17. PERHATIAN

58 6 0
                                    

"Jauh sebelum kamu diam diam merhatiin saya."
-Rafka

"Saya suka kalo gitu." Ujar Rafka.

"Suka Luna?" Tanya Luna. Keberanian dari mana Luna pun tidak tahu itu.

Rafka terkekeh, "udah jelas 'kan?" Tanya nya

Luna tertawa canggung. Kenapa tiba tiba awkward gini.

"Mau jalan lagi?" Tanya Rafka

"Ayo, kakak ngga capek?" Tanya Luna.

"Harusnya saya yang tanya begitu," ucap Rafka.

Mereka kembali berjalan. Menyusuri beberapa karya yang sangat enak dipandang. Sambil terkadang tertawa karena lelucon mereka. Satu hal yang Luna tau lagi. Rafka receh sekali. Maksudnya, receh dalam artian mudah tertawa. Sama seperti dirinya.

Mereka terlihat bahagia. Luna dengan mudah melupakan kejadian tadi pagi. Lalu terkadang Rafka mencuri curi pandang kearah Luna. Kadang pula memotret gadis itu yang tampak bahagia. Tentunya dengan diam diam. Pasti banyak sekali Poto candid Luna.

Luna membeli satu barang yang menurutnya sangat menarik. Lebih tepatnya dibelikan oleh Rafka. "Biar aku aja yang bayar. Kan aku yang mau!" Padahal Luna sudah berbicara seperti itu. Tapi tetap saja Rafka memaksa ia yang mengeluarkan uang. Harga nya tidak murah, membuat Luna tidak sampai hati.

"Saya laper, makan dulu ya lun." Ajak Rafka.

"Boleh,"

Rafka memakaikan helm untuk Luna. Harapan Luna terkabul bukan?

"Makasih kak Rafka." Ujar Luna.

Rafka tersenyum lalu menyuruh Luna naik. Tak ada percakapan di motor. Luna sibuk dengan suara batinnya. Bertanya tanya kapan Rafka akan menyatakan perasaannya. Meskipun terdengar tabu tapi Luna yakin cepat atau lambat halunya kembali menjadi nyata. Ingat, tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini.

Selesai memesan, Rafka mengambil ponselnya. "Nanti foto fotonya saya kirim." Ucapnya karena tadi Luna sempat meminta.

Lalu Rafka menaruh kembali ponselnya. Menatap Luna yang berada dihadapan nya. Membuat Luna salah tingkah karena terciduk sedang memandang Rafka lamat lamat. "Kenapa saya suka banget sama mata kamu, ya?" Tanya Rafka.

Pertanyaan itu membuatnya termenung beberapa detik. "Kenapa Luna suka kakak ya?" Tanya Luna balik.

Lihat lah, Luna bahkan sudah tidak malu seperti ini ke Rafka. "Mungkin itu pertanyaan yang sama. Yang mungkin nggak ada jawabannya." Sambung Luna.

"Bener, nggak ada alasan."

Luna mengangguk setuju. "Ng, kak"

"Iya?"

Ucapan Luna terjeda. Karena makanan mereka sudah tersaji sesuai pesanan. "Tadi mau ngomong apa lun?" Tanya Rafka.

"Duh lupa kan jadinya!"

"Ya udah makan dulu aja." Titah Rafka.

Tatap ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang