part 11

42 7 0
                                    

*****

Bukan sebuah cincin Putih yang akan melingkar di jari manis earline.

Melainkan sebuah gelang cantik berbentuk mutiara Putih cerah.
Terdapat rantai rantai kecil sebagai pengikat mutiara itu. Dengan perpaduan warna putih dan Biru langit, membuatnya terlihat lebih memikat.

Ardian memasangkan gelang itu tepat di pergelangan tangan kiri earline. Sangat indah, cocok sekali dengan warna kulitnya yang Putih bersih.

Disisi lain, earline merasa sedikit kecewa. Harapannya tidak sesuai dengan kenyataan.

Bukan tidak bahagia, Tetapi earline Hanya sedikit bersedih. Ternyata keinginannya belum juga menjadi nyata.

Earline masih berpegang teguh atas ucapan Pria itu. Ardian, pria itu bukan tidak mencintainya. Namun, mengingat pesan almarhum ayahnya bahwa beliau menginginkan Ardian  lebih fokus untuk memanfaatkan usia mudanya dengan baik. Agar pada nantinya dia tidak terkejut Bagaimana rasanya menjadi penangung dalam berumah tangga.

Masa depannya masih panjang, Dan keinginan beliau adalah melihat Ardian tidak bergantung kepada orang tua, ataupun orang lain, itulah harapannya. Dan Ardian masih berada pada tahap itu, belum mengakhirinya.

Ardian adalah Pria penurut. Membantah keinginan orang tua itu adalah ketidak mungkinan. Karna menurutnya, itu merupakan sesuatu kebaikan akan masa depannya nanti.

Earline. Ingatan gadis itu kembali berputar, mengingat hubungannya yang kian lama ini. Dia tidak pernah menceritakannya kepada kedua orang tuanya. Yang mereka tau, earline adalah gadis yang masih sendiri alias single.

Alasan tersimplenya adalah karna belum Siap, Apalagi mengetahui Sifat orang tuanya yang begitu menuntut.

"Ini sangat indah. Apakah kau menyukainya?"

Mengangguk. Itulah yang dilakukan earline setelah Ardian menanyakan itu. Kemudian, Senyuman kecil mulai terbentuk dari kedua bibirnya.

"Aku menyukainya, Terimakasih ini berharga."

Earline memeluk Ardian begitu erat, walaupun dia merasa sedikit kecewa. Tapi tidak bisa dipungkiri Pria didepannya ini sudah berusaha untuk membuatnya selalu tersenyum. Ardian sangat baik padanya.

Walaupun keduanya jarang bertemu beberapa hari ini, karna keduanya sama sama disibukkan dengan Pekerjaannya. Namun, Hal itu tidak mengurangi cinta mereka.

"Kenapa kau meneteskan air Mata? Apakah gelang ini terlihat buruk dimatamu?"

Ardian melepas pelukannya, menatap khawatir kearah earline.

Earline yang sedang ditanya seperti itu, spontan dia langsung menggelengkan kepalanya cepat.

"Tentu saja tidak. Aku menangis karna bahagia, bukan karna gelang buruk seperti ucapanmu. Aku menyukainya, ini sangat indah."

"Aku senang mendengarnya, tetaplah bersamaku."

Earline mengangguk pelan, hingga pada akhirnya Ardian kembali menenggelamkan earline kedalam pelukannya. Seraya mengelus rambutnya begitu lembut.

*****

Earline. Gadis itu tengah disibukkan dengan tumpukan kertas kertas penting yang berserakan di mejanya.
Tangan kanannya tidak berhenti mengayunkan bolpoin bertinta hitam itu, memindahkannya setelah tinta hitam itu berhasil ia tumpahkan secara rapi.

"Earline, antarkan berkas berkas penting ini secepatnya!"

Dinda kanyadewi wanita berumur 26 tahun itu sedang menghampiri earline sambil memberikan berkas berkas penting yang sebelumnya ia pegang. Ya, seperti kemaren. Earline harus kembali memasuki ruangan atasannya itu. Siapa lagi jika bukan marchel Bangkasara.

"Hmm Bagaimana jika kau saja yang mengantarkannya hari ini? Kau Lihat aku masih banyak tugas bukan?"

Dinda wanita itu menggeleng cepat. Ini bukan tugasnya.

"Hey kamu bicara apa? Bukankah ini tugasmu? Tugasku Hanya dibagian pembukuan saja. Cepatlah pergi jangan membuang waktu lama!"

Earline terlihat memajukan bibirnya beberapa senti. Oh shit! Dia sedang kesal.

"Jangan sampai bos tertampan kita akan melakukan pemecatan lagi kepadamu. Kau mau itu terjadi? Ayolah bangun, kau lelet sekali."

Dinda berdecak sebal, earline masih duduk manis. Membuatnya harus menarik paksa gadis itu untuk bangun.

"Ayo antarkan ini secepatnya!"

Earline memutar bola matanya malas, ternyata selain orang orang disekitarnya hobi membuatnya terkejut. Earline baru sadar, orang orang juga hobi sekali menarik tangannya secara paksa. Menyebalkan!

"Dinda tidak usah menarik narik tanganku seperti ini. Aku akan segera pergi, Tapi tolong lepaskan! Jika kau terus seperti ini, lalu Bagaimana caraku untuk membawa berkas berkas ini?"

Dinda tersadar, wanita itu menyengir kuda. Buru biru dia langsung melepas tangan earline.

"Ngomong dari tadi dong"

Earline. Gadis itu tidak menjawab lagi tentang apa yang keluar dari mulut wanita didepannya ini.
Tangannya sibuk menyusun berkas berkas itu dengan rapi. Lalu membawanya pergi.

Dengan rasa malas yang sudah sangat memuncak. earline berjalan lemas seperti wanita yang sedang mabuk. Ah, earline benar benar belum bisa terbiasa dengan semua ini.

Ketahuilah elina earline memang seorang gadis pekerja keras. Namun, tidak bisa membantah. Bahwa Disisi lain Earline juga termasuk gadis pemalas.

Bekerja dari pagi hingga menjelang malam. Itu membuat waktu tidur siangnya tidak terlaksanakan. Dan di waktu seperti inilah kantuk benar benar menyerangnya. Earline sangat mengantuk, Sungguh!


Hay jika kalian menemukan typo tolong komen ditempatnya yah, makasih..💜

Oh iya btw makasih banyak yang sudah mendukungku dari awal. Yah, walaupun tidak menekan bintang juga gak apa apa. Setidaknya kalian membacanya itu sudah cukup Bagi pemula sepertiku. Love you💜💜


-Senin 13 januari 2020.-

Bukan Sekedar IlusiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang