MUGIDIDE

139 19 8
                                        


Mugidide= Usai

.

Kita bergeser pada kejadian sebelumnya, pada malam yang panjang dan mengenaskan. Ketika semua orang takut akan kematian sang detektif muda yang penuh akal.

Saat anak kembar itu meregang nyawa, saat itulah Megan, sang ibu merasakan neraka yang sebenarnya. Kakinya seketika mati rasa, Nicholas juga demikian, ia peluk adiknya yang tak kuasa menahan tangis, pria itu melihat seseorang berlutut disertai raungan kepedihan.

Nicholas langsung kelagapan, dia adalah pria yang memulai semua masalah ini, dan sekarang ia menyebut-nyebut nama Joan dan Jean dengan nada pilu.

"Sadarlah jika ini semua adalah salahmu." Nicholas membungkuk kearahnya.

"Maaf Nicholas, aku menyesali itu semua." Balas Dokter Lucas dalam tangisanya.

Lalu mendekatlah seorang anak remaja kepada mereka, menyatukan kedua tangan dan berujar lembut, "Joan dan Jean butuh pertolongan, sebaiknya segera kita bawa mereka ke rumah sakit agar semua tidak terlambat."

"Dokter Lucas, bawalah peralatan medis mu untuk menolong luka mereka. Kita akan menggunakan kereta ini untuk sampai ke Ottawa, aku pastikan jika takkan ada yang meninggal diantara kita." Seru Alvaro.

Alvaro kemudian mengajak Kanneth ke ruang kemudi kereta setelah selesai membekuk para penjahat. Para penjahat dibawa juga dan ditempatkan di gerbong yang terpisah, penjahat dikawal dengan sangat ketat oleh tim investigasi, inspektur Susan beserta yang lainnya masih melakukan penyelidikan lebih lanjut.

Mereka membawa JJ dengan segera mungkin, dokter Lucas memfokuskan pada kondisi Joan karena darah dari perutnya terus bertumpahan, sementara Jean, diberi oksigen dan terus dipantau kesadarannya, besar kemungkinan Jean tidak selamat, banyak asap memenuhi paru-parunya.

Kereta itu melaju mengalahkan kencangnya angin, tanpa segan-segan Kanneth memutuskan untuk membatalkan perjalanan kereta untuk hari ini karena ada nyawa yang perlu diselamatkan, dan hanya hitungan 10 menit, kereta tiba di stasiun utama.

Megan tak bisa mengeluarkan air mata lagi ketika sampai di rumah sakit. Ella, Aland, dan Arthur juga demikian. Mereka hanya duduk diruang tunggu, tidak memperdulikan keadaan mereka yang mirip seperti korban perang. Mereka menunggu keadaan sang sahabat yang tengah bergelut dengan malaikat maut.

"Tuhan, tolong selamatkan mereka." Mereka terus menerus berdoa.

Satu jam menunggu, datanglah inspektur Susan dengan tim nya. Wanita cantik itu menyentuh bahu Megan yang kala itu termenung,
"Berdoalah jika semuanya baik-baik saja, untuk sekarang jangan terlalu larut dalam tangis, mereka kuat, dan pasti akan melewati masa ini dengan mudah."

Arthur tiba-tiba bangkit, "Maaf sudah membuat kekacauan seburuk ini, gue mewakili keluarga gue minta maaf atas semuanya, jika berkenan, bolehkah gue liat mereka sekarang?"

Inspektur Susan mendengus pelan, "Itu tergantung keadaanmu sekarang bagaimana, apakah sanggup melihat mereka sekarang di penjara sementara kau disini menunggu JJ masih belum sadar?"

"Gue bakal liat mereka dulu, masi banyak yang mau gue katain, setidaknya gue punya pesan terakhir sebelum benar-benar meninggalkan mereka." Arthur berujar tegas.

Inspektur Susan mengangguk, "Baiklah, untuk kejelasan lebih lanjut, Ella dan Aland tolong ikut bersamaku juga, ada beberapa hal yang harus kita bicarakan."

"Tante Megan perlu teman untuk menunggu JJ pulih, sementara saya berjaga disini, dan kau pergi bersama Aland dan Arthur."

"Tidak,, Tante baik-baik saja, kau tidak perlu cemas, ada tante Agatha disini. Pergilah dan selesaikan perkaranya, karena Vigor sendiri tidak suka dengan sesuatu yang tidak ditumpaskan secara tuntas." Megan memaksa tersenyum.

Half-zone (Telah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang