Normal?

368 32 0
                                    

Belakangan ini gue ngerasa normal-normal aja , lagi pula siapa yang sih orang di abad 21 ini yg masih percaya tahayul?

dorr!
"ck! Siapa si yang main tembak-tembakan disini!"decit ku.

Aku tersadar dari lamunan ku dan ternyata itu bukan mainan! "cih! Dasar bodoh!" umpatku.

Gue melihat sekeliling , dan benar saja sudah pada menunduk ketakutan.

"Serahin duit!" ucapnya dengan menodongkan pistol.

"Sapa L? Lo tau kan ini bukan duit gue, mending lo cari deh duit halal, sono deh mending lo pergi ganggu pelanggan gue aja." ucap gue dengan selawnya.

Bahkan 2 senior gue yang sedang bersembunyi di bawah meja kasir itu menarik celana gue dan mengatakan kasih aja.

"ck, untung celana gue kaga kedodoran."

Dor!
Dia melepaskan tembakannya ke langit langit minimarket.

Gue berjalan mendekati lemari es dan mengambil air berasa untuk kuminum.

"Lo jangan main main deh! Gue perampok tau ga! Gue bawa pistol! Cepet serahin sekarang dan jangan ada yang berani laporin gue ke polisi." ucapnya.

Dia pun menarik salah satu pelanggan dan membekapnya serta menodongkan pistol di kepala orang itu.

"Serahin sekarang atau gue bunuh dia!" Ancamnya.

"lo pikir gue peduli? Dia bukan amanah yang harus gue jaga kan?" ucap gue santay dengan berjalan santay ke arahnya.

Orang orang mulai berbisik pelan.

"Lo udah gila ya!" ucap perampok tersebut.

"lo sebut gue gila? Terus lo apa? Sumber kegilaan? Yang bener aja!."

"kurang ajar!" ,dia pun membanting orang yang di todong dan mendorongnya menjauh, beberapa orang sudah mulai terisak.

Bahkan ada pandangan seolah olah berkata "are you kidding me? Lo siap mati beneran!"

"tangan kosong tanpa senjata? Deal?" ucap gue entah lah dia mengerti atau ga.

Dia pun mengantongi pistolnya dan menendang gue.

Syukur gue kaga kena.
"cuma segitu aja?" tanya gue.
Gue pun membalas, semakin rancu dan tidak kondusif, tampak kaget dan kewalahan.

"ini gerakannya? Yang diajarin bang Udin."

Gue liat dia ada ancang ancang mengambil pistol di kantung celananya.

Dan, buk!
Gue tendang pistolnya, gue banting dia, tapi dia dorong gue lagi.

"anjrit!" erangku.

"dada gue kepentok meja! Sakit banget anjir!"

Gue ngerasa dia udah bener bener mancing emosi gue.

"BRENGSEK!"
gue serang dia bertubi-tubi, sampe dia bener bener ga bisa ngontrolnya.

Bahkan saat dia terkapar pun gue masing meluapkan emosi gue.

Gue denger suara mobil polisi, dia berusaha kabur, tapi bergerak aja kayaknya dia sakit banget.

Gue tetep emosi, "SALAH LO UDAH BANGUNIN SINGA DALEM DIRI GUE!" baru gue mao tendang tapi rasa kemanusiaan gue tiba-tiba muncul, dan gue keluar gue yakin polisi butuh keterangan dari gue.

Jadi dengn pede nya gue masuk ke mobil polisi, polisi yang ngeliat gue melongo aja.

Gue liat dari jendela mobil polisi ini dia ga dimasukin ke mobil polisi tapi ke mobil ambulan.

"dek? Adek yng mau memberi kesaksian?" tanya bapak polisi, dan gue menganggukan kepala lalu tersenyum.

Gue terus megang dada gue, gatau kenapa itu lebih perih dari sebelum sebelumnya, gila! Gue pengen nangis tapi ya kali dah gue nangis apa kata yang baca?🤣

Setelah gue memberikan beberapa kesaksian, gue pulang, tapi gua minta dianterin pulang sama polisinya.

"kamu orang pertama dikantor polisi ini yang berani masuk ke mobil polisi dan bahkan minta dianterin pulang." ucap polisi muda itu dengan sembari tertawa.

"dompet saya ketinggalan diloker minimarket pak, saya cuma cape jalan kaki untuk saat ini." ucap gue berusaha sopan.

Gue mengarahkan polisi itu ke rumah belakang gue, POLISI itu juga ga boleh tau rumah gue.

"kamu belajar bela diri dari mana?" tanyanya.

"dari..?" sebentar gue coba nginget dari mana gue belajar begituan ya?

"dari.. Saya gatau pak." pasrah otak gue bebel keknya.

"saya yakin sebelumnya kau pasti sering berantem makanya dari situ kamu bisa sehebat itu bela dirinya."

"gak pak, saya biasa aja si, itu cuma kebetulan aja saya bisa ngalahin itu calon perampok."

"lho? Kok calon?"

"kan dia belum jadi ngerampok bapak. Pak disebalah sana belok kanan 17 rumah dari sebelah kiri tembok oren itu rumah saya pak."

"wow, segitu hafalnya sama berapa rumah di samping rumah mu yaah.." ucapnya.

Setelah sampai, gue mengucapkan terimakasih, dan dia pun pergi.

Gue masuk kerumah yang nampak sangat sepi itu, karna gue males balik ke kamar gue dibelakang rumah ini alhasil gue tidur dikamar rumah ini.

"apa ini yang dimaksud mamanya ila?" pikirku.

Gue yang lupa akan sesuatu pun segera bangkit, mengganti pakaian dan segera ke minimarket mengambil barang yang tertinggal lalu pergi ke suatu tempat.

Karna dirumah ini udah disediain satu motor butut, yang sengaja agar tidak mengundang kecurigaan, jadi gue gausah ribet-ribet pergi kerumah yang satunya.

Terserahlah ntar orang mau kta apa pas gue pake motor itu, toh nyatanya gue lebih suka banyak yang ga suka dari pada banyak yang suka tapi fake.

THE BAD BOY's AND BAD GIRL [LENGKAP!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang