9. RENO

70 12 0
                                    

Sudah jam 8 malam. Luna sudah mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru bersangkutan. Ia merebahkan dirinya dan mengambil ponsel.

"Udah lama gak denger musik," gumam Luna.

Luna pun mulai menyetel musik dengan kencang sambil membuka grup chat dengan Jeya dan silvia.

HIII!!!!

Jeya si halu.
Anjir lun, kak Rafka fix menjomblo!!!

Silvia bucin.
Anjir lun! Langsung gercep lah!!

Luna memutar bola matanya. Dikira gampang apa main Deket deketin aja! Umpat Luna.

To; HIII!!!!
Gak segampang itu lah, gila.

Silvia bucin.
Gue minta nomor kak Rafka deh ke Sakha, mau gak?

To; HIII!!!!
Udah punya dong

Silvia bucin.
Ya udah, chat aja lah lun. Nanti keduluan orang lagi. Kak Rafka kan cakep tuh ya. Pasti banyak yang suka

To; HIII!!!!
Gak seberani itu lah gue.

Jeya si halu.
Terserah lun, kita liat aja nanti. Gue yakin kak Rafka juga susah buat lupa sama mantannya. 3 tahun kan gak lama.

To; HIII!!!!
Iya lah

Tapi salah gak sih gue berharap terus terusan, padahal kak Rafka aja gak peduli. Apa gue yang geer ya?

Setelah beberapa saat grup sudah terlihat sepi. Tak ada tanda tanda dibaca dari kedua sahabatnya. Musik berganti dengan berjalannya waktu.

Ia membuka kontak panggilan yang ada di ponselnya. Mencari satu nama yang sudah sangat sering ia panggil dalam hati. Rafka sambara. Kakak kelas yang entah mengapa selalu menatapnya jika bertemu dan berpapasan. Bagaimana bisa ia tidak jatuh cinta dengan pria itu. Tatapan teduh dan pahatan wajah yang terlihat susah untuk tidak dipandang.

Luna menemukan nama itu dan langsung membuka ke room chat dengan Rafka. Tak ada pesan disana. Tangannya sangat gatal untuk mengetikkan sesuatu disana saat melihat tanda online diatasnya.

Kak Rafka^^
Hai kak.

Setelahnya jari Luna sudah ingin memencet tombol kirim. Namun, lagi lagi ia tak punya keberanian untuk melakukannya. Jika ia gadis agresif, mungkin, sedari dulu ia sudah mencari tau bahkan mungkin secara terang terangan menyatakan perasaan. Sayangnya, ia bukan seperti itu. Cukup sadar diri dengan keadaan.

Kadang Luna berfikir ini perasaan yang tak wajar tumbuh dalam dirinya. Mungkin orang orang diluaran sana pun memikirkan hal yang sama. Bagaimana bisa berharap padahal hanya ditatap. Tapi terbukti, ia benar benar berharap dalam tatap. Menyukai pria bernama Rafka sambara yang ia pun tak tau tentang nya. Lalu perasaannya seperti sangat sulit untuk dilupa. Bukannya lupa ia malah mencinta.

Awalnya Luna tak percaya dengan cinta pandangan pertama, tapi setelah mengatakan nya ia malah merasakannya. Bukan dari fisik. Sulit dijelaskan.

Tatap ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang