"Aku tidak bisa menahan setiap sesak jika mengingat mu.
Jelas kehilanganmu, membuat sesuatu terasa sangat kosong. Disini, dihatiku."
-LunaOrangtua Luna datang dengan tergesa. Melihat anaknya yang sedang meraung keras ketika Rafka dibawa masuk ke ruangan. Lalu menghampiri anak perempuan satu satunya itu. Ibu Luna langsung memeluk erat putrinya.
"Kamu juga luka-luka lun, ayo diobati!" Teriak ibunya.
Luna menggeleng dalam pelukan ibunya. "Kak Rafka mah kak Rafka!" Lirih Luna sebelum terkulai lemas didekapannya. Ibunya yang tidak siap langsung terduduk bersama tubuh Luna.
"Ayah!" Panggil ibunya. Ayahnya Luna dengan sigap membopong tubuh Luna kedalam. Mencari pertolongan untuk segera ditangani.
Sambil menunggu Luna, Rafka dan beberapa teman Ares yang terluka cukup parah, ayahnya Luna menghampiri Ares yang wajahnya memucat. "Jadi bisa dijelaskan bagaimana kejadiannya?" Ares, Sakha dan Reno berdiri begitu sosok ayah Luna yang tegas mendatangi mereka.
Ares pun menjelaskan kejadian nya. Dimulai dari video Luna yang dibekap dan dianiaya. "Cepat kirim video itu lewat email ke perusahaan. Segera obati luka kalian. Saya yang akan mengurus semuanya hingga tuntas. Terimakasih sudah menyelamatkan Luna."
"Sama sama om. Tapi yang nemuin Luna di ruangan itu Rafka," kata Reno
Ayah menghela nafas. Mengangguk, kemudian menyeka air mata yang menggenang. Ares mengerti, sangat mengerti perasaan ayah Luna. "Kalian sudah menghubungi orang tua Rafka?" Tanya nya yang kemudian diangguki oleh Ares.
"Masih di jalan om,"
"Yasudah, kalian cepat obati lukanya. Saya yang akan menunggu orang tua Rafka."
Ketiganya mengangguk mengerti. Terakhir kepergian ketiganya ayah Luna termenung di kursi. Menunduk memijit pelan pelipis nya guna menghilangkan pening di kepalanya. Setelah diberi tahu bahwa Gilang adalah anak dari Allard, rasa ingin menghabisi pria tua itu memuncak. Berani beraninya menyentuh keluarganya, apalagi ini putri satu satunya.
Ia merogoh ponsel. Mencari nama Wangga, sahabat sekaligus sekretaris nya.
"Halo?" Sapa Wangga begitu tersambung.
"Ares udah kirim email ke perusahaan. Cepet lo cek, tuntut Allard dan anaknya sekaligus antek anteknya. Cari bukti selain video itu sampai hukumannya mati!" Kata ayah Luna
"Gue mau bicara sebagai sahabat lo. Jelasin dulu kejadiannya sama gue."
"Luna dianiaya. Sama anaknya Allard yang ternyata bebuyutannya Ares keponakan gue. Gue nggak terima. Anak gue luka luka. Pokoknya lo harus urus ini sampe selesai. Gue percaya sama lo Wangga," ucap ayahnya Luna.
"Oke. Biar gue yang nanganin."
"Lo dimana? Biar gue susul lo kesana."
Setelah menyebutkan rumah sakitnya, Wangga memutuskan sambungan. Tepat suara langkah kaki mendekat dengan terburu dan membuat ayah Luna mendongak.
"Maaf? Orangtua Rafka?" Tanya ayah Luna sudah berdiri.
Wanita itu mengangguk. Iya, itu ibunya Rafka. "Rafka belum selesai ditangani." Kata ayah Luna
🔥
Keadaan sudah cukup membaik. Ibu Rafka yang tadi menangis kini sudah lebih tenang bersama ibunya Luna.
Luna masih memejamkan matanya. Gadis itu baik baik saja dengan luka luka di beberapa bagian tubuhnya. Sedangkan Rafka, sudah hampir 2 jam tapi dokter yang menanganinya belum juga keluar dari ruangan. Membuat semua yang ada di depan ruangan menunggu dengan cemas.
"Silvia sama Jeya ada di ruangan Luna. Kalian nggak mau samperin?" Tanya Reno pada Ares dan Sakha.
"Gue udah ketemu kok tadi." Jawab Ares
"Gue ke silvi dulu." Pamit Sakha.
Kedatangan Silvia dan Jeya beberapa menit lalu sempat menjadi perhatian karena keduanya yang terlihat riuh kala panik.
Tidak lama perginya Sakha, pintu ruangan dimana Rafka berada terbuka. Menampilkan seorang pria yang memakai baju khas dokter dan masker hijaunya.
"Mari dibicarakan di ruangan." Ucap salah satu wanita yang berada di belakang dokter itu.
"Silahkan duduk," kata dokter itu mempersilahkan kedua orang tua Rafka dan Luna.
"Jadi bagaimana keadaanya?"
"Rafka mengalami pendarahan hebat di lengan juga di bagian kepala nya. Sehingga menyebabkan pembengkakan dan menekan saraf yang mengakibatkan mati rasa pada area otaknya."
Semua yang ada di ruangan menjadi menahan nafas. "Kami sudah menjalani penanganan sesuai prosedur. Sekarang, Rafka tidak bisa merespon terhadap suara, nyeri maupun sakit yang biasa disebut, koma." Seketika suara tangisan memilukan terdengar.
"Sampai kapan dok?" Tanya ayah Rafka
Dokter menggeleng. "Kemungkinannya sangat kecil. Kita serahkan semuanya pada tuhan agar Rafka bisa melewati semua ini." Ibu Rafka memeluk erat suaminya. Menyandarkan kepalanya di tengah sesak yang terasa menghimpit di dada.
"Terimakasih dok," setelah dirasa cukup keempat orang tua itu keluar ruangan. Penjelasan dokter tadi sangat membuat keempat nya semakin terpukul dengan kejadian ini.
"Gimana om keadaan Rafka?" Tanya Ares. Perasaannya menjadi tidak nyaman ketika melihat dua pasang suami istri itu keluar dengan bulir bulir air mata mengalir deras.
"Rafka koma."
Mendengar itu tubuh Ares menjadi lemas. Tangannya terkepal.
"Mama ayah?"
Kelimanya menoleh, buru buru menghapus air mata. Memperlihatkan Luna yang tengah berjalan kearah mereka dengan wajah pucat dan infus yang ada di tangannya. Tidak lupa Silvia juga Jeya yang menjaganya.
"Kamu kenapa keluar?" Tanya mama Luna menghampiri anaknya yang tersenyum sayu.
"Aku cari mama tadi,"
"Mama ada disini."
Luna mengangguk. "Om tante, kak Rafka ada dimana?" Pertanyaan itu sontak membuat keduanya gelagapan.
"Ada lun, lagi istirahat." Kata Ares.
"Gue nggak nanya lo." Ujar Luna ketus
"Ketemu Rafkanya besok aja. Sekarang udah malem, kamu juga harus istirahat Lun." Ucap ayah nya
"Tapi Luna cuma mau liat buat buktiin kalo kak Rafka baik baik aja, yah."
Ia beralih pada orangtua Rafka. "Tante..gimana keadaan kak Rafka?"
Sambil menangis ibu Rafka langsung memeluknya erat. Menahan isak yang terus keluar dari mulutnya. "Rafka ada lun, dia nggak baik baik aja sekarang. Rafka koma," tepat setelah mengatakan itu Luna terdiam. Tanpa di suruh air matanya meluruh deras. Hatinya terasa diremat sesuatu tak kasat mata namun nyata.
TBC..
Maap kalo ada salah penjelasan dan aku nggak paham gimana prosedur sebenernya kek apa. Belum sempet mempelajari juga.
Jadi maklumin ya kalau banyak yang nggak sesuai.
See u
KAMU SEDANG MEMBACA
Tatap ✓
Teen FictionNama nya Rafka sambara. Cowok dengan segala pesona nya yang berhasil meruntuhkan teori Luna, bahwa jatuh cinta pada pandangan pertama memang benar adanya. "Aku jatuh pada pesona mu. Pada senyum juga tatap mu yang mengurung ku pada ruang rindu jika...