(Don't play mulmed yet)
"Tentu saja. Bagaimana dengan mu?"
"Aku? Aku baik-baik saja setelah mendengar mu baik-baik saja."
Jin Hee tak mendengar apa-apa lagi. Batinnya bergumam keras bahwa ia tidak dalam keadaan baik-baik saja. Timah panas tertanam cukup dalam di betis nya, dan ia mengucap syukur karena Namjoon atau Jin yang ada di seberang sana tidak menyadarinya. Tentu saja karena ia langsung berbohong jika suara tembakan beberapa saat lalu adalah peluru yang ditembakannya. Sangat terlatih, bibirnya bahkan belum mengeluarkan ringisan.
Untuk detik ini, Jin Hee aman. Ia sudah berhasil memasuki kamar yang disebutkan Namjoon tadi. Pintu yang tidak memiliki kunci itu juga sudah dihalangi oleh lemari kosong serta benda berat lainnya. Tentu setelah bersusah payah untuk tidak mengeluarkan suara berisik.
Mata nya sibuk meneliti kamar yang perabot nya masih seratus persen lengkap. Belum kunjung menemukan benda yang dicarinya selagi tangannya sibuk menghentikan pendarahan luka nya dengan kain sobekan gorden.
"Oppa, aku tidak bisa menemukannya. Semua dinding clear, bawah ranjang juga clear. Aku tidak melihat saluran ventilasi seperti di toilet." Lapor Jin Hee.
Ia mengalihkan rasa sakitnya dengan mengelilingi kamar, mengecek sekali lagi setiap sudut yang mungkin terlewati. Hingga balasan dari Jin didengarnya, "Kalau begitu geledah semua nya. Pasti ada tombol atau apapun yang bisa menjadi petunjuk."
"Baiklah." Respon nya yang segera bertindak mematuhi. Semua pajangan dinding disingkirkan. Buku-buku dalam rak hingga laci-laci lemari ditariknya. Semakin bergerak cepat ketika pintu kamar terdengar didobrak kasar.
Seruan keras berbahasa asing menyusul sedetik setelah satu per satu benda yang digunakan Jin Hee untuk menahan pintu jatuh. Tubuhnya seketika membeku, bernafas cepat sebelum mengambil tindakan segera dengan menarik kuat rak tinggi di depannya. Bermaksud menyingkirkan seluruh buku, Jin Hee membuang nafas lega sekaligus senang ketika mendapati pusat kendali sensor terpasang di balik nya.
"Kau sungguh baik-baik saja?"
(Play mulmed here)
Menghentikan kegiatannya yang sedang membuka heels, Jin Hee cukup terkejut mendengar suara itu lagi. Dia kira Namjoon sudah memutuskan koneksinya dengan Jungkook. Menggeleng berusaha fokus, Jin Hee tersenyum sebelum menjawab. "Kau tenang saja, aku sudah menemukannya. Aku tak apa."
"Kau menemukannya? Syukurlah." Kini suara Namjoon terdengar menyahuti.
Drak
"Berhasil. Aku sudah menghancurkannya." Ucap Jin Hee senang dengan lengan yang segera mengelap keringat di dahi. Meski heels sepatu nya patah sebagai resiko karena terus dipaksa menghancurkan benda keras.
Brak
Namun kesenangannya tak berlangsung lama. Maniknya bergulir cepat ke arah pintu yang menampakkan celah. Bersamaan dengan suara-suara keras para pria yang mungkin sejak tadi sudah menyadari keberadaannya.
"Bagaimana keadaan di bawah?" Wanita Go itu berdiri, melepas kedua heels nya dengan tangan bergerak cepat mengambil batang stand lamp yang segera ia patahkan menjadi dua. Menghasilkan sisi runcing yang sudah pasti akan ia gunakan sebagai senjata.
"Sensor sudah mati, semua anggota juga sedang mendobrak masuk. Kau tenang saja, tak perlu terburu-buru." Bukan Namjoon, bukan Jin, tapi Jungkook.
Ingin sekali Jin Hee memberitahu Namjoon untuk memutuskan koneksi nya dengan Jungkook. Ia khawatir kehilangan konsentrasi untuk kedepannya yang harus ia pastikan berjalan lancar.
KAMU SEDANG MEMBACA
The B-White | JJK √
FanfictionSometimes Black. Sometimes White. Black for everyone. White for her. The meeting between Black and White. Different. But together. ----- "Who's better? Black or White part of me?" ©2019, February (official publishing) STAY AWAY FOR PLAGIARIST 🪓🤪