[9] DALAMNYA BERBEDA

126 36 2
                                    


Caution! Baca sambil rebahan nikmatnya bukan main:)

.
.
Semalam-malam hari JJ beserta Nicholas berunding memikirkan jalan keluar dari masalah ini. Cafe dengan nuansa kekinian adalah tempat yang pas, mereka tak mau ambil resiko dimarahi Megan jika kedapatan membahas masalah ini lagi dirumah.

"Jadi nanti kita bakal kerjasama dengan pihak kepolisian, inspektur Susan yang memandu," jelas Nicholas mula-mula.

Jean menyeruput coffe late miliknya, "melaporkan kasus yang udah lama terjadi emang bisa diterima?" Tanya Jean

"Pasti lah bisa, yang penting kita punya bukti yang kuat untuk membangkitkan kasusnya, itu langkah awal yang harus kita kerjakan!" Sahut Joan.

"Gimana kalo kita ketempat ayah kalian ditemukan terakhir, lokasinya dekat rumah paman," ajak Nicholas.

"Boleh juga!" Jean setuju.

Perbincangan berhenti sejenak saat penyanyi kafe mulai unjuk suara, baritonnya sangat enak di dengar, lagu pop yang ia bawakan benar-benar cocok dengan suaranya.

Semakin ke ujung mereka semakin menikmati lagunya, Jean pun penasaran dan berdiri di tempat duduknya untuk melihat siapa yang bernyanyi, lagipula karakter suara yang Jean dengar begitu familiar.

Jean membulatkan mulutnya sempurna tatkala mengenali betul siapa dia. Senyumannya yang menawan seakan membius para gadis sehingga membuat mereka girang. Arthur, diluar dugaan ternyata ia punya bakat selain membuat kerusuhan.

Tak sadar Jean juga tersenyum kearahnya yang sibuk melafazkan lirik dengan penghayatan, entah kenapa Jean berpikir bahwa ia mulai bisa membuka hati pada Arthur. "Manis banget!" Gumamnya tanpa sadar.

Joan dan Nicholas hanya menatap bingung ke arah Jean yang senyum-senyum sendiri.
"Woi! Liatin apasih?" Kejut Joan.

Jean langsung tersentak, kembali duduk dan berusaha bersikap normal.

"Lagu ini spesial gue bawain untuk cewek yang duduk disana!" Mic itu menggema.

Hati Jean yakin itu bukan dia, tapi setelah melihat tatapan semua orang tertuju kepadanya, Jean langsung duduk kaku, melirik Arthur yang spontan berkedip kearahnya.

"Napa jantung gue debarnya kenceng banget sih?" Batinnya memegangi dada.

"1-2-1-2-3-4" suaranya terdengar bersemangat.

"There's only One thing, two do, three words, four...you, I LOVE YOU."

Begitu kira-kira potongan lagunya. Semua orang bersorak karena menurut mereka tadi itu sangat romantis, Jean malu bukan main dibuatnya. Tambah lagi Joan dan Nicholas bersikap kekanak-kanakan dengan membentuk tangannya seperti hati sesekali saling berpelukan.

"Jean, i love you!" Kata Arthur sekali lagi.

Lagi-lagi pengunjung bersorak, Jean belum pernah terjebak di situasi seperti ini. Baru kali ini ia merasakan sesuatu yang memalukan tapi juga menyenangkan.

"Haaaa...Paman juga mau digituin!" Rengeknya kepada Joan.

"Joan juga!" Mereka saling memeluk.

"Apasi kalian, au ahh Jean cabut aja!" Jean langsung berlari membawa tasnya.

Wajah cantiknya langsung merah padam, tak bisa dipungkiri lagi kali ini Jean benar-benar baper dibuatnya.

Jean masuk mobil sendirian, memukul-mukul wajahnya agar rona merah di pipi bisa hilang. "Buset dah, gue tadi ngapain.." Kesalnya.

Semenit kemudian Nicholas dan Joan datang mengetuk kaca mobil, Jean langsung mempersilahkan masuk dengan wajah bodo amat pastinya.

"Cieee, yang baper!" Goda Nicholas.

Half-zone (Telah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang