5. STALKER

87 13 0
                                    

"Mereka serasi, seperti waktu yang tidak memiliki spasi."
-Luna.

Sudah pukul 9 pagi. Jeya menjadi orang pertama yang bangun setelah tidur jam 3 pagi tadi.

Jeya membangunkan keduanya yang masih tertidur pulas dengan posisi dan wajah yang, ah tak patut dibilang cantik.

"Heh, bangun udah jam sembilan!" Ucap Jeya dengan suara khas orang bangun tidur.

Mereka berdua melenguh.

Setelahnya Luna bangun dan berjalan menuju kamar mandi. Luna turun ke bawah setelah menyelesaikan mandi dan berganti dengan pakaian santai untuk membuatkan sarapan. Sedangkan kedua sahabatnya ia tinggalkan untuk membenahkan diri.

Luna akan membuat nasi goreng untuk mereka sarapan. Setelah selesai, ia langsung sajikan di piring untuk kedua sahabatnya juga untuk dirinya.

"Wih wangi bener," ujar Silvia

"Yuk sarapan." Ajak Luna

Mereka pun duduk di meja makan dan memakan masakan yang sudah disajikan oleh Luna.

"Eh, ntar si Sakha mau kesini." Ucap Silvia masih dengan kunyahan makanan di mulutnya.

"Makan dulu yang bener!" Omel Jeya.

"Ngapain Sakha ke sini?" Tanya Luna.

"Mau jemput gue. Tapi nanti aja kali ya?"

"Iya nanti aja." Ucap Jeya.

Mereka sudah menyelesaikan makannannya.

"Eh Je, coba telepon sepupu lo." Ucap Silvia.

Mereka belum bangkit dari meja makan.

"Oke, bentar."

Jeya mengambil ponselnya yang berada di saku celana. Dan langsung menelepon sepupunya, Diva. Sebetulnya, Luna dan Silvia juga mengenal Diva.

Setelah panggilan diangkat, Jeya langsung membesar suara agar sahabat sahabatnya mendengar.

"Assalamualaikum, kenapa je?"

"Waalaikumsallam, kak gue mau nanya,"

"Nanya apa?" Ujar diva.

Jeya memang memanggil diva dengan embel-embel kakak.

"Waktu itu, kakak liat cowok putih terus dandanannya rapih gitu gak, di perpustakaan kemaren?" Tanya Jeya.

Jadi, waktu kemarin di perpustakaan Jeya bertemu dengan sepupunya ini. Dan kebetulan sempat mengobrol dengannya kemarin. Kali aja, sepupunya itu melihatnya. Karena kemarin di perpustakaan sangat sedikit murid laki laki. Kemungkinan besar jika Diva mengenalnya.

"Bentar, gue inget inget dulu."

"Jangan lama ya mikirnya."

Setelah beberapa detik, Diva menjawab

"Kayanya gue tau nih. Emang kenapa lo nanyain dia?" Tanya Diva, disebrang sana.

Tatap ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang