[6] ONE CLUE

155 37 1
                                    


"Apa rencana Lo sekarang?" Tanya Jean melirik Joan sesaat setelah ia melirik spion.

Joan melihat kaca ditengahnya, menatap Ella dan Aland "kalian, pasang sabuk pengamannya! Pastikan tidak terombang-ambing!" Ujarnya

"Terombang-ambing maksud-" tiba-tiba tubuh Aland mendongak kedepan saat Joan spontan memutar stir nya berbelok ke kiri.

Jean menarik sabuk pengaman disamping Joan, melingkarkan tali itu pada bidang dada kekar Joan, "hati-hati!" Katanya

Kecepatan yang mulanya 20km/jam kini dinaikkan dua kali lipat, bermaksud meninggalkan geng motor itu. Tapi rupanya itu tak cukup, bahkan jumlahnya bertambah tiga pengendara.

"Mereka tambah banyak Joan! Gimana mereka bisa tahu kita bakal lewat sini?" Jean berkidik saat tahu bukan ini rute biasanya ia lalui.

"Gue juga ga tau!" Ujar Joan masih mempertahankan kendali mobil.

Sementara Ella dan Aland hanya membatu, mereka tak bisa berbuat banyak saat motor-motor itu perlahan mendekati kendaraan mereka, Ella dan Aland hanya bisa berdoa agar napasnya masih panjang.

Jean ditempat mulai berpikir, ia masih fokus pada jalanan. Ya, tepat didepan ada kumpulan pipa besar konstruksi. "Joan, tabrak pipanya! Pastikan kita masih stabil!"

Joan mengangguk, menuju arah pipa konstruksi itu kemudian bam!

"Astaga jantung gue!" Ujar Ella memegangi dadanya setelah terjadi goncangan.

Dengan sekali senggolan, Joan bisa membuat pipa-pipa itu menggelinding dan menumbangkan empat pengendara motor tadi.

Hanya empat, masih ada tiga lagi. Jean memeriksa laci mobil didepannya, berharap ada sesuatu yang bisa ia gunakan.

Jean menjentikkan jarinya saat ia ingat ada sebotol oli disaku mobilnya. "Ella, ambil oli didepan Lo!" Ujar Jean

Ella mulai meronggoh saku mobil, menarik sebotol oli dan memberikan pada Jean. Jean menekan tombol untuk membuka cap mobil bagian atas, memanjat dan mulai dengan rencananya.

"Woi kalian bajingan! Berhenti atau kalian bakal celaka!!" Teriak Jean dari atas.

"Strong banget ni cewek!" Gumam Aland berusaha menahan muntahnya.

Tiga pengendara motor tersebut tambah menaikkan kecepatan, sesekali menabrakkan bagian depan motornya pada mobil.

"Makin menjadi-jadi ya?" Jean meraih oli tadi berusaha tetap stabil atas guncangan demi guncangan yang terjadi.

Slurrr

Tumpahan cairan hitam itu memenuhi jalan, untung saja ini jalanan sepi, hanya dua sampai tiga kendaraan yang lewat, tak masalah jika Jean membuat kekacauan sedikit.

Oli itu tampak membuahkan hasil, dua dari tiga pengendara motor itu terjatuh menggelinding seperti bola kasti. Tinggal satu, apa yang harus dilakukan?

Joan menatap spion dengan rasa senang setelah saudaranya ini berhasil menumbangkan sebagian besar mereka. Joan jadi geram saat ada satu motor lagi mengejar, oke, tidak masalah bagi Joan langkah selanjutnya adalah berhenti secara tiba-tiba.

Kaki itu berusaha menginjak rem agar mereka bisa berhenti. Jean yang masih berdiri sampai jatuh dibuatnya "Joan! Napa berhenti mendadak sih?" Kesalnya

Kepala Jean membentur kaca, tidak terlalu keras sih. Ia melihat ke kursi pengemudi, tidak ada Joan disana. Sesaat setelah Jean bangkit lagi satu gunjangan terjadi lagi, seperti tabrakan.

Jean, Ella dan Aland memutuskan untuk keluar.

"Kalian siapa ha?!" Teriak Joan sembari menduduki punggung satu pengendara motor tadi dengan membekap tangan pengendara ini.

Jean menarik helm orang itu, seorang laki-laki yang bahkan nampak lebih muda dari mereka. "Lo Masi anak-anak?" Kata Ella sedikit prihatin.

Fokus Jean teralihkan lagi pada lengan baju orang ini. Tanda yang sama seperti tanda yang ada di lengan baju orang aneh pagi tadi.

"Lepasin! Kalian ga bakal bisa bawa gua ke penjara!" Teriaknya

"Lo disuruh buat ngejar kita ha?!" Tanya Joan sekali lagi.

Anak itu hanya diam dan tak mau bicara. Joan menarik tubuhnya, bermaksud membawanya ke pihak berwajib untuk menjelaskan tindakannya tadi.

"Lo mustinya belajar bukan main geng motor an!" Jean mendorong kepala anak itu

Sementara Ella sejak tadi masih menemani Aland yang tiba-tiba kebelet muntah.

Joan meringkus penjahat ini, ketika ingin memasukkannya ke mobil, dengan cepat ia menyikut perut Joan. Jeratan pun terlepas, Jean yang terlena dengan ponselnya tak bisa mengejarnya.

Laki-laki itu mencoba mengangkat motornya, melajukan kendaraannya secepat mungkin.

"Woeh! Jangan lari!!" Teriak Jean

"Sialan! Malah kabur lagi!" Joan berdecak kesal.

"Sabar sob, abis ini pasti bakal ia laporin ke ketuanya! Bakal banyak pastinya orang yang ngincer kita! Pasti seru deh! Ya ga?" Jean masuk mobil.

Joan pun melakukan hal yang sama, berusaha berpikir kalau pengejaran tadi cuma iseng-iseng saja.

Mata Jean melirik atas dan berkedip lagi, ia mengeluarkan sesuatu dari saku jeans nya. "Dari pagi tadi gue udah dapet banyak orang aneh, dan yang paling aneh, mereka punya tanda begini!" Jean angkat suara.

Joan mengambil potongan kain itu, nampak seperti apa yang ia lihat tadi. Tangannya merogoh saku jaket, membandingkan, dan ternyata itu adalah tanda yang sama. Tiga buah permata dengan warna merah ditengahnya, hanya saja punya Jean menghadap keatas, Joan kebawah.

"Sama!" Jean terlihat berbinar

"Ya, tanda ini kek label sebuah sindikat!" Kata Joan

"Gue setuju! Tandanya juga sama, sama yang dipake cebol tadi!" Tambah Jean

Ella dan Aland akhirnya selesai dengan urusannya. Terlihat jelas wajah Aland yang pucat.

"Udah selesai?" Tanya Joan sumringah.

Aland melipat kedua lengannya "Lo ga nenggang banget jadi temen! Udah tau gue suka mabuk, malah balap kek turnamen aja!!" Ella berinisiatif mengipasi Aland.

"Ya maap, namanya juga dikejar! Ga mungkin kita berhenti kan?" Joan melajukan mobilnya kembali dengan lebih santai.

Mendapati penjahat tadi tidak ada di mobil, Ella dan Akan jadi bingung. "Anak tadi dimana? Udah diringkus polisi?" Tanya Ella

"Dia kabur!" Balas Jean datar

"What? Napa bisa kabur?!" Aland jadi terkejut

"Udah biarin aja! Ntar juga bikin ulah lagi, kita lawan aja sampe mampus tu orang!" Ucap Jean seakan yakin.

"Aneh ya!" Gidik Ella

Joan berhenti saat lampu merah menyala, membuka lagi kertas yang ia bawa tadi. "Jean, coba Lo baca isinya apa!" Perintah Joan

Jean meraih kertas itu, membacanya agak keras supaya Ella dan Aland juga mendengarnya.

"Dari kiri dan kanan bisa menembus cahaya, tengah tetap seperti malam. Suara hanya ilusi, cerita seakan jadi dongeng pengantar tidur, percaya atau tidak itu nyata!"

Aland mengernyitkan keningnya "apasi maksudnya?"

JJ sama bingungnya dengan Aland, kalimat itu nampak seperti penjabaran sesuatu yang berhubungan dengan hal-hal mistis.

"Kita bakal tau cepat atau lambat!" Joan tersenyum.

Setelah JJ selesai mengantar teman-temannya, mereka kembali ke rumah. Tiba dirumah Joan mulai memeriksa beberapa kerusakan akibat tabrakan tadi.

"Mobilnya kenapa?" Sahut seorang pria memegangi secangkir coklat panas.

***

To be continued..
Double update jangan? Okde, soal imajinasi otak ga bisa boong.

Voment ya guys:)
Luv u @rosaekavania




Half-zone (Telah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang