38.

42 5 0
                                    

"Kamu punya ruang tersendiri dihati ku. Yang kini termakan oleh waktu, lalu menjelma menjadi rindu."
-Luna

Luna mengusap air matanya dengan lengan. Memeluk Reno yang raut mukanya keruh. "Baik baik ya Lun, percaya ini semua akan terlewati. Luna harus semangat biar Rafka nya nggak sedih." Luna mengangguk dalam pelukannya.

"Bang Reno juga baik baik ya disana. Jangan nakal, belajar yang bener!" Kata Luna

"Iya, saya akan ngabarin kamu terus. Kabarin kalo ada berita apapun ya lun. Maaf nggak bisa temani kamu sekarang, karena ini bener bener nggak bisa di tunda." Lagi Luna mengangguk.

"Luna ngerti kok," lalu melepas pelukannya.

"Maaf ya, maafin saya.."

"Iyaa, udah ah jadi makin sedih tau!" Kemudian memukul lengan Reno sambil tertawa. Interaksi keduanya tidak luput dari perhatian orang yang mengantar Reno termasuk Ares. Cowok itu tau, Luna sangat terluka sekarang.

Reno tersenyum, "saya pamit ya." Lalu mengacak rambut Luna.

"Hati hati,"

Iya, hari yang di tidak diharapkan terjadi kini sudah hampir terlewati. Hari dimana keberangkatan Reno ke Swiss.

Reno kemudian pamit pada yang lain. Mengucapkan terimakasih dan berjanji akan kembali. Reno membalikkan tubuhnya, membawa dirinya bersama koper di tangannya. Pertemuan adalah awal dari perpisahan, bukan?

🔥

Sudah 1 minggu Rafka belum juga bangun dari tidur panjangnya. Luna merasa sepi, terasa sekali kekosongan tanpa rafka. Setiap bertemu, cowok itu hanya diam dengan mata yang tertutup rapat. Hah.. Luna rindu iris mata coklat yang selalu menatapnya itu.

"Hai kak, Luna dateng lagi hari ini."

Ia mengambil tangan Rafka untuk di genggam, dingin dan tampak kurus. "Udah seminggu lho, Kaka masih aja susah bangun. Sepi, Luna kangen sama suara Kaka." Lalu menempelkan pada pipinya yang hangat.

Ia tersenyum, "Luna harus pake cara apa lagi supaya Kaka bangun?" Lalu tanpa aba aba air matanya meluruh.

"Hari ini Luna belum makan, langsung kesini sehabis pulang sekolah. Takut jam besuknya keburu habis kalo Luna pulang dulu." Kata Luna dengan nada gemetar menahan isakkan.

Luna menggigit bibir dalamnya kuat. "Luka Luna udah sembuh semua loh kak, di pipi, kaki, tangan, kepala Luna juga udah nggak sakit lagi." Kata luna

Luna terdiam, tangannya menyusuri lekuk wajah Rafka pelan. "Kak.."

"Cepet bangun ya, setiap hari, setiap liat kaka rasa bersalah Luna semakin banyak. Bahkan Luna ngerasa kata maaf aja nggak cukup. Sampai kapan kak? Ayo bangun, buktiin ke Luna kalo Kaka kuat, Kaka bisa lewatin ini semua."

Luna mengusap kelopak matanya yang tertutup erat. "Luna kangen ditatap kakak,"

Luna menghela nafas. Ruangan yang sunyi membuat Isak Luna terdengar semakin memilukan. "Luna pulang kak. Luna janji besok bakal ke sini lagi, semoga besok Kaka udah bangun."

Luna berdiri dari kursinya. Berat sebetulnya meninggalkan Rafka sendirian. Namun, batas waktu yang sedikit membuat Luna mau tidak mau beranjak dengan harapan yang sama. Semoga besok cowok itu sudah terbangun.

Tatap ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang