Part 17

23 6 0
                                    

                                         *****
Setelah selesai memberi tahu marchel, jalan menuju rumahnya, Earline merasa lebih tenang. Yah, walaupun pria itu tidak Bertanya tapi, tetap saja dia harus memberi tahu ini Agar earline bisa lebih tenang.

Earline mengedarkan padangannya, rasanya begitu menyejukkan udara malam seperti ini. Dan tunggu, kenapa marchel menepikan mobilnya? Ada apa ini?

"kok berhenti?" tanya earline heran.

"mogok!"

"jangan bercanda"

Marchel menatap earline tajam, hingga membuat earline tertegun melihatnya.

"Turun!"

"ngapain? Belum sampai juga."

"doronglah semua ini gara gara kamu!"

tidak pernah ada kelembutan pada pria ini, setiap hari selalu seperti singa jika berbicara dengan earline.

"siapa yang jantan disini? Bukankah itu kamu? Ya kamu lah yang dorong enak saja." ucap earline sambil melipat kedua tangannya di dada.

"mobil ini milikku, kau penumpang, jadi kaulah yang harus mendorongnya!" geram marchel.

"aku tidak kuat!"

Tidak ada sahutan, marchel rasa percuma berdebat dengannya. Untuk kedua kalinya marchel mengalah. Sebenarnya, mobilnya tidak benar benar mogok. Itu hanya sebuah akal akalannya Agar earline mau keluar mendorongnya, setelah itu akan dia tinggalkan gadis gila itu. Rasanya begitu gerah, apabila gadis itu terus berada di sebelahnya.

Namun, rencananya gagal lagi.

Marchel kembali melajukan mobilnya, melihat itu, tentu saja earline kaget bukan Main. Ternyata marchel berusaha membohonginya, hal itu  membuat kewaspadaan earline bertambah.

Tidak ada percakapan apapun Di antara mereka, hanya deruan mesin kendaraan yang berlalu lalang. Serta hembusan angin malam yang begitu menyejukkan.

Sekali lagi, marchel kembali menghentikan mobilnya. Yah, ketika Earline hampir menutup mata karna lelah dan ngantuk. Terpaksa harus menundanya.

"kok berhenti lagi?" tanya earline

"kau tidak lihat aku berhenti dimana? Aku sedang lapar!"

Spontan Earline melihat kearah depan, ternyata marchel berhenti di Restorant yang pernah ia kunjungi kemaren bersama fannie.

Marchel bergegas keluar tanpa mengajak earline yang masih fokus menatap Restorant itu dari dalam kaca.

Ketika earline sadar marchel sudah pergi, earline hanya diam.

"Aku rasa tidak perlu mengikutinya, lagian aku tidak memiliki uang banyak untuk membeli makanan disini. Yang ada kalau ikut, malu maluin."

Earline mengangkat tangan kirinya, melihat Jam yang melingkar di pergelangannya. Waktu menunjukkan 22: 12 Wib. Ini sudah sangat malam menururtnya, dan dia belum sampai juga ke rumahnya.

Earline mengela nafas gusar, rasanya benar benar lelah.

Disisi lain, Marchel terkejut bukan Main. ternyata gadis itu tidak ikut turun dengannya. Padahal dia benar benar sedang lapar, dan ini bukan bagian dari rencanya. Pikirnya, earline tidak mau turun karna takut terbohongi lagi olehnya. Padahal tidak.

Tanpa sadar marchel tersenyum geli dengan semua ini.

Rasanya ingin sekali menghampirinya Dan menyuruhnya turun untuk makan bersama, tapi itu tidak mungkin. Yang ada dia makin besar kepala nanti. Alhasil, marchel memakan sendirian.

Bukan Sekedar IlusiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang