15

2.8K 342 16
                                    

Bercermin pada hati.
Tentang kita yang tak bernama
Mungkin ada rasa
Sedikit ingin mengadu kata

.
.
.


A Secret Of Phoenix Capt 15

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

A Secret Of Phoenix Capt 15

Pangeran Seok Jin terlihat sedang menjemur beberapa gingseng, dan tanaman obat lainnya. Yang akan ia jadikan bahan percobaan, nantinya. Keseriusan pangeran ini, membuat waktu yang berharga itu Ia manfaatkan sebaik mungkin.

Pangeran Seok Jin mengendus Gingseng yang Ia pegang, kemudian memiringkan kepalanya. Seperti sedang berargumen dengan Gingseng - gingseng, seksi di hadapannya.

"Kau sedang sibuk? ". Pertanyaan itu, membuat fokus Pangeran Seok Jin teralih. Ia melihat, sang Ayah. Sedang berjalan bersama beberapa pengawal dan dayang, menuju kearahnya.

"Aboji". Dia menunduk, membungkuk saat Ia tahu sang Ayah masuk kekediamannya.

Raja Naga itu tersenyum, lalu matanya teralihkan pada beberapa gingseng disana. "Apa kau masih menyukai belajar tentang obat - obatan?".

"Iya, ayah". Dia sangat senang, wajahnya tak bisa menutupi itu. Mungkin dalam satu tahun, ayahnya satu kali menjenguknya. Dan itu adalah hari yang sangat spesial, bagi Pangeran Seok Jin. Lantas hari biasanya? Tenang saja, mereka tetap bertemu. Tapi di ruang pribadi Raja.

"Belajarlah yang giat". Raja itu menepuk pundak pangeran, mengisyaratkan sayang yang Ia punya kepada Pangeran Seok Jin.

"Baik, ayah". Wajah sang pangeran terlihat meragu, tapi mulutnya tak mau menutup untuk mengatakan sesuatu. "eum, ayah.. Bolehkah aku meminta sesuatu? ".

"Katakan? ".

"Sebenarnya, aku dan Putri Jisoo ingin menemui ayah. Siang nanti, eumm aku ingin melamar.Putri Jisoo... Bagaimana menurutmu, ayah?". Katanya dengan halus.

"ah, untuk pernikahannya.. Aku tidak apa jika harus menunggu Jung dulu, ayah". Tambahnya, Ia takut ayahnya akan menolak.

Raja mendengar suara rendah putranya, yang sedikit ragu dan malu. Sontak dia tertawa, rasanya ia mengingat saat dulu meminta Izin pada ayahnya. Untuk menikah dengan, Yoona. "Tentu saja! Kenapa tidak? ".

Wajahnya mengembang, matanya berbinar. Ia menatap ayahnya, bagaikan sebuah keajaiban dunia yang baru terjatuh dari langit "Benarkah? ".

"Ya!". Jawab Raja mantap.

"Terimakasih, ayah".

"untuk apa berterimakasih,  Nak. Ini adalah tugasku".

"Tidak ayah, aku hanya ingin berterimkasih, Terimakasih, ayah". Pangeran itu mengulangi, dengan membungkuk.

Wajah Raja itu meredup, memandangi anak sulungnya "Maafkan ayah".

"Untuk? ".

"Aku tau, aku sering membuatmu sakit hati. Maafkan aku".

A Secret Of PHOENIX [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang