"Bukan kehilangan tapi kebahagiaan adalah yang ku mau."
"Lun, bisa bicara sebentar?"
Luna yang baru saja sampai di kantin bersama Jeya terdiam mendengar ajakan itu. Ia menoleh pada Jeya, "gue bisa balik ke kelas." Ucap Jeya paham
"Boleh,"
Mereka berdua duduk di bangku kantin yang kosong. Mata bengkak Bintang menjadi perhatian Luna sekarang. "Gue denger Rafka udah sadar ya?"
Luna mengangguk. "Tapi masih belum boleh di jenguk."
Gadis yang ada di hadapan Luna terkekeh, "em, sebelumnya gue mau minta maaf sama lo."
Alis Luna terangkat. "Untuk apa?"
"Gue yang bikin lo salah paham waktu itu."
"Nggak apa, masalah itu udah kelar semua kok." Ucap Luna
Bintang terlihat termenung. Cukup lama terdiam. "Ada lagi? Kalo nggak, Luna mau balik ke kelas." Kata Luna. Kesal juga lama lama diam. Baru Luna akan beranjak, pergelangan tangannya ditarik untuk segera duduk kembali.
"Kenapa nangis?" Tanya Luna ada sedikit nada khawatir disana.
"Atas nama Gilang gue mau minta maaf."
Luna menahan nafas mendengar nama itu di sebut. Seolah luka nya kembali terlihat. Terbayang bayang kejadian menyakitkan di hari itu.
"Gilang?" Mulutnya kelu mengucapkan nama itu.
Bintang mengangguk. Menunduk dalam tangisnya. "Gilang, dia cowok yang gue ceritain. Dia alesan gue buat ninggalin Rafka. Dia yang nyelakain lo dan nyakitin Rafka."
Mulutnya terbuka. Tidak percaya pada kenyataan yang barusan ia dengar. "Jadi.."
"Iya. Dia cowok gue." Kata Bintang menatap nya.
Luna mendengus kasar. "Kak Rafka tau?"
Bintang mengangguk. "Please lun.. maafin Gilang. Gue nggak bisa liat dia di penjara!" Ujar bintang
"Masa depan dia masih panjang! Gilang pantes untuk dimaafin lun!" Lanjut nya
"Dia juga pantes dapetin hukumannya."
"Dia hampir buat Luna mau mati. Dia pakai kekerasan dan apapun alasannya itu tetep salah. Luna, Luna yang sekarang mati matian nyembuhin trauma dari kejadian itu. Kaka nggak akan tau semenakutkan apa Gilang dimata Luna sekarang."
Luna menghela nafas. "Tapi tenang aja, Luna udah maafin dia terlepas dari apa yang dia lakuin ke Luna, kak Rafka dan yang lain."
"Lo serius?!"
"Tapi untuk hukuman, dia harus dapat yang setimpal."
🔥
"Kamu nggak pulang dulu kerumah?"
Luna menaruh buah apel yang sudah di potong potong ke nakas. "Belum, Luna langsung ke sini karena takut jam besuknya habis."
KAMU SEDANG MEMBACA
Tatap ✓
Teen FictionNama nya Rafka sambara. Cowok dengan segala pesona nya yang berhasil meruntuhkan teori Luna, bahwa jatuh cinta pada pandangan pertama memang benar adanya. "Aku jatuh pada pesona mu. Pada senyum juga tatap mu yang mengurung ku pada ruang rindu jika...