Healing (17)

2.6K 321 20
                                    

Iruka membungkuk, bertumpu pada kedua lututnya. Napasnya putus-putus dan keringat membanjiri seluruh tubuhnya. Seluruh pakaiannya nyaris basah oleh keringat. Ini sudah kesekian kalinya ia berlatih raiton dengan Kakashi, dan sampai saat ini ia belum bisa memusatkan raiton miliknya agar bisa lebih kuat dan membentuk raikiri.

Kakashi hanya diam, memandang Iruka yang kelelahan. Sejak tadi Kakashi sudah menyuruh Iruka istirahat, karena chakra milik guru akademi itu juga menipis. Berlatih elemen membutuhkan banyak chakra, tapi Iruka tak menggubris dan mengatakan dia masih kuat. Sedikit lagi ia memaksakan diri, ia bisa pingsan karena kelelahan.

"Aku hhhhh... Pasti bisa, Kakashi-san hhh... Lihat saja nanti."

Kakashi menghela napas. "Jangan memaksakan diri, bersemangat itu perlu tapi daya tahan tubuh yang utama. Kau bisa pingsan jika terus-terusan seperti ini."

"Tapi aku harus menguasainya."

Kakashi mengaruk tengkuknya, kenapa Iruka mendadak jadi keras kepala seperti Naruto?

"Iruka-sensei, teknik elemen tidak bisa dikuasi dalam sekali latihan, kau pasti tau itu 'kan?"

Iruka ambruk, jatuh terduduk dengan dada yang semakin sesak. Tentu saja ia tahu. Chunin rendah yang sudah mengalami berbagai macam penghinaan karena kelemahan tentu sudah mengerti bahwa jurus apapun tak akan bisa dikuasi hanya dalam sehari. Apalagi untuk Iruka yang chakra nya lebih lemah dari Kakashi.

Kakashi mendekat, menarik tangan kanan Iruka dan membuatnya berdiri. "Ayo istirahat di bawah pohon itu."

Iruka mengangguk, tak lagi melawan. Bagaimana pun yang dikatakan oleh Kakashi memang benar.

Kakashi memberikan minumannya kepada Iruka yang dalam sekejap langsung habis diminum. Kulit tan Iruka tampak bersemu merah, mungkin karena kepanasan. Rambut panjangnya acak-acakan, bahkan ikat rambutnya nyaris lepas saking berantakannya.

"Maaf, Kakashi-san aku hanya... KAKASHI-SAN!"

"Ha? Ada apa?"

Iruka beranjak, memegang kedua pipi Kakashi dengan tangannya sendiri.

"M-Matamu..."

Kening Kakashi mengerut. "Mataku kenapa?"

Iruka menarik ikat kepala Kakashi, membuat surai peraknya berantakan. Ia segera melonggarkan rompinya sendiri, mempertontonkan lehernya.

"Kau harus segera menghisap chakra ku Kakashi-san."

"HAH?"

Iruka mengangguk. "Ayo! Sebelum mata mu kembali kambuh, ini untuk pencegahan. Cepat Kakashi-san."

Kakashi menahan kedua bahu Iruka, membuatnya berhenti mendekat. "Kau ini kenapa Iruka-sensei? Mataku baik-baik saja kok."

Iruka mendekat, membuat hidung mereka nyaris bersentuhan. "Sharingan milik mu bercahaya seperti waktu pertama kali kita bertemu di dekat gerbang desa Kakashi-san. Memang belum terasa sakit 'kan? Tapi bagaimana jika yang waktu itu terulang lagi? Dan memang kali ini sudah cukup lama kau tidak meminta asupan chakra dariku. Maka dari itu aku..."

Kakashi meletakkan telunjuknya pada bibir Iruka membuatnya berhenti meracau dalam kepanikan.

"Oke oke, aku akan menghisap chakra mu jadi berhentilah panik dan membuat ku semakin bingung."

Iruka menunduk. "Ma-Maafkan aku." cicitnya pelan.

Kakashi menghela napas, ia menarik maskernya turun memperlihatkan ekspresinya yang sebenarnya. Iruka tak mengerti, kenapa wajah Kakashi selalu tampak lelah, atau begitu datar dalam situasi apapun. Ketika pria itu tersenyum cerah pun, senyum itu tampak hanya topeng saja tak ada yang benar-benar tulus. Hingga saat ini.

KakaIru (ManXMan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang