[35] ENDING?

166 17 4
                                    


Tarik napas,,, buang...
Author ga tau mo ngomong apa, yang jelas ini beneran mo tamat. Seriusan, perasaan baru kemaren buat ni cerita, pemirsanya masi dingin-dingin, sekarang udah anget-anget, belom apa-apa udah 1k, Alhamdulillah:)) big thanks buat pembaca tersayang ku:)) kurang seneng apa author lagi? Mungkin satu atau dua chapter lagi, diakhir nanti akan author suguhkan extra cast atau visual dari masing-masing tokohnya, mo liat mereka bagaimana? Cuzzz, pantengin sampe akhir!

.

Dari semua bentuk kejahatan yang pernah JJ tumpaskan, kejahatan saat ini termasuk yang paling keras dan paling rumit diselesaikan. Banyak pihak yang harus dijaga dan dilindungi, mereka takkan mungkin menyelakai orang yang bahkan tak ingat dirinya sendiri.

Termasuk Richman, mungkin dia sudah lupa siapa dirinya.

Kini, didepan anaknya ia masih berani membelot, masih keras dengan akalnya yang kelewatan bodoh.

"Papa, angkatlah tanganmu, Arthur ga akan menyelakai papa kalo menyerah sekarang juga." Arthur jongkok didepan Richman yang duduk tersandar.

"Arthur, udah." Jean menarik tangan Arthur. "Ingat kan, kita ga bole bunuh seorangpun disini, apalagi dia masi Papa kandung Lo." Sambung Jean.

Arthur hanya melirik benci kearah Richman, memelas seolah menentang perkataan Jean. Arthur mendekatkan wajahnya kepada Jean, menghiraukan Richman yang kini tengah ancang-ancang mengambil tongkatnya balik.

Jleb!

"Tidak ada seorangpun yang boleh menentang Richman!" Richman berseru garang, ia langsung menyengat kaki Jean yang saat itu berdiri disamping Arthur.

Jean langsung terduduk, kakinya mati rasa, seketika kemarahan Arthur memancar sangat besar, Jean, kekasihnya diserang oleh papanya sendiri.

"Lo, udah kelewatan!" Arthur menendang tongkat Richman, melangkah dengan amat marah dan menarik dasi papanya hingga terpental.

Setan Arthur tambah menjadi-jadi, ia ambil tongkat listrik itu dan menyengatkannya pada wajah Richman, teriakan histeris Keluar dari mulut Richman, wajahnya kini hangus dan perlahan terdiam saat tegangannya perlahan melemah.

.
.

Sementara Joan, Ella, dan Aland difokuskan melawan ayah dan anak ini. Mereka yang awalnya melawan satu banding satu, kini bersatu dan membuat sedikit strategi.

Mereka awalnya bersembunyi, "jadi kita harus bisa bekuk mereka dari belakang," Ujar Ella.

"Caranya?" Tanya Joan.

"Kita memerlukan umpan," Ella melirik Joan dan mereka sama-sama melirik Aland.

"Gue?" Aland menunjuk kikuk dirinya.

Pasangan itu mengangguk, "untuk takaran orang nyebelin, muka Lo lebih pas, sekarang, ayo keluar dan pancing mereka, gue sama Ella bakal tangkap dari belakang." Jelas Joan.

Aland mau tidak mau harus mau. Ia keluar dengan mengendap-endap dan mulai dengan aksinya, Ella dan Joan bersiap-siap dengan borgol dan senjata tajamnya.

"Woi, koplak! Gue disini!" Teriak Aland melambai-lambai pada Hezel dan Irish yang celingukan mencari mereka.

Seketika Hezel dan Irish mengejar Aland, dibalik tembok yang bersebrangan, Ella dan Joan menunggu mangsanya. Ketika sang mangsa mendekat, mereka langsung menyungkai kaki mereka hingga jatuh.

Ella langsung duduk dipunggung Hezel ketika pria itu jatuh terjerembab. Joan menahan gerak Irish dengan memegangi kakinya. "Lepasin, sialan!" Irish menghardik.

Irish berhasil melepaskan cekatan tangan Joan, ia berlari. Saat Joan tengah berlari, terlihatlah dari jauh jika Lily perlahan-lahan mendekati Ella dengan pisau ditangannya. Joan langsung mencegahnya wanita itu karena sekarang ia berbalik dengan posisi hendak menikam dari belakang.

Half-zone (Telah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang