Iruka tidak mengerti mengapa ia melakukan ini. Memeluk seorang Hatake Kakashi tak pernah terpikirkan dalam kepalanya. Hah, bahkan menjadi partnernya saja tidak pernah terlintas dalam pikiran Iruka. Semua ini terjadi begitu saja, sebuah takdir yang tidak pernah Iruka bayangkan sebelumnya.
Bahkan ketika Kakashi menyandarkan kepalanya pada bahu Iruka, ia masih tak mampu percaya bahwa yang berada di hadapannya adalah Hatake Kakashi, si ninja jenius yang tersohor seantero dunia shinobi. Jelas saja, sebagai ninja biasa, Iruka tidak sebanding dengannya. Terlebih lagi, sekarang sang ninja jenius itu sedang menangis di bahunya, karena mengenang murid-murid genin-nya. Benar-benar sisi lain dari seorang Hatake Kakashi.
Yang ia lakukan tadi hanya karena reflek, di keadaan normal, Iruka tidak mungkin terpikirkan untuk memeluk jonin jenius itu. Sekarang, saat tubuh keduanya telah saling menempel, Iruka malah jadi bingung sendiri. Ia terbiasa menangani anak-anak menangis, tapi ia tidak pernah menghibur orang dewasa, apalagi orang itu adalah seorang ninja jenius yang sangat tertutup dengan kehidupan pribadinya. Iruka hanya mengusap-usap punggung Kakashi, memberikan kata-kata semangat yang mirip seperti yang ia katakan kepada murid-muridnya di Akademi.
"Tenanglah Kakashi-san, tidak perlu bersedih aku akan menemanimu." Iruka berujar lembut, meski begitu ia merasa bodoh sendiri dengan kalimatnya.
Iruka merasakan tubuh besar Kakashi bergetar, hal yang tidak pernah Iruka bayangkan sebelumnya. Kesedihan macam apa yang membuat seorang Hatake Kakashi hingga menangis seperti ini.
"Em, Kakashi-san kau lapar bukan? Ayo makan biar aku yang traktir." Kakashi melepaskan diri, mengusap sisa air matanya dan tersenyum--yang hanya nampak dari sebelah matanya.
"Seharusnya aku yang mentraktirmu Iruka-sensei, kau kan sudah lelah berlatih."
"Ahaha tidak tidak, aku baik-baik saja. Lagipula, latihan baik untuk perkembanganku juga."
Kakashi menarik sudut bibirnya. "Haaa? Kenapa kau jadi nampak seperti Naruto, sensei?"
Wajah Iruka memerah. "Eh? Bu-bukan begitu, aku hanya er... "
Kakashi mengusap rambut Iruka. "Bercanda kok. Semangatmu bagus. Ngomong-ngomong, Iruka-sensei, bolehkah aku minta sesuatu?"
"Minta sesuatu?"
Kakashi mengangguk semangat.
"Yaah... Jika aku bisa melakukannya."
Kakashi tersenyum lebar di balik maskernya. "Bisakah kau lepaskan ikatan rambutmu?"
"Heeee??? Kenapa?"
Kakashi menggaruk belakang lehernya. "Yaah, sebentar saja Iruka-sensei, aku hanya er... Bagaimana mengatakannya ya? Menyukai rambutmu?"
Iruka menggigit bibirnya, Kakashi selalu saja mengatakan hal-hal aneh yang membuatnya tidak bisa berkata-kata.
"Ano, kalau kau keberatan tidak perlu dipaksakan, sensei."
Iruka mendongak, memandang wajah bermasker Kakashi. "Baiklah."
"Eh?"
Iruka menarik ikat rambutnya pelan-pelan. Entah kenapa, hanya membuka ikatan rambut saja seperti sedang ditelanjangi. Iruka tidak terbiasa menunjukkan rambut terurainya kepada orang lain. Memang, beberapa kali ia lupa mengikat rambutnya ketika memberikan chakra kepada Kakashi, tapi semua itu karena keadaan darurat, masalahnya, sekarang keadaannya berbeda.
Sementara Kakashi meneguk ludahnya. Ia sudah cukup lama penasaran dengan rambut si guru akademi ini. Sejak pertama kali ia bertemu dengan Umino Iruka di bawah pohon beberapa tahun yang lalu, Kakashi ingin sekali menyentuh rambutnya, namun hubungan mereka tidaklah sedekat itu, jadi Kakashi tidak berani melakukannya. Baru akhir-akhir ini saja ia berani menyentuh rambut Iruka, itu juga dengan kelakuan sok polos padahal girang luar biasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
KakaIru (ManXMan)
ФанфикApa kau tahu hal yang paling berat di dunia ini? . Udara . Udara yang kau hirup sebelum kematian. >>BREATH, dan cerita-cerita lainnya. I DON'T OWN THE PICTURE CREDIT TO THE ARTIST.