Part 14

28 7 0
                                    

"Kakak mu akan tetap lebih sempurna marchel. Apakah kau tidak sadar atas kekurangan mu?"

Mendengar itu, marchel masih tetap bersuara membantah Opini Menyebalkan yang tidak sesuai kenyataan, Menurutnya.

"Tentu saja aku tidak akan sadar, karna aku memang yang sempurna. Lihatlah, tuhan mengkaruniai ku wajah yang sangat tampan Dan juga tubuh tinggi. Bahkan, yang katanya kakak Ku itu masih di bawahku!"

"Hey! Walaupun kau lebih tampan dari kakakmu, Tetapi Sampai Saat ini kau tidak memiliki Kekasih. Ketampanan apa yang kau maksud? Kenapa tidak ada satupun wanita yang kecantol dengan ketampanan mu itu?"

Jleb! Astaga demi apapun, marchel dibuat malu oleh mamanya sendiri. Semua orang sedang menertawakannya, termasuk wanita yang tengah bergelanyut manja di tangan kanan marvel, wajahnya terlihat begitu bahagia. Ya, bahagia karna menertwakan kejombloan marchel.

Ah, itu tidak benar.

"Menjengkelkan!" Ucapnya pelan.

"Cukup ma! Itu tidak benar. Tentu saja aku sudah memiliki Kekasih sekarang!"

Keadaan kembali normal, suara tawaan berhenti Seketika. Semua menatap Marchel tidak percaya.

"Tetapi, aku belum siap membawanya kesini. Dia gadis yang cantik!" Ucapnya lagi.

"Omong kosong! Aku tidak percaya Hal itu. Dia selalu saja berbohong!"
Marvel berprotes, dia tidak terima atas ucapan ngaco adiknya.

"Hey diamlah! Aku tidak sedang berbicara denganmu." Geram marchel pada kakaknya itu.

Tepukan tangan terdengar di telinga marchel. Ya, itu berasal dari mamanya.

"Ah, itu benar marvel aku mendukungmu."

Lagi lagi Ariana membela anak tunggalnya itu. Dan itu sangat Menyebalkan untuk marchel, dia merasa sedang dikeroyok. Satu orang melawan Lima orang? Tentu saja dia kalah terlebih dahulu.

"Sudah sudah, kita minta bukti saja sekarang. Marchel, oma minta bawalah gadis itu segera Bagaimana?"

Yantini, mulai memberikan Saran untuk cucu termudanya itu. Tunggu, marchel merasa itu Bukankah sebuah Saran, melainkan jebakan sekaligus ledekan murni.

"Oma, marchel harus fokus terlebih dahulu terhadap perusahanku.
Soal gadis itu, Tunggu waktu yang tepat saja. Bukan begitu pa?"

Kali ini marchel meminta dukungan dari papanya, berharap papanya akan mengiyakan pendapatnya. Ya, semoga.

"Hm, aku rasa marchel ada benarnya juga."

Bukan, itu bukan garbash yang menjawab. Melainkan gadis yang tengah mergelanyut manja di tangan kanan marvel tadi, dengan posisi tangan menompang dagu, seraya melempar Senyuman kearah marchel.

Gadis itu bernama fanie, wanita berparas cantik  blasteran Taiwan. 

Melihat itu, marchel membalas Senyuman tersebut. Namun, tidak lama kemudian semuanya kembali pada topik pembicaraan.

"Ah, itu tidak buruk juga. Aku menyetujuinya."

Akhirnya, garbash papa dari marchel menyetujuinya. Membuat seorang marchel berani tersenyum menampilkan deretan giginya.

Jika seorang marchel diluar Sana bersikap dingin, anti senyum. Namun, ketika dirumahnya dia akan berubah. Entahlah, itulah apabila marchel berada di posisi sedang bersama fanie, wanita yang begitu ia cintai.

Semua keluarga Bangkasara menginginkan marchel secepatnya memiliki Kekasih. Namun, papanya dia tidak terlalu menekankan itu. Garbash selalu menginginkan marchel konsisten untuk mengembangkan perusahaannya. Soal itu, Garbash menyerahkan seluruhnya pada marchel.

Marchel merasa sedikit lega, Hal itu membuat dirinya tidak sendirian. Marchel sendiri tidak tahu harus mencari wanita dimana. Menurutnya, itu sangat susah.
Apalagi hatinya masih mencintai wanita yang sudah bersama kakaknya sekarang.

"Yasudah, aku tidak peduli itu. Pa, aku menyuruhmu pulang untuk mendiskusikan perayaan anniversary Ku nanti, bukan tentang perusahaan marchel Serta kejombloannya!"

Dan sekali lagi, suara gelak tawa kembali pecah mendengar ucapan marvel.

Rasanya marchel ingin sekali menyumpal mulut marvel dengan sampah sneck yang ada didepannya sekarang.

Namun, rasanya dia harus menunda dulu niat penuh barokah ini. Karna ada Hal lain yang lebih penting. Tentang hati yang mulai tergores mendengar perayaan anniversary  itu.

"Aku keatas dulu. Berdiskusilah, tidak usah melibatkan aku dalam urusan yang Hanya membuang waktu berhargaku!"

Marchel segera bangkit dari duduknya, Seraya bergegas melangkah menaiki tangga.

"Ya, pergilah! Dan aku tidak meminta bantuanmu marchel. Ratapilah kejombloanmu itu sendirian."

Demi apapun, marchel sangat geram dengan mulut kakaknya itu.

"Sepertinya Belum pernah di tampol menggunakan sepatu mahalku." Gerutu marchel namun tidak didengar oleh siapapun.

Sedangkan dibawah Sana, sedang tertawa puas seperti tanpa beban.

Marchel melangkahkan kakinya begitu cepat, rasanya ingin sekali dia memiliki kekuatan terbang, agar tidak perlu mengeluarkan tenaga Hanya untuk menghindari ledekan mereka.

Fanie. Wanita itu memperhatikan langkah marchel, hingga tubuhnya mengecil, hampir tidak terlihat.
Dahinya berkerut, menatap fokus kearah tubuh marchel.

Rupanya Pria itu masih berdiam diri di ambang pintu. Fanie semakin memfokuskan tatapannya, berusaha membenarkan apa yang telah menjadi keyakinannya.

Dan, ternyata benar. Pria itu masih terdiam di ambang pintu.

"Tidak ada suara lagi"
Ucap marchel setelah merasa suara gelak tawa itu Perlahan menghilang.

Hanya suara obrolan obrolan tidak begitu jelas yang tidak bisa di mengerti olehnya.

Spontan marchel membalikkan tubuhnya, berniat melihat kondisi di bawah Sana.

Entahlah, apakah marchel harus bahagia atau kecewa. Rasanya senang, karna kedua matanya justru bertemu dengan fanie. Wanita yang begitu ia cintai.

Namun, mengingat wanita itu sudah ada yang memiliki, hatinya seperti sedang di hujani belati. Apalagi yang memiliki adalah kakaknya sendiri.

Fanie adalah satu satunya wanita yang membuat marchel bisa mengenal apa itu cinta. Dan Bagaimana rasanya mencintai dengan tulus.

Kembali mengkerutkan kening, fanie tersenyum geli melihat marchel yang Hanya diam mematung. Cukup lega, karna Pria itu tidak apa apa. Pikirnya tadi, marchel pasti sedang serangan jantung akibat celotehan kakaknya tadi.

Tetapi, kenyataannya memang begitu, kondisi Marchel memang sedang serangan jantung sekarang. Bagaimana tidak? Fanie sedang tersenyum manis kearahnya. Dan ini adalah serangan jantung yang tidak memiliki dokter.

Spontan jantung marchel berdetak lebih cepat, Senyuman singkat terbit dari bibirnya. Tidak lama kemudian, marchel langsung berbalik seraya menutup pintu kamarnya.

Rasanya marchel ingin mati saja, kenapa dia selalu merasa lemah begini jika bertatapan dengan fanie? Ah, fanie benar benar kelemahannya, selalu saja membuatnya gugup.

Hay.. makasih banyak yang sudah mampir, tolong berikan dukungan kalian terhadap cerita BSI ini. Semoga kalian suka..💜

-Sabtu 7 maret 2020-

Bukan Sekedar IlusiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang