Part 33

31 4 0
                                    

       Now Playing = Airplane pt.2 -BTS 🎧

                                   *****

Di tengah keramaian, dengan musik yang masih mengalun sempurna. Fannie berjalan dengan wajah yang sedikit panik. Gadis itu sendirian sekarang, berniat keluar untuk memastikan saja bahwa Pria yang di khawatirkan itu masih ada ditempat yang sudah biasa ia kunjungi ketika merasa kacau.

Pikirannya tak lain, Dia hanya takut Pria yang di yakini berada di sana malah tidak ada. Kakinya terus melangkah berjalan keluar, matanya terus menyapu ke berbagai arah.

Sebelum pergi keluar, Fannie sebelumnya sudah meminta izin ke Marvel. Dia bilang, mau ketoilet. Hal yang lumrah bagi seorang perempuan ketika ada acara seperti ini.

Sambil sedikit mengangkat gaun yang Dia pakai, Fannie dengan pelan menuruni tangga kecil yang ada di teras rumah itu.

Beberapa langkah, Fannie menemukan sesosok Laki-laki dengan penampilan acak-acakan sedang duduk terungkup, wajahnya menyelam di kedua tangannya yang sengaja di letakkan di atas kedua lututnya.

Dengan keberanian yang tinggi, Fannie berjalan mendekatinya. Duduk tanpa suara disampingnya, Pria itu diam, karna tidak menyadarinya.

"Ma-Marchel.." Panggilnya, tangannya mulai berani menyentuh punggung kirinya.

Tidak ada sahutan, namun beberapa detik kemudian Pria itu perlahan mendogak karna suara yang begitu familiar untuknya.

"Ka-kamu? Kenapa ada disini?!" Nada bicaranya terlihat tidak percaya dan kecewa.

"Ak-aku hanya khwatir.." Ucap Fannie, menurunkan tangannya.

"Khwatir?" Marchel menatapnya remeh. "Kamu khawatir? Sejak kapan? Jika kamu benar-benar begitu padaku, harusnya kau tidak akan mau bertungan dengan Marvel!" lanjutnya, dengan nada tinggi.

"Atau kau berubah pikiran kesini? Kamu mau mengajakku masukkan? Lalu mengganti cicin itu dengan cincin pemberianku? Oh, kamu berubah pikiran?" Marchel sedikit berbinar dengan ucapannya sendiri.

"Kau benar mau bertungan denganku Fannie? Hah?!" Tanyanya penuh dengan harapan.

Kedua tangannya memegang kedua bahu Fannie, sedangkan Gadis itu menatap sedu Pria yang ada didepannya ini.

"Kamu jangan terlalu berharap gini Marchel, Aku tidak mungkin bertungan denganmu. Aku sudah bertungan dengan Marvel," Ucap Fannie sambil menggeleng tidak percaya dengan ucapan Marchel tadi.

Marchel menyerigai mendengar itu.

"Lalu untuk apa kesini? Mau pamer cincin itu? Mau bilang, kalau kau sudah resmi jadi tunangan Marchel, begitu?!"

Fannie menggeleng lemah, "Tidak Marchel, Aku kesini karna benar-benar khawatir kepada mu."

"Kau selalu saja begitu, kamu selalu memberikan harapan yang sama untukku. Kenapa? Aku tahu kau pasti mencintaiku bukan Marvel, kan?!"

Sekali lagi, Fannie menggeleng.

"Kau terlalu percaya diri, kau terlalu membawa semuanya perasaan. Aku khawatir karna kamu adalah adek Marvel, dan kau juga pernah menyelamatkan nyawaku dulu. Ma—"

"Cukup!" Marchel bangkit dari duduknya, menatap kecewa Fannie yang juga berdiri mengikutinya tadi.

"Marchel, kau harus berani membuang perasaanmu padaku. Aku tahu, banyak wanita yang lebih baik dariku diluar sana. Kau tidak bisa memaksaku untuk mencintaimu, nyatanya aku menganggapmu seperti adik, adik laki-laki yang aku sayangi."

Marchel menatap tidak percaya dengan ucapan Fannie tadi, "Kau mudah menyuruh seperti itu, karna bukan kamu yang merasakan ini!"

"Aku Mencintaimu Fannie, jauh sebelum Marvel menyukaimu. Aku adalah cinta pertamaku, dan aku tidak mau kamu bersama Dia!"

"Tolong.. Kurang apa dariku? Aku sudah berubah semakin baik seperti ini, ini karna kamu. Kau adalah perempuan pertama yang mengenalkan Aku terhadap cinta. Yang justru Awalnya Aku mengabaikannya."

Marchel meraih kedua tangan Fannie, menggenggamnya dengan lembut. Menatapnya begitu dalam, dan penuh segudang harapan.

"Marchel.."

"Jangan mengatakan apapun yang membuatku sakit lagi, tolong Aku akan terus berusaha untuk mendapatkan Cintamu. Apapun itu caranya, bahkan jika suatu saat nanti Aku harus bertengkar dengan Marvel. Aku rasa, Aku akan melakukan ini, jika kau dan Marvel lebih nekat!" Ucap Marchel dengan begitu yakinnya.

"Marchel.. Kau.."

Fannie, Gadis itu berlinang air mata mendengar apa yang di ucapkan Marchel tadi. Ini bukan Marchel yang Dia kenal, Dia sungguh berbeda di matanya sekarang.

"Aku akan terus mencintaimu, pegang itu!" ucap Marchel dengan yakin.

Marchel akan lebih banyak mengeluarkan kata-kata jika Dia sudah berhadapan dengan Fannie. Marchel akan berubah lembut ketika berbicara dengan Fannie. Itu semua karna Marchel benar-benar mencintai Gadis itu.

Tapi, kali ini Marchel lebih memilih tegas untuk Fannie. Menegaskan bahwa ucapannya tidak main-main, Dan Dia benar-benar Mencintai gadis itu lebih dari apapun.

                                ******

"Udah berhenti disini!"

"Aku bilang berhenti disini, ya berhenti cepat!"

"Ardian, ku jambak rambutmu kau mau?!" Ancam Earline lagi, karna Pria itu tidak berkunjung menghentikan Mobilnya.

Kedua tangan Earline sudah berada di atas rambut Ardian, Gadis itu akan benar-benar melakukannya jika Ardian tetap nekat melajukan mobilnya.

"Nah.." ujar Earline setelah Mobilnya berhenti tepat di bawah pohon tidak jauh dari rumahnya.

Iya, Earline tidak mau Ardian mengantarnya lebih dari ini. Karna Dia yakin, kedua orang tuanya akan terus bertanya tentang siapa Laki-laki ini.

Dan Earline juga memiliki Alasan lain. Earline juga takut, Kayla akan melihat ini. Mengingat Gadis itu juga mencintai Ardian. Jadi, Earline tidak mau menyakiti sepupunya lebih dari itu.

"Earline, Kau sangat berubah drastis, padahal Aku belum bertunangan dengan Gadis pilihan Kakekku itu. Dan aku sudah berniat akan membatalkan ini semua, Ak—"

"Ardian jika kamu menantang Kakekmu, kau tidak memikirkan Aku? Kakekmu akan mengatakan jika semua ini ulahku. Seharusnya Kau tau itu!" Ucap Earline.

"Tidak Earline, Kakekku tidak mungkin membencimu. Aku akan mengenalkan kamu dengan Kakekku, jika kamu mau besok. Kakekku pasti akan berubah pikiran jika Dia tahu kamu. Dia sangat baik!"

Earline menatap Ardian dengan raut wajah sedu.

Tapi aku tidak mau melakukan ini Ardian, ini akan menyakiti Kayla. Dan kamu terlambat merencanakan ini.

Earline tidak menjawab, Dia tersadar dari lamunannya. Kemudian berbalik arah membuka pintu Mobil.

"Earline tunggu!" Ardian juga melakukan Hal yang sama. Laki-laki itu turun juga dari Mobilnya.

"Earline tunggu!" Ucapnya lagi, Sambil memegang lengan kirinya.

"Lepaskan!" Earline membrontak, membuat pegangan itu berakhir.

"Earline kenapa kau berubah seperti ini? Apa salahku? Aku sudah jujur, Dan sudah mau usaha untuk tetap mempertahankan hubungan kita!"

Iya, Earline tahu itu. Ardian memang Pria yang selalu jujur tentang apa yang menimpa Laki-laki itu. Dan awalnya, Earline akan memaafkan Ardian dan mencoba untuk mendengarkan dengan baik apa yang Dia ucapkan lagi.

Tapi, semua itu berubah ketika Dia tahu bahwa Tunangan yang dimaksud adalah sepupunya sendiri. Dan yang Earline sekarang lakukan adalah, berusaha menghindar darinya.

"Earline ku mohon.. Aku sudah mencintaimu lebih dari satu tahun, Aku tidak mungkin bisa melupakan itu!" Ucap Ardian lagi. Lagi-lagi dengan wajah penuh harapan dan tatapan sedunya.

"Lupakan Aku Ardian, Aku sudah punya Pacar!"










-Minggu, 28 juni 2020.





Bukan Sekedar IlusiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang