27. BINTANG

37 4 0
                                    

"Jangan ngerasa nggak enak. Kamu bukan perusak."

🔥

"Istirahat kedua, ditaman. Saya harap kamu datang sendiri."

Luna masih memikirkan perkataan bintang. Entah kenapa, Kaka kelas nya itu terlihat sinis padahal biasanya selalu ramah dan anggun.

"Kenapa sih ngelamun Mulu," tegur Dinda

Luna menoleh, "nggak. Adhwa sama Jeya mana?" Tanya Luna

"Ke kantin tadi."

"Besok jadi main nggak?" Tanya Dinda

"Ayo, di rumah adhwa?"

Dinda mengangguk, "oke deh." Ucap Luna

"Eh lo biologi udah?" Tanya Dinda

Luna mengangguk, "liat dong!" Pinta Dinda

Luna mengeluarkan buku biologinya. "Gue keluar dulu ya, sumpek di kelas." Ucap Luna

"Terus gue sama siapa?" Rengek Dinda

"Lebay lo. Tuh Jeya sama adhwa udah balik." Ucap Luna dan berlalu dari Dinda yang sempat tertawa dikatai lebay. Dinda sudah biasa di berikan perkataan sadis dari Luna.

"Mau kemana?" Tanya Jeya

"Taman."

Jeya mengangguk angguk.

Luna berjalan sendirian di koridor. Biasanya ia akan berjalan dengan Jeya atau adhwa dan Dinda tapi sekarang sendiri. Tidak merasa aneh. Ia percaya diri.

"Saya pikir kamu nggak dateng." 

"Ada apa?" Tanya Luna. Jujur ia tidak ingin bertele tele. Terlebih ini sedang berada di Ares sekolah.

"Duduk." Titah nya. Bintang

Luna duduk di hadapan bintang. "Kamu suka Rafka?" Tanya bintang.

Nada suara bintang sudah kembali bersahabat. Berbeda dengan tadi dan beberapa detik yang lalu.

Luna mengangguk dengan mantap. "Apa Rafka pernah cerita tentang saya?"

"Nggak."

Bintang mengangguk angguk. "Saya putus sudah lama, sekitar delapan atau sembilan bulan yang lalu?-" ucap bintang

Luna mengangguk.

Jadi udah lama? Pikirnya

"Iya, bahkan sebelum kamu masuk ke sekolah ini." Ucap nya

"Kamu mau tau penyebab putusnya?" Tanya bintang

"Hak Kaka. Saya ngerti privasi." Ucap Luna

Cewek dengan rambut hitam tergerai itu terkekeh, "saya pikir kamu harus tau."

Ngapain nanya! Ujar nya dalam hati.

"Waktu itu saya ngerasa bosan sama Rafka."

Tatap ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang