16

2.8K 366 19
                                    

Menara yang tinggi
Tak mampu mengintai hatimu
Bahkan jika ku menelitimu
Kosong

.
.
.

A Secret Of Phoenix Capt 16

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


A Secret Of Phoenix Capt 16

Waktu kadang tak mampu membuktikan semuanya dengan mudah, seperti Taehyung yang terus berjuang melawan teka - teki Geobugg-i yang mulai muncul kepermukaan.

Pangeran Tampang yang mempunyai senyum khasnya, terus mondar - mandir. Mengigit jarinya, dia merasakan gerah didalam kamarnya. Tapi dia juga kesal untuk keluar dari sana, pasal orang-orang yang bekerja dengannya yang di nilainya adalah mata -mata sang ayah.

"Arghghhh". Pangeran itu memakai baju putih, dan wajah yang kusut sepertinya dia masih belum mandi sehabis tidur semalam. Lihatlah lingkar putih dipinggir bibirnya, Euh.. Sungguh menjijikan. Tapi sayangnya dia tampan, jadi mari kita maklumkan saja.

Dia mengacak rambutnya, memarahi dirinya sendiri yang tidak bisa memikirkan apa apa saat ini. Ah.. Mana mungkin, apakah pangeran itu frustasi? Dia berkacak pinggang, kemudian berjinjit, ke arah cahaya di jendela kamarnya. Memperhatikan lalu lalang orang di luar sana, "ottokhe!!! ". Wajahnya memelas sekali, untuk ukuran Pangeran yang mempunyai segalanya.

Siapapun, tolong pangeran itu.

.
.
.

Berbedahal dengan Pangeran Taehyung, yang masih terpenjara. Adiknya saat ini sedang berputar-putar, membiarkan ujung gaunnya berkibar dan mengembang. "Bagaimana, sana? ".

"Cantik, Putri". Jawabnya, dengan wajah sumringah.

Merasa dipuji, Putri itu senang bukan kepalang. Ini kali ketiga, dia akan bertemu Pangeran Jungkook. Dengan keterampilannya, dan jangan lupa rencana nya.

"Putri, apa kau yakin? ". Tanya Sana, dia masih ragu akan rencana ketiga putri kepada Sang Phoenix.

"Ya! Tidak ada cara lain. Aku ingin membuktikan, bahwa aku tidak hidup dibawah bayangan".

"Tapi putri, ini sepertinya bukan hal yang direncanakan sebelumnya. Bukankah kau hanya ingin lebih baik dari Putri Lisa, mengapa kau ikut rencana ini". Sana Bukan sedang bawel, bukan juga membangkang. Hanya khawatir, itu saja.

"ya.. Ya.. Ya..". Gadis itu seakan menutup kupingnya, meskipun keraguan tetap ada disana.

Sudahlah, baiklah. Sana, mari kita tonton saja. Sana tak mau berdebat, dia diam dan menggelung rambut Tzuyu.

Kedua Putri Yang lain sudah siap di depan sanggar, memang sebelum pergi ke empat putri di kumpulkan disana terlebih dahulu. Putri Lisa menarik nafasnya, kemudian menghembuskannya. Tangannya mengepal, matanya berkilat marah.

Baju putih Sutra yang akan Ia kenakan, rusak. Entah siapa yang merusaknya, mengapa seperti drama yang kekanakan! Putri Lisa menutup matanya, menahan amarah yang ingin meluap. Dengan tidak sabaran, putri itu membuka laci pojok kanan atas. Dan melihat baju sutra, yang biasa di pakai sang ibu. Baju itu juga, yang selalu menemaninya di pelataran jurang. Saksi bisu kejadian naas itu.

A Secret Of PHOENIX [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang