Note: penceritaan tentang JJ itu adil, cuma belakangan hanya karakter Jean yang terlalu mendominasi. Tenang, yang namanya tokohnya dua, penceritaan karakter pasti sama rata, justru author ke pingin cerita Joan belakangan karena kisah hidupnya cukup menarik, eaaa:)Happy readin' beloved:)
Laptop bertengger nyaman di paha Joan. Pemuda itu sejak satu jam terakhir tak pernah sedikitpun meninggalkan posisinya. Beberapa buku, kamera serta lembar kertas berisi foto melingkari dirinya.
Memang begitu sifat Joannantha vigoria, ketika sudah disuruh mengerjakan sesuatu, dengan segera ia laksanakan. Ia pekerja keras dan ambisius, bahkan suara nyamuk pun takkan terdengar di telinga Joan saking seriusnya.
"Ntar malem jemput gue di taman belakang mall sentral ya." Ujar Jean yang sama sekali tak menggoyahkan fokus Joan.
Jean menunggu beberapa saat agar Joan menggubris, sebegini kah ia fokus sampai-sampai suara indah Jean tak terdengar?
"Hoii!!" Jean menibruk kepala Joan dengan buku.
"Paansi? Ganggu aja." Joan menggerutu
"Apaansi apaansi, Lo denger ga gue ngomong apaan tadi?" Jean menyulut.
Joan menggosok-gosok kepalanya "emang Lo bilang apa?"
Dengan cepat Jean bangkit, wajahnya masih kesal, ia tak bisa marah pada saudaranya karena itu sama saja marah pada diri sendiri. Tanpa ana anu gadis itu beranjak dari tempatnya, membawa tas dan segera pergi.
Ia hanya ingin mencari pencerahan, dirumah rasanya takkan mungkin bisa, ia tak ingin mengganggu Joan. Jean hanya butuh ruang untuk ber rehat, itu saja.
"Taman belakang mall sentral sekitar jam 7, kalo Lo telat gue ga segan-segan cari kembaran baru." Ancam Jean di ambang pintu.
Joan jadi ngeri sendiri, ia cuma mengangguk kaku padahal ia tak tahu betul apa kata Jean. Yang jelas jam 7 nanti ke mall sentral.
.
"Hoammm,"
Joan menggeliat, kerjaannya baru kelar sekarang. Ia melirik jam, spontan berteriak karena lima menit lagi jam akan menunjukkan pukul setengah delapan.
Ia bergegas memasang jaket, mencari keberadaan kunci mobil. "Mati gue abis ini," Joan cemas-cemas tanggung.
Pemuda itu menembus langit malam yang dingin. Apa jadinya nanti jika bertemu Jean?
Sampai di mall sentral, Joan mencoba mencari keberadaan Jean. Kondisi mall yang terkesan ramai membuat Joan sedikit kewalahan untuk mencari, ia berusaha mengingat-ingat detail posisi yang dibilang Jean tadi. Kalo tidak salah Jean menunggu di parkiran, rasanya tidak, atau di lantai dua? Atau kafe samping mall? Arghhh, Joan benar-benar lupa.
Joan berkeluh kesah, kenapa pada saat sekarang Joan mendadak lupa dengan semuanya?. Ia mencoba untuk lebih tenang, oiya, telepon kan bisa. Memang ya, untuk takaran seorang jenius, lupa-lupa tanggung itu wajar.
"Sial." Kidiknya ketika saku celananya dalam keadaan kosong.
Untungnya ada sebuah wartel dekat sini, dengan dimodali uang recehan Joan berharap bisa menghubungi Jean.
Jalan Joan dipercepat, beberapa bahu sempat menabrak tubuhnya. Tak masalah, yang terpenting sekarang adalah Jean. Joan menunggu di luar saat ada orang yang mengisi ruangan kecil itu. Disampingnya berdiri seseorang dengan wajah yang cukup misterius. Orang itu terus melihat Joan, Joan tidak menghiraukan.
Lalu orang itu mendekat, tertunduk sembari memberikan sebuah kertas. Joan mendadak bingung, "ini apa?" Tanya Joan.
Belum sempat Joan membaca jelas tulisannya, orang tadi langsung pergi tanpa penjelasan lebih lanjut. Joan hanya terus bersikap bodo amat, mungkin cuma orang iseng.
KAMU SEDANG MEMBACA
Half-zone (Telah Terbit)
Acción(CERITA BELUM DIREVISI) Warning! 🔞 JJ tak bisa diam saat tahu ada hal yang ganjil berkenaan dengan kematian ayahnya. Clue demi clue perlahan membuka fakta bagaimana dan apa yang sebenarnya menimpa ayahnya sang detektif "Vigor". Manipulasi warta, h...