Healing (16)

2.6K 304 20
                                    

"Bagaimana?"

Iruka berdiri menggaruk tengkuknya. Tsunade menatap Iruka lekat dengan dagu menopang pada sebelah telapak tangan.

"Yah... Ku rasa perkembangannya cukup baik. Kakashi-san sudah cukup lama tidak kambuh."

Tsunade mengangguk-angguk. "Sepertinya perkiraan ku memang benar."

"Maaf?"

"Emosi Kakashi stabil, ia tak merasakan tekanan batin, dan ku rasa cukup bahagia makanya sharingan miliknya baik-baik saja. Aku sudah lama tidak memberinya misi berat demi mencari jawaban apakah hipotesis ku benar. Dan ya! Semuanya sesuai dugaan ku."

"Tsunade-sama melakukan percobaan?"

Wanita berambut pirang panjang itu mengangguk bangga. "Mungkin hal ini agak aneh. Sejak dulu aku hanya belajar medis secara fisik, untuk kondisi psikis aku tak punya ilmu yang cukup selain hanya mengandalkan buku-buku di perpustakaan Konoha."

"Lalu Kakashi-san baik-baik saja karena dia tidak stress?"

Tsunade mengangguk. "Aku cukup lega karena partner Kakashi adalah kau. Meski kalian berdua sangat berlawanan, itulah yang membuat semuanya berjalan lancar. Aura ceria mu sedikit-sedikit mempengaruhinya. Aku kira Kakashi tak akan mengatakannya, tapi aku yakin dia senang berada di dekat mu."

"B-benarkah?"

"Ya. Kau harus tetap menjaga perasaannya. Lubang di hatinya berangsur-angsur tertutup dan ku harap hati anak itu tak kembali jatuh dalam kegelapan."

Iruka mengangguk. "Kalau begitu aku permisi dulu, Tsunade-sama."

Tsunade mengangkat sebelah alisnya. "Buru-buru sekali? Biasanya kau di sini cukup lama."

Iruka tertawa sembari mengusap tengkuknya. "A-Ano, Kakashi-san nengajak ku berlatih hari ini, katanya sebagai penebusan yang waktu itu. Dia juga berjanji tidak akan terlalu keras padaku."

"Begitu? Baguslah. Berjuanglah, Iruka."

"Terimakasih, Tsunade-sama."

---

Iruka berjalan santai seperti biasa. Ia memang tak akan telat, lagipula mengingat reputasi telat Kakashi, rasanya Iruka tidak perlu khawatir jonin bermasker itu akan sampai lebih dulu. Setidaknya begitulah pikiran Iruka sebelumnya. Tapi ketika ia sampai di lapangan latihan ketiga, sosok yang diragukannya akan datang tepat waktu malah sudah ada di sana. Berdiri bersandar dengan novel favorit miliknya.

"Kakashi-san sudah sampai? Maafkan aku, ku kira kau akan..."

"Telat?" Kakashi tertawa di balik maskernya. "Tenang saja, aku memang biasanya begitu jadi tak heran kalau kau juga menganggapnya begitu."

"Eh? Bu-bukan maksud ku begitu Kakashi-san, aku hanya mengira..."

"Sudahlah tenang saja, tidak masalah kok."

"Benar?"

Kakashi mengangguk. Ia memasukkan novelnya ke dalam kantung senjata. "Kau mau latihan apa dulu dengan ku, kali ini aku akan mengikuti mau mu agar kejadian terakhir kali itu tak terulang."

"Lupakan saja yang waktu itu, Kakashi-san. Aku memang lemah, makanya sampai terluka."

Kakashi maju dan memegang kedua pundak Iruka. Ia mendekatkan wajahnya, membuat kedua bola mata mereka saling bertatapan lekat.

Wajah Iruka terasa panas, ia tak tahu apa maksud perlakuan Kakashi padanya. "K-Kakashi-san?"

Kakashi mengangguk. "Aku suka sorot matamu, tampak sangat meyakinkan." Ia menjauhkan wajahnya.

KakaIru (ManXMan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang