(Don't play mulmed yet)
Jam makan malam sudah terlewati bersamaan dengan denting suapan terakhirnya, Jin Hee pamit beristirahat. Dengan merapatkan cardigan rajut di tubuh, tungkainya berjalan lambat menuju peraduan. Tak begitu menyadari beberapa pasang mata yang sedari tadi sudah menyorot tanya atas sikap nya petang ini.
Wajah cantik yang kini layu itu bergegas mengunci pintu, sekejap memejamkan mata sebelum mendudukan diri di atas ranjang. Diliputi keheningan dalam pikiran kosong, Jin Hee sekarang menyadari betapa tidak menyenangkannya memiliki kamar seluas rumah sewa nya. Rasa sepi seolah lebih mudah ia rasakan, pun mulai menyayangkan atas ketidakhadiran anjing peliharaannya.
Meluruskan kedua kaki, jemari Jin Hee menarik selimut untuk menutupinya. Menegakkan punggung selagi manik fokus menjelajahi riwayat pesannya dengan sang ibu panti. Tak ada balasan yang ia kirim.
"Terjadi sesuatu?"
Kepalanya sontak terangkat, manik bulat nya memandang terkejut atas presensi sang kekasih yang sudah berdiri tepat di depan ranjang nya. Spontan memikirkan cara lelaki Jeon itu bisa masuk ke kamarnya.
"Apa yang- Bagaimana bisa kau ada di sini?" Jin Hee menggeleng tak percaya kala manik lelaki itu sepintas menunjuk balkon sebagai jawaban.
"Kau tidak tahu kalau itu berbahaya?" Teguran itu keluar begitu saja dari bibir ranum nya, sementara Jungkook sekarang sudah duduk sila di hadapannya. Memandangi Jin Hee kelewatan intens. "Kau tidak tahu kalau aku Jeon Jungkook?"
Ah, benar juga. Jin Hee melupakan fakta satu itu. Pun, wanita itu hanya membuang nafas pelan sembari menundukan kepala nya. Jujur saja, Jin Hee masih ingin menghabiskan waktu nya sendirian. Beban yang dipikul nya akan terlalu menumpuk jika ia tinggalkan terus menerus.
"Kau menjadi pendiam hari ini."
Kalimat yang sangat tidak Jin Hee harapkan ternyata berhasil keluar dari mulut sang kekasih. Mencoba memaksakan sebuah senyum, ia lantas menjawab, "Diam dari mana? Aku pikir aku terlalu berisik hari ini. Kau tidak lihat ya seberapa berisiknya aku saat main salju tadi?"
Hening. Jin Hee tidak suka itu. Seolah menjelaskan betapa inginnya Jungkook mencari kejujuran dari manik hitam nya.
Pun, lelaki itu mendengus, "Hanya setengah hari. Tawa mu hanya bertahan setengah hari."
Pernyataan itu membuat Jin Hee bungkam. Tak mau membalas barang sekejap tatapan Jungkook.
"Kau bukan hanya menghindari ku saja, tapi semua orang."
Benarkah? Jin Hee bahkan tidak sadar sudah melakukan itu. "Terjadi sesuatu? Ada yang ingin kau coba katakan padaku?"
Oh shit, beribu umpatan Jin Hee ucapkan dalam benaknya. Seterbaca itukah wajahnya saat menyembunyikan sesuatu? Lalu bagaimana dengan selama ini? Bukankah kebohongan yang disimpannya sudah sedari awal ia tutupi? Apa Jungkook juga tahu sejak dulu jika Jin Hee mempunyai rahasia yang tak pernah ingin ia sampaikan?
"Ji?"
Apa ini kesempatannya untuk bisa bicara jujur pada Jungkook mengenai identitas Jin Hee yang sebenarnya?
Wanita itu menarik nafas setelah menekuk kedua lututnya, sekilas menyembunyikan wajahnya pada lipatan lengan yang ia gunakan untuk memeluk lutut. Tak lama, kepalanya kembali terangkat, menatap lamat manik hazel lelaki di depannya.
"Jungkook.. Sebenarnya aku," Ada jeda dalam suara pelannya. Mampu membuat kedua alis Jungkook terangkat menunggu.
"Aku," Mata itu, manik hazel yang selalu menjadi candu setiap detiknya masih betah menyoroti. Dengan sabar menunggu Jin Hee mengudarakan kejujuran mengenai sikap nya hari ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
The B-White | JJK √
FanfictionSometimes Black. Sometimes White. Black for everyone. White for her. The meeting between Black and White. Different. But together. ----- "Who's better? Black or White part of me?" ©2019, February (official publishing) STAY AWAY FOR PLAGIARIST 🪓🤪