapa?" tanyanya pada diri sendiri.

Dengan perasaan penasaran, earline berjalan dengan langkah tegapnya. Sesekali matanya melihat ke arah plat nomor mobil itu. Rasanya begitu familiar, tapi earline tidak mengingatnya.

"Hey.. Dia sudah datang. Kemarilah earline, ini temanmu," ucap arlinda sambil memberikan isyarat agar earline cepat menghampirinya.

Earline semakin penasaran, teman? Teman siapa? Earline rasa dia tidak begitu banyak kenalan. Orang itu membelakinya, tentu saja earline tidak bisa melihat wajanya.

Bukan Sekedar IlusiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang