[23] SUSPICIOUS

110 23 2
                                    


Happy reading uwuh;)

.

Keesokannya, dirumah, semua orang mulai berkemas untuk berangkat besok. Secepat ini hari berlalu, secepat ini waktu berputar.

Jean siap-siap ke kampus untuk terakhir kali di semester ini, kemarin ia sudah berjanji untuk menemani Arthur memberi tugas.

Untungnya Joan tinggal dirumah, ia yang malah mengemasi barang-barang Jean. "Gue pergi ya, packing yang rapi ya." Jean pamit.

Joan hanya memutar bola matanya malas.

Terdengar suara mesin mobil dari luar, Jean yakin itu Arthur, ia langsung bergegas pergi.

Diluar berdiri seorang pemuda dengan outfit yang cukup polos. Meskipun begitu, ia tetap terlihat gagah. "Kursi untuk penumpang tercantik," ia membukakan pintu penumpang samping supir.

Jean tersenyum, ia malah beralih pada bangku sopir dan menghiraukan Arthur yang mematung diluar. Arthur yang akhirnya duduk disamping sopir. "Gue yang nyetir," kata Jean

Mobil dilesatkan, Jean mendadak merinding saat melihat kondisi jalanan. Terlalu lengang untuk kota super sibuk, Ottawa. "Tumben sepi banget jalanan," Ujar Jean.

"Namanya juga liburan, orang-orang juga banyak pergi sejak beberapa hari lalu." Balas Arthur.

Sampai di kampus, ternyata kondisi disini sama sepinya dengan jalanan. Jean duduk di taman depan auditorium, menunggu Arthur yang memberi tugas akhirnya pada Mr. Roney. Jean yakin ia pasti kesusahan mencari dosen super sibuk itu.

Jean meneguk minuman cola dingin yang baru saja ia beli. Menyandarkan tubuhnya pada punggung kursi. Merasa bosan, Jean pun memutuskan jalan-jalan sebentar sebelum benar-benar meninggalkan kampus.

Saat melintasi ruang BEM, Jean melihat ada perkumpulan yang sepertinya dirahasiakan. Jean mengintip dan sedikit menguping, samar-samar terdengar mereka ingin berdemo untuk waktu dekat. Jean langsung melongo, jantungnya hampir melompat saat seseorang keluar dari ruangan itu tanpa tanda-tanda, dan untungnya itu Aland.

"Jean?!" Seru Aland cukup keras.

Jean langsung membekap mulut Aland dan membawanya sedikit menjauh karena takut digebukin orang dalam ruangan itu.

"Itu rapat tertutup ya?" Tanya Jean to the point.

"Iya, Lo ngintip ya?" Aland menerka.

"Eh, ng-ngga. Tadi kebetulan cuma lewat, ternyata banyak orang disana, ga biasa-biasanya gitu. Dan gue denger kalian mau demo, bener ga tuh?" Tanya Jean lagi.

Aland mulanya ragu-ragu, ia tahu membeberkan rapat yang belum jelas kepastiannya pada seseorang cukup beresiko pada organisasinya.

"Gue agak ragu jelasinnya, tapi Lo janji jangan bilang siapa-siapa ya?" Ucap Aland.

Jean mengangguk cepat.

"Ini tentang keadaan kampus, kita memang udah komplain pada pihak kampus, secara sarana prasarana kita disini bisa dibilang dibawah standar untuk sebuah kampus terkenal di Kanada. Ketua BEM udah konfirmasi ke pihak kampus bahkan masalahnya udah sampai ke rektor, tapi belum ada tanggapan. Kita memang berencana untuk demo dalam waktu dekat, cuma kecil-kecilan aja." Jelas Aland.

Jean mangut-mangut, memang keadaan kampus super besar ini bisa dibilang dibawah standar. Maraknya bullying, sarana prasarana yang jelek dan kusam, juga kurangnya kualitas dosen yang mengajar membuat kampus ini terlihat seperti kampus yang tak terurus.

"Oiya, Lo Masi ngampus? Bukannya besok Lo ke Coopermine ya?" Tanya Aland tiba-tiba.

"Iya, gue mau ngasih tugas akhir. Yaudah, Lo baik-baik ya, gue sebenernya mau ikut jadi demonstran, tapi keadaan ga ngebolehin." Ujar Jean.

Half-zone (Telah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang