Perpustakaan adalah tempat tertenang di sekolah, dimana kita bisa merefreskan pikiran atau menambah pikiran. Sekarang Shela sedang menambah pikiran untuk belajar fisika, karena beberapa minggu lagi akan diadakan ujian kenaikan sekolah. Pelajaran fisika jika tidak coba di mengerti tidak akan pengertian memberi nilai bagus.
Duduk sendiri sambil mata fokus ke buku sedangkan pikiran entah kemana. Pertemuannya dengan Salsa kemarin membuat Shela menyesal tentang ucapan yang ia lontarkan.
"Kalo misalnya Vino nembak gue beneran gimana?hah. Terus gue jawab enggak, padahal kan dia udah gue incer dari abad ke sepuluh. Kalo iya, gue udah ngomong sama Salsa gak akan pacaran. Tapi ini pertama kali cowok yang suka gue suka juga sama gue. Eh tapi kata siapa dia suka, aaarhh ... " celoteh Shela lirih hingga orang yang tidak jauh dari tempat duduk Shela menyorotinya, karena sedang berbicara sendiri.
"Gimana ini? Mama ..." rengek Shela sambil menutupi wajahnya menggunkan buku yang di hadapannya.
"Brisik! " seru seseorang lalu duduk disamping Shela hingga Shela langsung menurunkan buku yang berada diatas wajahnya dan memberinya tatapan sinis.
"Ini perpus bukan hutan, yang seenaknya lo bisa teriak. Orang yang mencari ilmu pada keganggu sama lo, " ucap Rayn lalu mengarahkan Shela ke orang-orang yang masih menyoroti Shela.
"Maaf ... Maaf, " ucap Shela tidak bersuara ke orang yang melihatnya tidak suka lalu fokus ke buku mereka masing-masing.
"Lo ngapain disini?" tanya Shela."Terserah gue. Gue bayar sekolahan ini, " balas Rayn.
"Iya tahu, tapi jangan duduk samping gue. Pindah gih, " usir Shela.
"Lo aja. Gue pengen disini " timpal Rayn.
"Hih."
Mereka berdua saling diam membaca buku. Walaupun Rayn memang sering bermain game, soal belajar ia tetap nomer satukan. Apalagi kenaikan kelas sudah dekat.
"Nayla kemarin bilang ke gue tiba-tiba , kalau dia udah tahu kita cuma pacar bohongan," ucap Shela lirih.
"Ya udah, " balas Rayn.
"Kok ya udah. Lo gak mau jelasin gitu biar dia percaya, " ujar Shela.
"Jelasin apaan, " tanya Rayn.
"Kita pacarannya gak bohongan," jawab Shela.
Rayn menarik salah satu sudut bibirnya. "Jadi lo mau jadi pacar gue beneran? " timpal Rayn.
"Enggak, kok gitu sih. Bukan itu maksud gue. Ya udahlah, " kesal Shela salah bicara dan membereskan bukunya lalu pergi meninggalkan Rayn.
Ketika menulis daftar meminjam buku, ada guru yang berada didepan Shela sekarang. Selesai menulis, Shela memberi salam kepada guru bahasa indonesia.
"Kamu anak sebelas IPA dua kan? " tanya Bu Siti.
"Iya bu."
"Tolong bawa buku yang ada diatas meja itu ke kelas kamu. Saya ada keperluan sebentar, itu tolong dikerjakan hal 82," jelas bu Siti.
"Baik, bu, " jawab Shela lalu langsung membawa buku paket yang berat ada 17 buku.
Perjalanan menuju kelas sendiri membawa buku cukup berat apalagi jarak perpustakaan ke kelas cukup jauh. Dari banyak orang yang menatapnya Shela kesusahan membawa buku itu. Ada seseorang berniat membantu Shela langsung membawakan setengah dari tumpukan buku paket yang tebal.
Awalnya Shela tidak melihat siapa yang membantunya. "Makasih." ketika melihat orang itu disampingnya. " Lo! balikin bukunya, tumpukkin lagi mana? Cepet," ucap Shela.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rayn
Teen Fiction"Awas aja jatuh cinta sama gue, " ucap Rayn. "Gak akan!" jawab Shela. Siapa yang tidak mengenal Rayn Elgio Altezza, siswa yang sudah mencuri perhatian satu sekolah. Tidak banyak bicara, humoris, jago main gitar, plusnya bisa membuat hati perempuan...