Seharusnya, jangan semua harapan lo tumpuk ke kak Rafka.
"Assalamualaikum mah,"
"Waalaikumsallam, kamu kenapa? Mata kamu kok sembab gitu?" Tanya ibu Luna
Luna menggeleng, "Luna capek. Nanti aja ya mah ceritanya." Kata Luna
Ibunya mengangguk mengerti.
Setelah masuk ke kamar Luna membanting tubuhnya ke kasur. Lagi, sesak menghampiri. Luna menelan ludah, berusaha meredam rasa sakit.
Menghembuskan nafas gusar, Luna berjalan gontai ke kamar mandi.
Sehabis mandi Luna langsung turun ke bawah, berniat mencurahkan apapun tentang hari ini pada mamahnya.
"Jadiiiii???" Tanya ibunya penasaran.
"Lun, mungkin karena Rafka lagi sakit jadi dia minta suapin. Kaya kamu nggak aja kalau lagi sakit." Kata ibunya usai Luna cerita.
"Tapi kan nggak usah tatapan romantis gitu ke kak bintang nya mah,"
"Ya mungkin mereka lagi bercanda biasa. Udah, sekarang kamu jangan nethink mulu. Kali aja memang ada cerita dulu sebelum kamu liat itu."
"Kalo sekarang kak Rafka nggak ngabarin Luna gimana mah?"
"Lun, kadang memikirkan hal yang terburuk dari sesuatu itu boleh. Tapi jangan terlalu mendalami, kadang yang buruk itu terjadi karena kita memikirkan nya."
Luna mengangguk. "Oke!"
"Yaudah, udah malem nih, tidur gih."
"Iya, Luna mau buat minuman dulu." Kata Luna
"Yaudah, mama ke kamar duluan ya." Ujar ibunya dibalas kecupan di pipi oleh Luna.
Selesai membuat susu dan membawa beberapa cemilan Luna kembali ke kamarnya. Sambil menyeruput susu Luna membuka Skype di laptopnya. Ia sengaja tidak membiarkan ponselnya menyala untuk saat ini.
Baru saja aktif, panggilan video call dari Silvia dan Jeya masuk. Mau tidak mau ia mengangkat nya.
"Heh! Udah gila ya lo?!"
"Astaghfirullah je, baru juga gue angkat." Ujar Luna mengusap dadanya.
"Kemana aja lo?" Tanya Silvia
"Nggak kemana mana, di rumah." Jawab Luna
Terlihat Jeya yang menggeleng geleng. "Tadi kalian langsung pulang atau main dulu disana?" Tanya Luna, memakan cemilannya.
"Pulang, ngapain juga disana." Jawab Silvia
Lalu hening. Jeya dan Silvia hanya menatap cewek itu. "Gue baik baik aja elah." Kata Luna berusaha meyakinkan mereka.
"Kaget banget gue, pas lo lari sambil nangis. Sumpah Lun, lo nyeremin!" Ujar Jeya
Luna hanya tertawa, "lagian ngapain sih ngejar orang yang lagi sakit hati gitu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Tatap ✓
Teen FictionNama nya Rafka sambara. Cowok dengan segala pesona nya yang berhasil meruntuhkan teori Luna, bahwa jatuh cinta pada pandangan pertama memang benar adanya. "Aku jatuh pada pesona mu. Pada senyum juga tatap mu yang mengurung ku pada ruang rindu jika...