part 7

42 8 2
                                    

*****

"Kau terus mengikuti langkahku"

"Aku sudah mengatakannya tadi."

"Mengatakan apa?"

"Aku sudah mengatakannya tadi marchel!"

"Aku tidak mengingatnya, mengatakan apa?!"

Oh shit! Marchel benar benar lupa, Padahal Hanya beberapa menit yang lalu Maroon mengatakan kalau Pria itu mau menginap dirumahnya. Seberapa banyak pekerjaan yang ia lakukan? Sehingga mengingat Hal hal kecil tidak bisa? Astaga itu membuat maroon sedikit kesal.

"Aku mau menginap dirumahmu."

Lift kembali terbuka, membuat dua Pria yang Ada didalam tadi bergegas keluar. Ya, siapa lagi kalau bukan marchel Dan maroon. Dua Pria yang berdebat tadi.

"Aku tidak mengatakan iya, kau pergi dari hadapanku."

"Aku tidak memintamu untuk mengatakan 'iya' Karna aku menyatakan. Bukan meminta persetujuan."

"Kau_"

Marchel terlihat menggeram. Dia benar benar ingin menonjok wajah sahabatnya itu, ya jika dia sempat. Tapi, tidak Ada waktu untuk melakukan itu sekarang.

Dengan santai maroon membuka pintu Mobil marchel lalu masuk kedalamnya.

Marchel melihat itu, Namun dia membiarkannya. Pikirnya, nanti dia tidak akan membiarkan wajah nyantai maroon kembali memenuhi suasana mobilnya. Ini miliknya, bukan Pria yang sedang duduk disebelahnya ini.

"Kau terlihat sudah berubah akhir akhir ini"

Maroon membuka percakapan ditengah keheningan beberapa menit yang lalu.

"Tidak Ada yang berubah denganku. Ah, apa maksudmu aku lebih tampan?"

"Kau terlihat lebih tua Dan jelek!"

Mata marchel membulat menatap Pria yang disebelahnya. Apa maksud Pria itu? Menyebalkan.

"Apa maksudmu? Kau lebih tua dariku."

"Ya maksudku pakaianmu sekarang, Dan aku melihat kau sudah menjadi Pria pekerja keras. Bukan seperti sebelumnya."

Ya, memang. Marchel dimasa lalu adalah seseorang yang selalu bergantung pada ayahnya. Namun, ketika menginjak usia 25 tahun ia diberi kepercayaan untuk menjalankan perusahaan pemberian ayahnya.

"Terimakasih aku anggap itu pujian."

Marchel terlihat semakin menancapkan gas, tatapannya kembali lurus menghadap kedepan.
Marchel ingin cepat cepat sampai kerumah, kalau tidak Pria disebelahnya ini akan selalu mengoceh tidak jelas.

"Kau terlihat kesal? Kenapa?"

Itu bukan pertanyaan, melainkan memancing amarah seorang marchel Bangkasara. Maroon tentu sudah tau kalau Pria itu sedang kesal sedari tadi kepadanya.

Tidak Ada sahutan, tampaknya marchel benar benar kesal padanya.
Membuat maroon menahan untuk tidak terjungkal sambil tertawa. Membuat marchel kesal Tentu sangat mudah, Dan itu adalah balasan Karna marchel sudah menghinanya beberapa Saat yang lalu.

Marchel memicingkan matanya melihat Mobil yang merasa tidak asing.

"Seperti Mobil pacar kakakku" batinnya.

Marchel masih memperhatikan Mobil itu, hingga semakin dekat lalu menyalip mobilnya sendiri. Matanya beralih pada plat nomor dibelakang Mobil Putih tersebut. Ternyata dugaannya benar, Mobil itu milik pacar kakaknya.

Bukan Sekedar IlusiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang