Healing (9)

3.2K 346 11
                                    

Iruka mengerjapkan mata. Rasa nyeri di seluruh tubuh membuatnya enggan bangun. Hal pertama yang tertangkap dalam penglihatannya adalah ruangan serba putih, selimut tebal dan bau obat yang menyengat. Hanya dengan Itu Iruka tahu bahwa sekarang dirinya ada di rumah sakit. Kilasan tentang latihan bersama Kakashi berputar di kepalanya.

Iruka melirik ke arah kiri, sosok Kakashi tengah duduk di lantai menyandar pada pintu kamar rumah sakit. Ia terpejam, dan Iruka sadar ada jejak air mata yang mengering di sebelah matanya yang nampak.

"Kakashi-san? Kenapa dia menangis?" Rasa khawatir menyelimuti hati Iruka. Melihat Kakashi duduk di lantai dengan jejak air mata yang mengering seperti itu jelas telah terjadi sesuatu. Pria bermasker itu

Iruka berusaha keras bangun meski rasa nyeri di sekujur tubuhnya seakan menusuk-nusuk. Beruntung, ia tidak dipakaikan infus sehingga tak ada kendala untuk pergi kemanapun.

Langkah kaki Iruka tertatih, tangan Kirinya memegangi perut yang terasa sangat kram. Sebisa mungkin ia menjaga pandangannya, juga menjaga keseimbangannya. Iruka yakin dirinya baru pingsan beberapa saat, tapi saat kaki telanjangnya menyentuh lantai marmer dingin, seperti menghantarkan aliran listrik yang membuatnya tersentak tanpa sadar.

Iruka berjongkok, menahan sengatan rasa sakit di sekitar punggungnya. Ia meringis sembari menggigit bibir bawahnya. Tangannya terulur, mengusap sisa air mata di sudut mata Kakashi, kemudian mengusap surai perak sang jonin pelan.

"Kakashi-san? Bangunlah, kau akan masuk angin kalau tidur di lantai."

Iruka berbisik sangat pelan, tak mau mengangetkan jonin bermasker itu.

Kakashi menggeliat pelan, ia membuka matanya perlahan yang seketika itu juga membelalak kaget karena melihat wajah Iruka tepat di hadapannya.

"I-Iruka?"

Iruka tersenyum lemah. "Kakashi-san, pindahlah ke sofa, nanti kau sakit."

Kakashi memandangi sosok di depannya. Wajah dan bibir yang pucat, rambut panjang tergerai, juga bekas darah di sudut bibirnya.

"Kau? Bagaimana bisa kau kemari? Kenapa kau tidak tidur?"

"Aku baik-baik saja Kakashi-san, sebentar lagi akan sembuh. Tenang saja."

"Tapi-" Kakashi kembali memandangi sosok di hadapannya.

"Maafkan aku karena tak begitu mahir dalam latihan. Sebagai guru akademi, aku sudah lama tidak diberi misi yang melibatkan fisik, jadi mungkin perlahan kemampuanku menurun."

Kakashi menggeleng. Tangan kanannya terulur, menyentuh kulit pipi Iruka perlahan. Sengatan rasa panas itu kembali menyerang Iruka. Ia hanya menunduk ketika Kakashi terus menyentuh wajahnya.

"K-Kakashi-san?"

"Syukurlah... Syukurlah... Syukurlah..." tangan Kakashi jatuh, bersamaan dengan air mata yang kembali mengalir dari sudut mata jonin itu.

Iruka hanya sekali melihat Kakashi menangis, malam itu ketika ia menceritakan murid-murid genin-nya. Setelahnya, Kakashi kembali menjadi sosok yang biasanya dan tak pernah mengungkit hal itu kembali.

"Ada apa Kakashi-san? Apa ada tubuhmu yang sakit?"

Kakashi menggenggam pergelangan tangan Iruka erat-erat. Ia tak mengatakan apapun, hanya genggamannya saja yang terasa aneh. Tangan Kakashi bergetar.

"Kakashi-san? Ada masalah apa?"

Bahkan meski Iruka terus-terusan menanyakan apa penyebab tingkah aneh Kakashi, jonin itu sama sekali tak menjawab. Kakashi menyandarkan kepalanya pada pundak Iruka, yang saat itu juga sadar, bahwa ada beban berat yang dibawa rekannya ini, hingga membuatnya jadi seperti ini.

KakaIru (ManXMan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang