[30] BODOH TAPI PINTAR

83 20 0
                                    


Warning! Sebagian part mengandung adegan kekerasan! Harap membaca dengan bijak.
.

Para penyusup, maksudnya Joan, Aland, Ella, dan Arthur dipaksa menghadap ke ruang utama kota ini. Borgol mereka dilepas satu persatu, tapi penjaga tetap stay disemua sisi.

"Ini dimana?!" Joan berteriak.

"Kalian sudah jadi bagian di kota ini," balas salah satu penjaga.

Mereka saling menatap, tatapan yang takut akan takdir selanjutnya yang akan mereka terima.

"Oh, udah gue duga para cecunguk ini yang bakal datang berkunjung." Irish muncul dari atas.

"Lo? Ternyata bukti-bukti itu benar! Lo penjahatnya Irish!" Joan berdiri seolah menantang.

"Tenanglah, kalian harus hormat sama gue, karena kalian udah jadi budak disini. Dan untuk kedepan, kalian bakal kerja disini dan menghabiskan sisa hidup kalian untuk mengabdi pada kami." Irish bicara dengan congkak.

"Apa yang sebenarnya Lo pikirin Irish? Kota macam apa yang Lo bikin ini?" Arthur menggertak.

"Bukan gue yang buat," Tiba-tiba sang penguasa datang dengan sombongnya, "Tapi Richard Marx." Sambung Irish sinis.

Mata Arthur membulat sempurna ketika melihat papanya berlagak sangat sombong. "Papa?" Arthur sama sekali tidak percaya dengan apa yang ia lihat.

"Kenapa papa ada disini? Kenapa papa membuat permainan se keji ini? Apa ini bener-bener papa?" Arthur melangkah maju.

Joan, Ella, dan Aland melirik Arthur yang terkejut dan menahan kegeramannya, Melihat ekspresi Arthur tadi, bisa disimpulkan jika Arthur benar-benar tidak tahu dengan semua ini.

"Iya! Permainan ini sangat-sangat menguntungkan. Kemarilah Arthur, bergabunglah bersama kami!" Ajak Richman mengulur tangannya pada Arthur.

"Engga! Apa papa sadar dengan yang papa lakukan? Apa orang-orang ini juga terpaksa ikut kemauan papa? Ternyata dugaan Arthur benar, Richman ga akan menyerah begitu aja. Dan lihatlah, hanya orang gila yang mampu duduk dan berlagak tak berdosa setelah membuat semua ini." Arthur menggertak keras.

Layla disana langsung tersentak setelah mendengar Arthur menghardik Richman. Hujan keringat di pelipisnya mengatakan bahwa ia tak main-main dalam bicara.

Richman langsung menghampiri anaknya, menampar pipi pemuda itu sampai ia terjatuh. Ella seketika membantu Arthur berdiri, ia berkata, "Jadi begini perlakuan seorang ayah kepada anaknya? Dia hanya bicara kebenaran!"

Richman mengarahkan tongkat miliknya kearah Ella, ternyata tongkat itu memiliki aliran listrik, Ella sengaja di sengat dibagian perut. Membuatnya terjatuh tapi masih sadar. Layla terkejut, listrik itu bisa membuat syaraf mati jika terkena terus-terusan.

"Ella, Lo gapapa?" Joan cemas bukan main.

"Gapapa," Ella memegangi perutnya yang mati rasa.

"Dengar sini gadis manis, jika kau berbicara bernada tinggi seperti tadi, bisa dipastikan umur mu tidak lama lagi." Ancam Richman berjalan menuju singgasananya.

Semuanya mendadak diam, "hahaha, makanya, jangan belagu! Kena sentrum kan?" Tawa Irish mencemooh Ella.

"Oiya, fyi teman kalian, Jean, udah jadi anggota resmi kami. Dia udah jadi agen khusus untuk membereskan hama-hama kayak kalian. Tuh! Coba liat kebelakang." Sahut Irish.

"Jean?" Kata Arthur melihat orang yang ia cintai berdiri diantara para agen-agen jelek ini.

Gadis itu hanya diam, melihat seolah-olah teman-temannya ini orang asing.
"Namanya bukan Jean lagi! Tapi Layla." Sambung Irish, "iya kan Layla?" Irish menyaut.

Half-zone (Telah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang