Terror?

985 40 0
                                    

Dallya kini sedang berada ditoko buku yang lumayan jauh dari kost-nya dan lumayan dekat dari rumahnya.

Dallya yang sibuk memilih buku-buku novel dan buku pengetahuan mendalam tentang bisnis.

"Lo tuh harusnya sadar yah! Baca buku ga bakalan buat lo bisa mengatasi semuanya!" ucap wanita disebrang lemari buku.

"Tapi baca buku itu jendela ilmu ra! Dari baca gue bisa cari tau dan menganalisa! Gue mau jadi millenial yang ga cuma pintar nyinyir disosial media! Dan gue juga gamau jadi generasi muda yang trima plong apa-apa yang orang-orang sekitar kirim! Dari buku kita bisa tau mana yang hoax mana yang perlu dianalis! Baca buku itu pengalaman bagi gue ra!" Ucap pria tersebut.

"Lo! Gue nyesel pacaran sama kutu buku kek lo! Yang lebih mentingin buku-buku ga guna kek gini! Lo so suci! Lebih sering lo semua baca buku bakal lebih besar potensi habisnya pepohonan di dunia! Lo sadar ga!" ucap wanita tersebut dan melangkah pergi.

"Apa salahnya yah baca gitu? Sampe segitunya tuh orang, kan jaman sekarang juga ada buku yang ga berbahan dasar dari batang-batang pohon. Kalau dia punya pendirian untuk melindungi pohon kenapa dia ga coba pembaruan dan analisa seperti yang cowok itu sebut?" batin dallya.

"Ada-ada aja masalah percintaan warga +62 ini" Ucap dallya terheran-heran pada dirinya sendiri.

Setelah usai membayar dallya berlari untuk menghindari derasnya hujan kesebrang toko dimana disebrang toko tersebut terdapat minimarket.

Setelah Membeli beberapa cemilan dan air ia duduk didepan tempat yang sudah disediakan minimarket. Sembari menunggu hujan reda, dallya pun membaca buku yang baru saja ia beli tadi.

Sangking sibuknya dallya membaca ia tak sadar bila air sudah mengenangi kakinya sekitar 10cm.

"Mbak? Permisi, itu kakinya kebanjiran.." ucap tukang parkir di minimarket tersebut.

"Wualaah.. Ehh iyaa pak saya ga sadar, makasih yah pak" Ucap dallya.
.
.
.
"Anjirr! Gue kehipnotis sama buku kali yah ampe kaga sadar kalo banjir! Gimana cara pulangnya nih, hufttt.." Batin dallya.

"Pesen ojol ah!" dallya pun memesan ojol lewat handphonenya.

"Yaah! Kok gaada yang nerima sih!" keluhnya.

"Telphone rafaa aja ah!

Oyaa ngebahas soal raffa gue jadi inget tentang nama gue! Lucu deh kalo raffa manggil gue kinan, uhh maaf yah raffa gue emang sengaja malsuin nama belakang gue, gue ga mau identitas gue kebongkar sama orang baru, tapi nyatanya lo sekarang tau dan lo jadi sahabat gue hahah.. " batin dallya.

"Hallo raf? Tolong jemput gue bisa ga? Gue kejebak banjir nih." ucap dallya seetelah sambungan telphonenya diterima

"..."

"Apa! Motor lo kelelep banjir hahah! Kok bisaa sih.?"

"..."

"Yaudaah oke!" , dan dallya pun mematikan sambungan telphonenya sepihak.

Dallya pun menanti banjirnya surut didepan minimarket.

Dallya memandang sekeliling, dallya merasa dari tadi ada yang memantau pergerakannya. "Sial! Itu ibu-ibu kok dari tadi merhatiin gue yah!" Ucapnya.

"Stop it dall! Lo ga boleh berburuk sangkah sama orang!" ujar dallya membenarkan.

Dallya pun memutuskan untuk kedalam minimarket membeli ponco dan berjalan pulang kerumahnya.

Diperjalanan pulang dallya terus menerobos banjir, banjir yang memang hampir mencapai setinggi betis tak dihiraukan dallya, yang penting ia sampai dirumah daripada berlama-lama diminimarket.

Dallya bisa melihat dari kaca jalan bahwa ibu-ibu diminimarket tadi mengikutinya, dallya pun berinsiatif itu menggecohnya.

Dallya berjalan tak berarah, sudah seperempat jam dallya memutar-mutari jalan yang ia lewati.
Nampak bahwa ibu-ibu tersebut mengumpat kasar lalu menghampiri dallya tak mungkin ia urungkan niatnya lalu ia pun berlalu.

Dallya pun tersenyum bangga. "Gaada salahnya kan gue jalan-jalan bersama cuaca yang hujan mengelilingi tempat yang banjir, ini sangat menyenangkan!" ucap dallya. Dan meneruskan jalannya.

"Teror macem apa itu tadi? Dasar mak-mak! Kalo ngefans sama gue gausah segitunya jugeee kalee.." , ujar dallya pada dirinya sendiri (jiwa bar barnya pun keluar)

THE BAD BOY's AND BAD GIRL [LENGKAP!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang