Part 35

28 4 1
                                    

*****

Ini merupakan suatu keberuntungan untuk Earline. Karna dipagi yang begitu cerah ini, seorang Marchel tidak memarahinya seperti hari-hari kemaren. Padahal, Earline terlambat diwaktu ia masuk jam kantor.

Dinda tadi mengatakan Marchel sedang marah-marah memanggil namanya.

Namun, ketika dia masuk Marchel malah menerima telpon entah dari siapa.

Pria itu terlihat tenang dan menyungging senyuman di bibirnya.

Earline menghela napas lega, kemudian gadis itu berjalan setelah berhasil menutup kembali pintunya.

“Tuan Marchel,” sapanya sembari duduk tanpa perintah.

Marchel yang merasa dipanggil, segera melihat kearah sumber suara. Kemudian kembali mengetik sesuatu di komputer didepannya.

“Ini dokumen yang lama,” ucap Earline menyodorkan buku tipis warna merah tadi.

“Hari ini kau terlambat, tapi aku lelah memarahimu. Kau hanya terus berjanji tanpa mau menepatinya.”

“Aku kelelahan karna Ac—”

“Sudah!” Marchel mengibas tangannya, lalu mengambil buku merah tadi. Membukanya, lalu membacanya.

“Kerja yang bagus,” puji Marchel kembali menutup buku itu.

Earline tersenyum miring, Gadis itu menyisir poni depannya menggunakan jari-jarinya. Lalu, meniupnya mengakibatkan poni itu kembali tidak rapi karna ulahnya.

“Aku memang selalu bekerja dengan baik, kau saja baru menyadari itu!” ujarnya kembali menyungging senyuman sombongnya.

Marchel menatapnya tidak percaya, “Kau PD sekali, padahal kerjamu hanya sekarang yang bagus.”

“Terserah kau saja Marchel!”

“Hei, Aku bosmu setidaknya panggil namaku dengan sopan!” geramnya.

“Iya, Marchel Bangkasara!”

“Bukan gitu!”

“Gimana coba?!”

“Panggil tuan seperti sebelumnya,” pinta Marchel.

Earline memutar bola matanya malas.

Ceklek

“Hei, gadis cantik kita bertemu lagi!”

Earline menatap laki-laki disampingnya dengan tidak percaya, kemudian bergidik ngeri melihat senyumannya.

“Ih, tanganmu!” Earline memukul tangan Maroon dengan keras, karna laki-laki itu dengan lancangnya mencolek dagu Earline.

“Apakah kita berjodoh? Oh, tentu aku sangat bahagia jika memang begitu,” ujar Maroon berbinar-binar menatap Earline.

Pria itu sama dengan Marchel, sedang mengenakan jas hitam dengan berbalut kemeja putih didalamnya. Tak lupa, dasi biru juga terpasang rapi dibagian lehernya.

Bukan Sekedar IlusiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang