"Meninggalnya Vigor secara mendadak menjadikan satu Kanada geger, ada apa dengan masalah yang ia selidiki?""Vigor-detektif kondang ditemukan tak bernyawa di stasiun terakhir, Coopermine."
"Subuh tadi, Kanada dapat kabar duka. Investigator 'Vigor' meninggal dunia."
"Misteri stasiun terakhir, ada apa disana? Apakah ada kaitannya dengan kematian Vigor sang detektif?"
**
Jean terus-terusan menatap beranda yang muncul berkenaan dengan kematian ayahnya. Saat ini ia mengurung diri di kamar, mencoba berpikir jernih dan tidak kalang kabut.Sejak pagi ia menangis, matanya pun sembab. Tak tahu harus menyalahkan siapa karena kejadian ini terlalu cepat.
"Ayah ga mungkin ceroboh kan?" Pikir Jean menatap langit-langit kamar
Tok! Tok!
Seseorang mengetuk pintu. Jean tidak merespon apalagi berkeinginan membukakan pintu. Tubuhnya sejak pagi lemas dan gairah hidupnya seolah-olah lepas dari raga.
"Jean! Waktunya pergi ke pemakaman!" Sahut pemilik suara bass itu tiba-tiba masuk.
Masih diam, Jean tak pernah sedikitpun ingin beranjak dari tempatnya saat ini.
"Joan, apa Lo ga sedih?" Tanya Jean dengan wajah super sedih.
Wajar jika Jean bertanya seperti itu. Saudaranya ini nampak tenang semenjak dapat kabar seburuk ini. Tampak tak ada air mata apalagi raungan kesedihan.
Joan kemudian menatap wajah merah Jean cukup lama, setelahnya timbullah air mata yang sejak awal ia tahan.
Joan menutup wajahnya dengan telapak tangan "Gue udah nahan Jean!"
Mereka saling berpelukan walau hanya sebentar. Bergegas pergi ke peristirahatan terakhir ayahnya.
Ribuan orang memadati rumah besar ini, memberi penghormatan terakhir pada pahlawan bersenjatakan akal ini. Sesak? Tentu saja. Tapi bagi masyarakat hal ini bukan masalah.
Jean berjalan lesu hingga semua orang memberikan jalan yang awalnya padat bukan main, sampai di peti mati tempat jenazah ayahnya terbaring dingin. Ia mengecup kening pucat ayahnya lalu membisikkan sesuatu "jika ayah meninggal karena di bunuh, izinkan anakmu ini membalasnya!"
Sesaat setelah itu Jean bangkit, matanya salfok pada pergelangan tangan ayahnya yang nampak putih seperti ditempeli sesuatu. Jean meraba pergelangan tangan itu, permukaannya benar-benar kasar seperti bukan struktur kulit pada umumnya.
Jean kemudian mundur, mencari keberadaan Joan untuk mengadukan hal ini padanya. Biarkan ketidaktenangan ini mereka selesaikan. Ambisius adalah cara mainnya.
"Kami akan mencari tahu penyebab kematian mu ayah! Selamat tinggal!"
**
"Pasti ada rasa tak enak jika orang terkasih jauh dari pandang."
"Malam tadi ayah terima telpon dan langsung pergi, ketakutan akan kehilangannya merasuki ku."
"Jika ayah teledor atau lupa sesuatu pasti ia akan menghubungi kami."
"apa mungkin ayah meninggal punya hubungan dengan rumor tentang hutan belantara dekat stasiun terakhir?"
Clue demi clue mereka kumpulkan untuk dapat kebenaran.
"Kalo media ga ikut serta cari cikal bakal kematian ayah, nampaknya usaha kita bakal sia-sia!" Gerutu Joan setelah mendapatkan ujaran penolakan dari tim media including investigasi.
***
To be continued...
Masi pemanasan, belum nampak betul masalah seperti apa yang akan diselesaikan JJ.Pokoknya ni ya, kelean musti pantengin ni story' biar feel dan introgate-nya dapet.
So guys, demi kebahagiaan author sendiri, mari beramal dengan menekan vote dan jan lupa comment juga!!
Dear readers Ter luv💓
rosaekavania
KAMU SEDANG MEMBACA
Half-zone (Telah Terbit)
Akcja(CERITA BELUM DIREVISI) Warning! 🔞 JJ tak bisa diam saat tahu ada hal yang ganjil berkenaan dengan kematian ayahnya. Clue demi clue perlahan membuka fakta bagaimana dan apa yang sebenarnya menimpa ayahnya sang detektif "Vigor". Manipulasi warta, h...