Prolog

2.2K 110 4
                                    

                                 🌻

Hari Kedua Mos setelah satu hari yang cukup melelahkan untuk siswa baru. Matahari pagi yang menyambut kedatangan gadis berambut panjang sepundak itu dengan ceria. Berjalan dengan penuh semangat memasuki gerbang sekolah SMA Jaya yang terkenal banyak prestasi dan favorit.

Cukup membanggakan bukan, jadi harus memberi kesan teladan untuk hari ke dua MOS. Panggil saja gadis yang memiliki tubuh tidak terlalu tinggi itu Shela. Ia menghampiri sahabatnya bernama Clara yang sudah berada di lapangan dalam satu pandangan.

"Tumben berangkat pagi. Di SMP aja,bel masuk baru dateng," sindir Clara.

"Semua orang itu juga akan berbubah untuk menjadi lebih baik," ceramah Shela.

"Terserah bu ustazah," timpal Clara sambil mereka berdua berjalan menuju kantin. Kebetulan bisa bertemu Clara saat ingin memasuki kelas sehingga tidak seperti orang bingung saat berada di kelas nanti mencari tempat dan teman duduk.

Brukk...

Seseorang tanpa sengaja menyenggol bahu Shela saat berjalan menuju kantin, sehingga badan kecilnya tersungkur jatuh ke lantai karena cukup keras.

"Anjir, bisa jalan gak sih," celetuk Shela kesal.

Cowok itu hanya melihat Shela jatuh tanpa meminta maaf dan pergi begitu saja.

Clara yang melihat Shela berada di lantai hanya tertawa.

"Gue salah bilang lo ustazah, baru jatuh aja bilang anjir seharusnya,innalilahi," nasihat Clara.

"Bukannya bantuin malah ngetawain," Shela bangun sendiri sambil membersihkan rok yang kotor karena jatuh dengan tangannya.

"Buruan jajannya, nanti telat lagi ke kelas! " suruh Clara.

Mereka berdua lalu berlari menuju kelas, karena ulah Shela harus mampir ke kantin terlebih dahulu untuk membeli penunda lapar.

"Kita duduk mana nih depan udah penuh, lo sih pake mampir ke kantin," kata Clara kesal yang sampai di depan pintu kelas.

"Di belakang cowok itu kosong, duduk situ aja daripada gak dapet," ujar Shela sambil menunjuk meja di belakang.

Shela dan Clara berjalan menuju meja kosong yang berada di belakang dari dua meja.

"Eh gue ke kamar mandi dulu ya," pamit Clara.

"Mau gue anterin? " tanya Shela.

"Gak usah."

"Alhamdullilah."

Shela mengeluarkan buku kosong dan pulpen dari tasnya agar terlihat seperti orang pintar padahal abstrak.
Tanpa sadar pulpen Shela terjatuh kedepan meja. Shela memutuskan untuk meminta tolong ke cowok yang berada di depannya.

"Eh boleh minta tolong ambilin pulpen yang ada dibawah meja lo?" pinta Shela sambil mengacungkan jari telunjuk kepunggung cowok itu memanggil.

"Heeiii," panggil Shela lagi.

Cowok itu menenggok ke Shela yang dari tadi sibuk mengganggunya. Hanya menatap Shela penuh tanda tanya dan datar. Shela seperti pernah melihat cowok ini dimana ya? pikirnya.

"Gue inget, lo yang nyenggol gue tadi kan? Gak tau maaf apa! " bentak Shela.

Ia hanya diam dan masih menatap Shela tanpa ekspresi.

"Ambilin pulpen gue! "

"Gak," satu kata yang terlontar.

"Di bawah meja lo! Ambilin lah,"

Cowok itu tidak mempedulikan Shela dan berbalik memainkan hpnya lagi.
Teman sebangkunya datang, tidak sengaja melihat Shela yang merasa kesal dengan sahabatnya itu, lalu mencoba untuk berkenalan.

"Kenalin nama gue Alden," ucap Alden menggulurkan tangannya ke Shela.

"Shela," menjabat tangan Alden.

"Gue boleh minta tolong? Ambilin pulpen gue dibawah meja lo," pinta Shela.

"ini," tunjuk Alden setelah menggambilnya.

"Makasih."

"Kenalin ini temen gue namannya Rayn," ucap Alden sambil menepuk bahu Rayn.

"Oh ... Gue gak mau tau namannya," timpal Shela.

                                 🍀

Segini aja gaes prolognya.

Sampai ketemu ke next cerita ❤

Rayn Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang