[34] STRIKE (3)

100 20 3
                                    

Warning! Cerita ini mengandung unsur kekerasan, drugged, dan got a gun. Diharapkan kepada pembaca untuk tidak menanggapi serius adegannya karena alur cerita ini murni dari imajinasi author dan tidak berasal dari kisah nyata atau tragedi di suatu negara.

.

"Huh, cepat bergerak! Joan dan teman-temannya dalam bahaya! Segera masuk ke hutan dan bereskan masalahnya!" Ujar inspektur Susan pada tim kepolisian.

"Aku akan ikut," sahut Megan tiba-tiba berdiri.

"Megan, sebaiknya kau tetap disini, kondisi mu masih belum stabil." Nicholas langsung menolak.

"Tapi kakak dengar sendiri kan? Anak-anakku dalam bahaya! Mana bisa aku duduk disini menanti kabar semu yang membuat diri cemas sendiri?" Megan berseru cemas.

"Ada baiknya kau tetap disini Megan, kami akan bawa anak-anakmu kembali dengan selamat." Kanneth menambahkan.

"Tidak! Aku akan tetap ikut, demi anak-anak, apapun akan ku lakukan." Megan terus membantah.

Inspektur Susan melirik Kanneth lalu menghampiri Megan, "aku tahu kecemasan mu seperti apa, jika kau mau ikut, berjanjilah untuk tenang dan tidak gegabah, kau mau berjanji?"

"Apapun demi Joan dan Jean." Tegas Megan.

Diputuskannya semua orang memasuki hutan secara massal dan tidak berpencar, sebelumnya Joan menelpon entah dari ponsel siapa ke nomor inspektur Susan, Joan bilang bahwa ada kota ditengah hutan, hutan yang setengah zona-nya dimiliki pribadi, dan orang itu adalah politikus yang cukup tersohor pada masanya, yang sekarang dibutakan oleh kekuasaan sampai-sampai membuat pemerintahannya sendiri, Richman.

Joan juga menambahkan, bahwa ia sudah menemukan Jean dan Jean sekarang juga dalam bahaya. Dalam hati, inspektur Susan tak ingin kejadian yang sama terulang kembali, biarkan kematian Vigor jadi pelajaran berharga dari sebuah kenekatan, jangan sampai anak-anaknya juga mengikuti alur ayahnya.

.
.

Aland menginjak perut Hezel, pria itu langsung bangkit sesaat setelah Aland berbalik. Pria itu langsung menendang pangkal pinggang Aland, membuatnya terjatuh begitu juga dengan perekam suaranya.

Hezel langsung mengambil perekam itu dan berlari menuju Richman, Richman memegang benda itu dan tertawa dengan sangat-sangat keras, ia remas dan tarik benda itu sampai mengeluarkan bunyi retak, semuanya spontan membelalak.

"Riwayat kalian akan hancur bersama benda busuk ini." Kidiknya.

Diluar dugaan, ada seseorang melempari Richman dengan batu, bukan cuma Richman, bahkan Lily, Irish, dan Hezel juga dilempar.

"Woi! Siapa yang lempar batu?" Teriak Irish.

Joan lihat ada dua orang yang mengendap-endap menuju Richman dan hendak membokong penjahat itu, mereka juga tahu Joan melihat kearah mereka dan mengisyaratkan pada Joan untuk diam.

Saat semua penjahat kebingungan, saat itulah mereka bertindak, orang tadi mendorong Richman dari belakang hingga jatuh terlungkup, satu orang lainnya membekuk Lily dan mencekal tangannya.

Satu orang lagi muncul dengan wajah merah dan garang, dengan angkuh menodongkan pistol kearah Irish yang mematung disana, sementara Hezel diam dan menyaksikan plot twist ini.

"Gue kira Lo bakal balik dan lari seperti waktu itu, ternyata adrenalin Lo kuat juga, Alvaro." Seru Joan mendekat dan mengambil benda yang jatuh itu.

"Waktu itu cuma pemanasan, sekarang pahlawan yang dipanggil akhirnya bisa datang juga, terimakasih, Joan." Ucap Alvaro tersenyum.

"Kalian, bersekongkol? Kenapa bisa?!" Richman berteriak.

Half-zone (Telah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang