Tidak ada yang menarik dari menemani seorang tahanan berjalan-jalan. Kakashi tidak mengerti kenapa juga Ibiki menyuruhnya untuk berjalan-jalan dengan seorang tahanan. Meski sebelumnya si interrogator itu mengatakan bahwa Hanare memiliki ingatan tentang masa kecilnya, tetap saja Kakashi sama sekali tak ingat apapun.
Seandainya ia tidak harus melakukan kewajiban ini demi desa, Kakashi akan dengan senang hati melangkahkan kakinya menuju kediaman Iruka. Alasan minta makan, misalnya. Toh, Iruka akan dengan senang hati memasakkan makanan untuknya.
Sampai pada ketika seorang anak kecil menyenggol tubuhnya hingga tak sengaja mencium Hanare, rasanya benar-benar melelahkan. Meski ia hanya mencium Hanare dari balik maskernya, Kakashi merasa tidak enak entah karena apa. Tapi karena ciuman tak sengaja itu pula sharingan-nya tak sengaja terbuka dan melihat semuanya. Hanare memiliki kemampuan untuk menyimpan memori penting dalam salah satu matanya.
"Aku tak menyangka harus membunuhmu." Kakashi menarik kunai dari kantungnya.
Hanare tersenyum. "Tenang saja, aku sudah menghapus semua ingatan tentang desa ini. Kau tidak perlu khawatir."
Kakashi mengerutkan dahi. "Kau pikir aku akan percaya?"
"Kakashi, terima kasih untuk semuanya."
"Ha?"
Hanare terjun dari tebing sebelum Kakashi sempat mengejar. Selama pertukaran sandera, ia sebenarnya sudah ingin langsung membunuh Hanare. Memori yang ia simpan pada salah satu matanya membahayakan bagi desa apabila sampai ke tangan musuh.
Tapi, entah kenapa Kakashi tak melakukannya.
Kakashi kembali menutup sharingan miliknya. Ia melangkah gontai menuju pemakaman Konoha. Di saat seperti ini, menemui teman-teman lamanya adalah jalan terbaik.
Kakashi memasukkan kedua tangannya pada saku celana. Ia memenangi batu besar yang merupakan pusara bagi shinobi-shinobi yang mati karena misi. Kebiasaannya sejak lama.
"Obito... Hasrat membunuhku tak pernah sirna. Bahkan ketika aku bukan lagi seorang anbu. Apa yang harus ku lakukan? Aku bahkan pernah melukai rekan sesama Konoha."
Kakashi memejamkan matanya. Semilir angin menerpa wajah, seolah memberikan tanda bahwa Obito mendengar semua keluh kesahnya.
"Sekarang sharingan yang kau berikan memberikan dampak buruk untuk tubuhku. Ini mungkin karma karena dulu aku selalu menolak uluran tanganmu. Seandainya aku lebih cepat menerima pertemanan darimu..."
Kakashi kembali menghela napas. Langit sudah semakin jingga, sebentar lagi petang datang.
"Aku akan pulang sekarang, nanti kita bicara lagi." Kakashi mengusap batu besar itu kemudian melangkah pulang.
Di perjalanan pulang, Kakashi bertemu dengan teman-temannya. Beberapa kawan-kawan seangkatannya berkumpul di kedai dango. Asuma, Kurenai, dan Guy.
"Oi Kakashi kemarilah! Ayo kita makan dango sama-sama."
Kakashi melirik sekilas, namun enggan bergabung, ia berlalu begitu saja tanpa mengatakan apapun. Saat ini ia hanya ingin segera pulang, membaringkan tubuhnya dan segera tidur.
Kakashi sedikit melebarkan matanya ketika sampai di kediamannya. Bungkusan kain tergantung pada tuas pintu. Segera ia membawanya ke dalam.
"Dari siapa ya?" gumamnya sembari membuka bungkusan kotak bekal itu.
Kakashi tersenyum kecil ketika merasakan rasa masakan yang baru saja ia bawa masuk. "Iruka." gumamnya pelan.
*
KAMU SEDANG MEMBACA
KakaIru (ManXMan)
FanfictionApa kau tahu hal yang paling berat di dunia ini? . Udara . Udara yang kau hirup sebelum kematian. >>BREATH, dan cerita-cerita lainnya. I DON'T OWN THE PICTURE CREDIT TO THE ARTIST.