"Kenapa rumit sekali mengalahkan gengsi?"
Jeya menunggu cowok itu keluar lalu akan membawanya ke Luna. Ia tidak kenal siapa cowok itu. Meskipun tampan, bukankah itu perbuatan yang tidak sopan dengan menggedor-gedor pintu lalu masuk padahal ini di kamar seorang gadis.
Setelah mendengar suara knop pintu Jeya langsung berdiri dan menunggu cowok itu benar benar keluar. Lalu tak lama cowok itu menampakan tubuh atletis nya. "Lo siapa?!" Tanya Jeya
"Lo yang siapa?!" Tanya nya berbalik.
"Gue sahabat Luna! Lo siapa?!" Teriak Jeya
Cowok itu menutup telinganya. "Berisik."
Jeya membelak, "ayo ke bawah," ajak cowok itu dengan gaya bicara yang lebih lembut.
Jeya berjalan lebih dulu. "Lun, Lo kenal dia?" Tanya Jeya begitu melihat Luna dan Silvia yang tengah menyusun sarapan di meja makan.
Luna dan Silvia menoleh, "kenal lah," ucap Luna santai.
"Siapa?" Bisik jeya.
"Sepupu gue." Ucap Luna. Siapa lagi jika bukan Ares?
"Ganteng!" Ujar Silvia tidak segan segan. Padahal orang yang disebut ganteng oleh nya ada dihadapan mereka.
"Tadi dia gedor gedor pintu kamar mandi, padahal gua masih di dalem." Ucap Jeya dan mendelik tajam kearah cowok itu.
"Lo aja yang lama!" Ucap Ares. Sementara Jeya mencekik sebal.
Luna terkekeh, "kebiasaan je." Ucap Luna. Jeya hanya merenggut. Masih kesal dengan tadi.
"Lo ngapain sih, pagi pagi udah kesini?" Tanya Luna pada Ares.
"Kangen Reyhan gue." Ucapnya lalu mengambil makanan yang ada di kulkas dan setelah nya berjalan kearah kamar adiknya.
"Maaf ya je, si bang Ares emang suka gitu." Ucap Luna
Jeya berdehem, "untung ganteng," lirihnya.
"Gak usah di Pendem gitu dong bilang ganteng nya je!" Ujar Silvia dan duduk di kursi.
Jeya pun menarik kursi dan mendudukinya begitu pula Luna. "Serah gue," ucap Jeya.
Luna terkekeh, "jomlo lho bang Ares!" Ucap Luna.
"Lo mau promosiin si Ares Ares itu ke gue?!"
Luna mengangguk, "kenapa? Lo gak mau?" Tanya Luna menaikan alisnya berniat menggoda
"Lo gak mau?" Tanya Silvia.
Jeya terdiam. Lalu tertawa pelan. "Mubazir kalo di tolak! Gas lun!" Ucap Jeya.
Lalu mereka tertawa. Luna kira gadis itu akan menolaknya. "Udah ah, ayo sarapan!" Ucap Jeya mengalihkan.
Akhirnya, mereka memakan sarapan hasil buatan Luna dengan bantuan Silvia. "Joging yuk, mumpung masih pagi." Ajak Silvi ditengah suapan nya.
"Yuk, ngelilingin komplek aja." Ucap Jeya.
"Males ah," tolak Luna dan kembali memasukkan makanannya kedalam mulut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tatap ✓
Teen FictionNama nya Rafka sambara. Cowok dengan segala pesona nya yang berhasil meruntuhkan teori Luna, bahwa jatuh cinta pada pandangan pertama memang benar adanya. "Aku jatuh pada pesona mu. Pada senyum juga tatap mu yang mengurung ku pada ruang rindu jika...