"Tidak ada yang salah selama berharap pada hal yang wajar."
-luna.Jeya merasa ada yang aneh dengan sahabat plus teman sebangku nya ini. Pasalnya sedari tadi Luna hanya diam, nanti tiba tiba senyum gak jelas dan tiba tiba cemberut. Bolehkah ia merasa takut?
"Lo kenapa sih? Jadi takut gue," tanya Jeya.
Luna tersenyum, sangat lebar. Itu menyeramkan. Luna menaruh kepalanya di pundak Jeya. Membuat gadis itu otomatis mendorong kepala Luna dengan kencang.
"Tuh tuh, jangan gitu deh ah!"
Luna tersenyum, merasa tidak keberatan dengan hal itu. Padahal biasanya Luna akan terus mengomeli Jeya karena kepalanya akan merasa sakit.
Jeya berdesis, "jangan deket deket gue deh!"
Saat ini mereka sedang dalam perjalanan pulang. Jeya berencana akan menginap di rumah Luna karena besok adalah hari libur. Mereka menaiki angkutan umum.
"Lo kenapa sih?" Tanya Jeya, lagi.
Luna menggeleng dan kembali tersenyum.
Jeya bergidik ngeri. Tak biasanya Luna seperti ini. "Lo kesambet ya? Lun, jangan tiba tiba nyengir gitu ngapa! Serem,"
"Je, Lo berisik bego! Ini di angkot!" Bisik Luna.
Jeya melihat sekeliling. Orang orang yang ada di dalam angkot sedang menatap aneh ke arahnya. Jeya nyengir, tak enak hati pasti suaranya sangat menggangu.
Saat sudah sampai di rumah Luna, mereka langsung masuk ke kamar, karena orangtua Luna sedang pergi kerumah saudaranya yang berada di Bogor.
"Lun, gue laper." Ucap Jeya setelah berganti pakaian seusai mandi.
"Anjir, gak tau diri banget lo!" Ujar Luna.
"Dari pada gue mati kelaperan,"
"Tadi gue udah telepon Silvi suruh kesini bawain makanan. Lagi otw katanya," ucap Luna dan berlalu untuk mengambil minuman.
Jeya tersenyum senang. Jika sudah Silvia yang akan datang membawa makanan pasti tidak pernah tidak banyak. Silvia termasuk sahabatnya yang paling royal terhadap siapapun, tidak akan membiarkan orang terdekatnya kelaparan, sungguh mulia sekali Silvia itu.
Luna dan Jeya sudah ada di meja makan. Menunggu kedatangan Silvia sejak 15 menit yang lalu. Luna sesekali mendumal tidak jelas karena menunggu terlalu lama.
"Ah lama banget Silvi!" Teriak Luna setelah melihat Silvi datang membawa banyak kantong kresek yang berisikan makanan.
"Sorry, Lo tau kan jam segini itu jam jamnya macet." Ujar Silvia dan duduk di sebelah Jeya.
Mereka mulai membuka semua makanan. "Banyak banget sil, Lo yakin bakalan abis?" Tanya Luna.
"Kayak yang gak tau isi perut si Jeya aja Lo!" Ucap Silvia.
"Tau aja sayang nya Sakha, hehe" ujar Jeya.
Luna dan Silvia berdecih sudah hafal dengan kelakuan Jeya.
Mereka mulai makan dengan khidmat. Setelah selesai mereka berbagi pekerjaan, Luna mencuci piring, Jeya menyapu dan Silvi membersihkan meja.
Setelah dirasa sudah bersih, mereka naik ke kamar Luna. Orang tua dan adik adik Luna tidak ada di rumah, oleh karena itu Luna meminta untuk sahabat sahabat nya menginap mengingat besok pun hari libur.
"Eh, kok lo di bolehin nginep? Biasanya susah," tanya Silvia pada Jeya.
"Dengan rayuan dan imbalan." Ucap Jeya
KAMU SEDANG MEMBACA
Tatap ✓
Teen FictionNama nya Rafka sambara. Cowok dengan segala pesona nya yang berhasil meruntuhkan teori Luna, bahwa jatuh cinta pada pandangan pertama memang benar adanya. "Aku jatuh pada pesona mu. Pada senyum juga tatap mu yang mengurung ku pada ruang rindu jika...