[5] RESE TAPI GEMES

191 43 1
                                    


.

"Hm, gue penasaran sama ruangan yang di gudang tadi," kata Arthur sembari mengunyah makanan ringan.

Jean menyaut "gue malah penasaran banget, abisnya bapak-bapak tadi tingkahnya aneh banget! Kek nyembunyiin sesuatu!" Matanya berkedip menatap langit.

"Haaa! Gue baru inget," Ucap Jean berbinar sembari memukul keras pangkal lengan Arthur "waktu itu gue, Ella sama Aland pernah ketemu tuh bapak! Dia lagi bawa kertas-kertas bukti pembayaran uang kuliah mahasiswa!"

"Lah trus hubungannya sama topik kita apa?" Kata Arthur manyun sembari mengelus lengannya yang terasa panas.

"Dia bukannya ke ruang administrasi malah ke.."

Belum siap Jean menyelesaikan ucapannya, sebuah suara gaduh menyentakkan keduanya. Arahnya dari auditorium tepat disebelah kanan mereka.

Tanpa pikir panjang Jean dan Arthur menuju sumber suara tersebut, mereka melihat kerumunan memadati pintu auditorium. Sepertinya ada sebuah perkelahian.

Tubuh langsing Jean mencoba untuk menyelip, dari dalam terlihat Mr. Roney beserta dekan bidang administrasi umum fakultas fotografi, Lil Eric sedang adu jotos, juga saling melontarkan kata-kata kasar.

"Apa yang anda kerjakan selama jadi dekan? Apa cuma memakan uang mahasiswa?!" Tanya Mr. Roney sarkas.

Eric tak menanggapi, ia bersikap lebih santai menghadapi pertengkaran ini.

"Saya sudah usahakan yang terbaik, Roney! Dekan bukanlah apa-apa tanpa perintah dari rektor, semuanya sudah terkendali!!" Hardik Eric

"Omong kosong!" Mr. Roney melempar kursi tamu disebelahnya kepada Eric.

Semakin ricuh juga semakin tegang. Banyak sorot kamera mengabadikan pertengkaran ini. Kejadian hampir berlangsung selama setengah jam, Jean mengalihkan fokusnya pada seseorang di dekat pintu backstage, memakai masker dan tampak membidikkan kameranya pada kericuhan ini, ia sepertinya bukan mahasiswa, tapi orang dewasa.

"Jean! Bakal jadi tawuran nih, mending kita cabut aja!"

Jean mencoba berteriak, tapi suaranya Jean hanyut diantara bising yang menggema, ia nampak bersiteguh ditempat, bahkan tangannya yang semula diraih Arthur malah ia lepaskan begitu saja bermaksud mengejar orang di pintu backstage itu.

Tanpa berpikir Jean berlari, tubuh tegap itu hampir mengenai kursi tamu yang dilayangkan Mr. Roney, yang bentuknya tak beraturan lagi setelah menabrak dinding. Tapi Jean tetap saja tak gentar.

"Hey Lo!" Teriak Jean tepat lima meter dihadapan orang itu.

Orang itu berlari menuju pintu keluar belakang, Jean yang punya bakat mengejar orang akhirnya bisa meraih lengan baju pria itu.

Pria itu langsung melakukan perlawanan, mula-mula melesatkan tinjuan yang tak seberapa. "Lo ngapain disini ha? Sengaja disuruh orang ya buat rekam kericuhan tadi?" Kata Jean penuh wibawa.

Mulut pria itu hanya bungkam, dibalik wajahnya yang setengah tertutup, Jean yakin ia sedang cemas.

Tanpa berpikir lagi pria itu kembali berlari, Jean memegangi lengan bajunya lagi. "Ugh!"
Jean terjatuh saat orang itu mendorongnya cukup keras, bagian baju yang ia tarik tadi sampai sobek dibuatnya.

Kini Jean tak bisa mengejarnya lagi, karena jejaknya tak terlihat lagi. Ia berdiri, memerhatikan robekan baju itu.

"Jean!! Huft, Lo kenapa tiba-tiba lari si? Gue jantungan liat Mr. Roney hampir bikin Lo celaka!" Arthur mengomel

Seakan tak peduli dengan dirinya yang hampir celaka tadi, Jean mengalihkan pembicaraan dengan menunjukkan sesuatu yang tengah ia pegang kepada Arthur.

Half-zone (Telah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang