1. LUNA

279 20 0
                                    

Selamat datang di cerita ke 2 ku. Menetap lah hingga akhir.

Voment ya ❤️

*****

Hari ini Luna sudah resmi menjadi siswi SMA Arjuna, setelah menjalankan masa masa Pengenalan Lingkungan Sekolah yang menurutnya sangat membosankan.

Laluna andara. Cewek Mageran dan pencinta oppa Korea, bukan oppa Upin Ipin ya. Kuota, makanan dan rebahan adalah hal yang menurutnya paling indah dibandingkan dengan apapun. Luna itu kalo ngomong agak sadis. Itu buruknya Luna. Ada buruk pasti ada baiknya.

Baiknya, gadis itu sudah terlahir cantik, putih dan dikaruniai otak yang lumayan pintar. 

Pukul 06.30 Luna sudah ada disekolah. Sekarang, ia berada di kelas 10 mipa 4 sedang mencari bangku yang realistis untuk ia duduki dan ia menemukan nya di bangku ke 4 paling pojok. Ia menaruh tas nya disana dan berjalan keluar kelas untuk menemui temannya yang berbeda kelas.

"Jeyaa!!" Teriak Luna saat melihat sahabatnya yang sedang menyusuri koridor mencari pintu kelasnya.

Luna pun berlari menghampiri gadis berambut sebahu itu. "Lo kelas apa?" Tanya Luna begitu sudah di depan jeya.

"Ipa 4." Ucap Jeya lesu.

"Heh?! Sekelas sama gue dodol!" Ujar Luna diiringi tawa meledek

"Anjir lo gak bilang sekelas sama gue! Gue udah prustasi gak nemu nemu kelas!" Omel gadis itu dan memukul lengan Luna kencang.

Luna meringis, "Mana gue tau,"

"Makanya, gue chat tuh ya bales! Seenggaknya liat kek!"

Luna mengendikan bahu. "Ya udah ayo ke kelas!" Ujar nya dan menaik turunkan alis

"Sebangku sama gue ya!" Ajak Luna.

"Ogah!" Ujar Jeya

Luna cemberut, "ya udah gak bakal gue kasih contekan!"

"E-eh yaudah iya! Tapi janji ya kasi gue contekan?" Ujar Jeya tersenyum kapan lagi punya temen yang nawarin contekan

"Oke!" Ucap Luna tanpa beban seakan contekan bukanlah hal yang berat bagi nya.

Nikmat nya punya temen pinter! Ujar Jeya dalam hati dan tersenyum senang.

                                 *****
"Gila kali ya?! Baru masuk aja udah langsung belajar! Mumet gue sekolah disini!" Gerutu Jeya sepanjang koridor menuju kantin sekolah.

"Ya udah sih tinggal keluar aja lagi." Ujar Luna.

"Diem lo! Pala gue pusing nih,"

"Ya udah kepala lo ini, bukan gue." Ujar Luna

Luna mendapatkan delikan tajam dari sahabatnya.

Istirahat pertama sudah dari beberapa menit yang lalu. Luna dan Jeya sudah berada di kantin, tapi saat melihat banyak sekali yang mengantri di setiap standnya mereka jadi malas. Padahal mereka berdua ingin sekali makan bakso.

"Udah lah, beli yang lain aja." Ujar Luna.

"Iya, gue males ngantri."

Pada akhirnya, mereka hanya membeli beberapa makanan ringan dan kembali ke kelas.

"Silvia dikelas mana ya?" Tanya Jeya.

"Kelas atas, ipa 1." Jawab Luna

"Kok lo tau?"

"Tadi gue ketemu,"

Jeya mangut mangut mengerti.

"Walas kita galak ya." Ujar Jeya.

"Bagus dong kalo gitu, biar tegas."

"Ih apaan, serem gitu. Apalagi liat kumis nya," Jeya langsung bergidik ngeri saat membayangkan wajah wali kelas mereka saat tadi perkenalan.

"Gak boleh gitu je, ntar lo demen." Ujar Luna.

"Doa nya jelek amat!"

Luna tertawa melihat wajah Jeya yang nampak sangat kesal padanya.

"Hai para jomlo!" Seketika Luna yang sedang tertawa pun berhenti.

"Doi gue banyak, gak bisa milih nih." Ujar Jeya tak terima.

"Doi halu!" Ujar gadis itu, Silvia.

Jika Luna, Jeya dan Silvia disatukan ntah akan seperti apa kedepannya. Beruntungnya mereka berbeda kelas.

"Gimana Lun sebangku sama nying nying?" Tanya silvi ke Luna.

"Berisik," ujar Luna.

Pasalnya, saat SMP Silvi dan Jeya sudah pernah satu bangku dan ia selalu dapat teguran dari guru karena berisik dan tak bisa diam.

"Salah banget kayanya gue ajak dia duduk bareng."

"Nah, Lo salah banget pokoknya." Ujar Silvi meledek Jeya

"Balik ke asal sono! Planet Mars sepi gak ada lo!" Teriak Jeya.

"Ini juga mau balik, gak betah gue ada nying nying!"

Jeya berdesis sinis.

"Dah lun!" Pamit nya pada Luna.

Nying nying adalah panggilan Jeya dari Silvi.

Luna tertawa, "udah ah, dikit lagi mau bel nih."

Mereka pun masuk ke kelas. Luna sudah lumayan akrab dengan teman teman sekelasnya. Tapi Jeya, gadis itu terlalu malas untuk berkenalan, ah bukan malas, lebih tepatnya ia tak pandai bersosialisasi dengan baik.

                                   *****

Tatap ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang