-5

2K 258 32
                                    

Ketika sebuah kehidupan
Berada di sudut bibir
Terasa manis, namun pahang di tenggorokan

.
.
.

A Secret Of Phoenix Chapt -5

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

A Secret Of Phoenix Chapt -5

Lisa duduk didepan beranda, matanya hanya menatap lurus dedaunan. Apa yang Ia fikirkan, tidak ada yang berani menebaknya. Hanya satu kemungkinan, perasaan bersalah pada seorang yang sama sekali Ia tidak pernah temui.

Mata yang tajam terasa sayu hari ini, ia kesampingkan semua urusan sementara. Dia ingin lebih merenungi, betapa bodohnya Lisa. Membiarkan nyawa yang seharusnya tumbuh itu, pergi begitu saja.

"Nyonya Han, apa kau punya anak?". Tanyanya kemudian, masih menatap daun didepannya.

"Maaf yang mulia?". Nyonya Han, membungkuk mensejajarkan tubuhnya dengan Putri Lisa. Saat suara Lisa, menyebut namanya.

"Kau pernah bercerita, mempunyai anak laki-laki yang sedang menempuh ilmu di sunkyunghaen". Kata Lisa, lebih detail.

"Ah, ya Permaisuri".

"Bagaimana Rasanya, saat kau tau. Kau hamil saat itu?".

"Tentu, ibu mana yang tidak bahagia.. Aku sangat bahagia, sampai sampai aku melompat tanpa sadar". Dayang itu menceritakan, dengan kekehannya. Membuat Lisa mengulas senyum tipis.

"Benarkah? Kau sangat beruntung".

Perkataan itu membuat sang Dayang bungkam seketika, dan merasa kikuk.

Lisa mengangguk, saat tidak ada perkataan lebih lanjut. Dari dayang di belakanhnya itu. "Tidak apa, Nyonya Han. Mungkin, jika aku tau lebih awal. Akupun, akan seperti itu".

"Ma maafkan aku, permaisuri".

"Kenapa kau meminta maaf, kau tidak bersalah-—". Lisa menengok sedikit, ke arah Dayang tersebut. "—mendengarkan nya dari mu, membuat aku merasakan perasaanmu. Terimakasih".

Wajah sang Dayang murung seketika, berbeda dengan Lisa yang tersenyum cerah. Dayang itu tau, bagaimana perasaan Lisa. "Dulu, sebelum aku hamil anakku. Aku juga pernah keguguran, aku juga merasakan perasaanmu Putri. Maafkan aku, maafkan aku".

Putri Lisa merasa nyeri, dia hanya tersenyum dan mengalihkan pandangannya. Kembali dalam renungannya, membuat keadaan sepi senyap kembali.

Daun-daun yang gugur, tergulung dan salah satunya menerpa kekaki Putri itu. Lisa membungkuk, dan memungutnya. Warnanya kusam, seperti telah lama mengering di tanah. "Semua bisa menghilang seperti debu, yang kita kenal. Atau tidak kenal, semu. Apakah hidupku saat ini juga semu? Ibu.... Apa kau bersama cucu mu sekarang? Bagaimana rupanya, beritahu aku". Lisa melamuni daun kering itu, hingga tidak terasa air matanya luluh di pipinya.

A Secret Of PHOENIX [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang