(Don't play mulmed yet)
Horse Barn, 6 Desember 2018, 9.22 AM
Jin Hee menyusupkan kedua tangannya ke dalam saku hoodie tebal yang dipakainya kini. Duduk di salah satu bangku yang berada di luar pagar pembatas lapangan berkuda. Meneguhkan atensi nya pada seorang lelaki berparas tak kalah rupawan dari pemeran utama cerita ini. Dirinya mengulas sebuah senyum begitu melihat sosok itu menyadari kehadiran Jin Hee. Pun, kuda yang ditunggangi pemuda itu berjalan mendekat.
"Sejak kapan di sini?" Tanya V, lelaki yang masih duduk di atas kuda pilihannya.
"Sejak tadi." Jawab Jin Hee, seraya menggeleng begitu V mengisyaratkan dirinya untuk ikut naik ke kuda hitam bercorak putih itu.
"Kau tidak lupa kan? Aku takut kuda." Ucap Jin Hee sedikit kesal karena V masih bersikeras untuk membuat wanita Go itu menunggangi binatang yang menjadi hobi segelintir orang, tidak termasuk Jin Hee.
V terkekeh pelan, memacu kuda nya untuk berlari kembali mengelilingi lapangan dengan kecepatan yang mampu membuat Jin Hee mengacungkan jempol. Wanita itu menunduk, memainkan sebuah ranting kayu yang tadinya berada di bawah bangku. Ia menghela nafas pelan, tak menyadari kehadiran seorang lelaki yang tampak meringis melihat Jin Hee yang kuat berdiam diri di luar ruangan dengan suhu sedingin itu.
"Masih belum berbaikan?" Wanita itu menoleh cepat, cukup terkejut begitu mendapati kehadiran Jimin yang sedang mengambil tempat duduk di samping Jin Hee. Pun, ia yang paham ucapan lelaki itu hanya diam tak menanggapi. Memilih kembali menutup mulut dengan mata yang sesekali menatap V dengan kuda nya dan ranting kayu di pangkuannya. Kelakuan yang sebenarnya sama sekali tak berguna.
Jimin tersenyum, menyenderkan punggungnya ke belakang sembari ikut menonton kegiatan sahabatnya di lapang. "JK menceritakan nya padaku." Lagi, Jin Hee masih tidak mau merespon. Memilih mendengarkan apa yang hendak lelaki Park itu ucapkan padanya.
"Percayalah, lelaki itu tidak pernah ragu pada perasaan mu." Jimin menjeda untuk melirik Jin Hee di sampingnya, "Dia khawatir kau pergi dan kami khawatir Circle akan melakukan hal buruk untuk membuatmu pergi. Bahkan JK terus berusaha untuk menjauhkan Circle darimu."
"Aku tidak bermaksud menyalahkan mu. Aku juga tahu bagaimana rasa nya ketika semua orang menutupi kebenaran dari mu. Tapi, bukankah seharusnya kau tahu hal ini bisa saja terjadi sejak kau memutuskan untuk tetap tinggal bersama kami?"
"The Beyond. Kelompok yang orang sebut sebagai mafia terganas di Korea Selatan. Kami memiliki banyak rahasia. Jika dia tidak memberitahukannya padamu, itu karena akan lebih baik jika kau tidak tahu. Pilihannya ada dua, mengancam hati atau bahkan mengancam nyawa." Jin Hee tertegun. Mencoba menahan lirikan yang hendak ia berikan kepada Jimin.
"Jadi, inilah keputusan kami. Merahasiakannya darimu." Jimin membuang nafas berat. Memberikan seulas senyum untuk sekedar menegaskan bahwa ia sama sekali tak bermaksud buruk. Lelaki itu melirik sebuah benda yang sejak tadi bawanya. "Berbaikan lah. Bos kami jadi sering melamun akhir-akhir ini."
"Tadi, dia menitipkan ini untuk mu." Wanita itu akhirnya menoleh, menerima ragu sebuah paper bag cokelat yang Jimin berikan. "Katanya, oleh-oleh. Ah, dia juga meminta maaf karena itu sudah tidak hangat lagi."
Membuka gulungan paper bag itu pelan, Jin Hee menatap muram makanan yang benar-benar Jungkook bawakan dari Shanghai hanya karena permintaan bodoh nya. Pun, mata nya berubah menjadi sendu seketika. Meringis begitu menyadari matanya hampir menjatuhkan tangis. Ia mengucapkan terima kasih dan meminta maaf kepada Jimin dengan suara pelan nya, memilih pamit tanpa berani mendongakan wajah. Mengambil jalan cepat sembari memeluk paper bag yang sudah kembali ditutupnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The B-White | JJK √
FanfictionSometimes Black. Sometimes White. Black for everyone. White for her. The meeting between Black and White. Different. But together. ----- "Who's better? Black or White part of me?" ©2019, February (official publishing) STAY AWAY FOR PLAGIARIST 🪓🤪