16. BERDUA (2)

78 7 6
                                    

"Rasa tidak tau diri ingin memiliki mu kembali datang."
-Luna

Luna sudah siap dengan pakaiannya. Setelah konsultasi pada Silvia mengenai pakaian, katanya sih bagus.

Drrtt

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Drrtt

Luna buru buru mengecek ponselnya. WhatsApp dari Rafka. Katanya sudah di rumahnya.

Ia berjalan gembira menuruni tangga. Pamit pada mamahnya terlebih dahulu yang sedang berada di dapur.

"Jadi dia lun?" Tanya mamahnya

"Hooh, gimana?"

"Cakep! Setuju mamah tuh!"

Luna hanya terkekeh lalu menggeleng kan kepalanya. "Aku mau jalan ya mah!"

Saat di teras rumahnya, Luna lagi lagi dikejutkan. Kali ini oleh pemandangan yang mampu membuatnya membeku.

RAFKA SEDANG ASIK MENGOBROL DENGAN AYAHNYA.

Itu hal yang mustahil untuk dilihat. Meski ayahnya itu membolehkan nya berpacaran, tapi bapak berusia 43 tahun itu terbilang galak. Rafka asik mengobrol dengan ayahnya. Bahkan ayahnya sampai tertawa terbahak. Garis bawahi, tertawa.

Luna tidak habis pikir.

"Ayah," panggil Luna.

Keduanya pun menoleh, "Ah, ini Luna nya sudah siap."

Luna hanya melongo.  "Ya udah om, kami pergi dulu kalo begitu." Pamit Rafka.

Manis banget! Makin suka dah gue kalo begini caranya. Batin Luna

"Iya, hati hati. Luna, pulang jangan malem malem. Nanti mamah mu marah!"

Dan Luna hanya bisa membalas dengan anggukan. "Aku pergi dulu yah," menyalami tangan sang ayah begitu pula Rafka.

"Assalamualaikum." Ucap Luna dan Rafka bersamaan.

"Waalaikumsallam,"

Luna menaiki motor Rafka. Kali ini luna memakai helm sendiri. Padahal ia sangat berharap untuk dipakaikan seperti waktu itu.

Motor Rafka melaju santai. Hanya ada beberapa percakapan ringan dijalan. Setelah sampai, Luna dibuat sangat takjub dengan pemeran seni ini. Berbagai karya karya memang diperuntukkan untuk dipajang. Dan Luna benar benar ternganga, sangat indah.

Tatap ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang