[14] LILY DAN GAGAK

123 31 3
                                    


"Dalam hal mencuri akal gue orangnya, jika dalam hal mencuri rasa lo pemenangnya."

.

Setelah mengalami 'sedikit' kejadian absurd semalam, JJ bertekad untuk membuat siasat. Mereka kini membangkitkan gairah detektifnya, melirik dan menilai orang-orang yang mereka anggap bagian dari sindikat yang mereka beri nama triple diamonds.

Masing-masing mereka mengenakan Airpods untuk bertukar informasi sepanjang hari. Hal ini sudah mereka lakukan selama seminggu, tapi selama itu juga mereka tak menemukan satupun tersangka. Mereka mulai pasrah dan menganggap kejadian-kejadian silam sebagai peristiwa belaka tanpa makna.

.
.

Joan duduk bersila dibawah pohon yang rindang. Ia masih menggunakan Airpods untuk jaga-jaga, ia memeriksa kamera, melihat-lihat foto tempo dulu yang membuat geli perutnya, foto-foto konyol bersama sahabat.

Layar stuck pada sebuah foto seorang gadis balsteran Kanada-Jepang nan tampak menawan. Lengkungan di bibir terukir, entah mengapa setiap Joan melihat Ella hatinya bisa jadi setenang ini. Ingin rasanya memiliki gadis se manis ini.

Mungkin Ella belum tahu tentang perasaan Joan padanya. Tapi jika ditimbang-timbang, pasti gadis itu akan tahu dengan cepat karena sudah teramal oleh anugerahnya.

Joan mulai mencoret-coret kertas, menyamakan foto di kamera dengan gambar yang ia buat di kertas. Setelah selesai, ia memeluk hasil karyanya yang lumayan. Tak bosan-bosannya ia menatap gambar itu.

"Lo cantik, Ella." Ujar Joan tersenyum.

Joan kemudian berkemas, kertas tadi tetap ia genggam karena takut kusut jika dimasukkan kedalam tas.

"Hei." Sahut seseorang dari balik pohon.

Joan membalikkan badannya menuju arah suara. Kakinya mendadak kaku saat mendapati pujaan hatinya berdiri anggun disamping pohon. Ella melangkah cepat menuju Joan, menarik kerah baju Joan agar tinggi mereka sama rata. Memberi kecupan spontan yang membuat Joan mati kutu.

Ribuan pertanyaan merambat di kepala Joan. Ia menatap penuh arti kepada gadis ini. Ella hanya tersenyum, senyuman yang sebentar lagi akan mematikan syaraf otak Joan.

"Jean suruh Lo buat cepetan pulang, paman Nicholas katanya ada urusan dengan kalian." Sahut Ella

Joan menggeleng cepat, Ella ternyata bukan mengungkapkan cinta tapi memberi informasi tak penting. Ekspetasinya buyar, apa-apa yang ia pikirkan teralih. Joan jadi gagal fokus sendiri, ia memegangi kepalanya seakan pusing padahal hanya ingin rasa malunya tertutupi.

"Oke, makasi." Ucapnya masih mengharapkan kejutan.

"Dari tadi gue liat muka Lo merah mulu, udah dong santai aja! Lo bisa kok jadi seseorang yang begitu berarti bagi hidup gue, tapi bukan sekarang." Ella tersenyum lagi.

Sesaat kemudian mereka saling melangkah pergi, berusaha sekuat mungkin menyimpan rasa. Selama apapun mereka berbuat demikian, pasti takkan bertahan lama.

.

Saat tiba dirumah, Joan dikejutkan dengan hadirnya seorang inspektur wanita yang kerap dipanggil inspektur Susan. Wanita itu sudah lama menjadi teman karib Vigor dalam menangani kasus. Namun, sejak Vigor tiada Susan juga ikut menghilang, tapi sekarang ia muncul lagi. Malah sekarang ia tampak begitu berwibawa dari sebelumnya.

Half-zone (Telah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang