"Tsunade-sama bilang kita harus menemuinya segera. Dia ingin mencoba sesuatu, sekaligus menguji reaksi... Hm... Apa ya katanya tadi, pokoknya sesuatu yang berkaitan dengan sharingan ku dan chakra mu." Jelas Kakashi.
Iruka mengangguk. "Tapi Kakashi-san bukannya baru pulang dari misi? Apa kau tidak butuh istirahat dulu?"
Kakashi tertawa di balik maskernya. "Tenang saja, aku 'kan Hatake Kakashi. Hal-hal semacam ini sudah biasa untuk ku."
Iruka ikut tersenyum. Ngomong-ngomong, Kakashi tampak lebih ceria hari ini. Kira-kira kenapa? Iruka jadi penasaran.
Mereka berdua masuk ke ruang Hokage. Tsunade dan Shizune berdiri dengan senyum cerah yang membuat Iruka ikut tersenyum dan Kakashi memicing curiga. Ia sudah terlalu sering berurusan dengan dua wanita itu. Ada banyak buku-buku pengobatan yang terbuka di mejanya, dan oh? Apakah itu sebuah sofa besar di dekat jendela?
"Ada apa Tsunade-sama memanggil kami?"
"Santailah, Kakashi. Kau selalu saja mencurigaiku."
Kakashi mengaruk surai peraknya. Bagaimana tidak curiga? Wanita setengah abad itu selalu saja penuh dengan ide-ide aneh untuk mencoba sesuatu. Kali ini, perihal sharingan dan chakra Iruka cukup rumit untuk ditangani, sudah pasti akan ada cara-cara aneh lain yang dipikirkan oleh Tsunade. Kakashi hampir-hampir selalu waspada ketika melihat senyum secerah matahari milik Tsunade. Otak wanita itu selalu penuh dengan trik-trik aneh.
"Jadi setelah sekian lama aku mempelajari tentang masalah kalian hingga menghabiskan berlembar-lembar jurnal pengobatan milikku, aku ingin melakukan sebuah tes pada kalian."
Kening Iruka mengerut samar. "Tes? Semacam mengambil sampel darah?"
Tsunade menggeleng. "Tes ini tentu saja berbeda dari tes-tes kesehatan biasa."
Kakashi merasakan hawa tidak enak melihat senyum Tsunade. Kakashi akan sangat lega kalau mereka diperintahkan untuk duduk di rumah sakit, menjalani prosedur tes laboratorium sebagaimana mestinya. Sayangnya, sepertinya Tsunade telah berpikir lain dan hendak melakukan tes nyeleneh saking sulitnya kasus yang mereka hadapi kali ini.
"Jadi tes apa yang harus kami jalani?" Tanya Iruka, lagi.
"Aku harus menguji detak jantung, adrenalin, reaksi tubuh masing-masing, dan tentu saja sharingan Kakashi."
"Caranya?" Kakashi akhirnya bertanya. Terlalu penasaran dan waspada dengan apa yang akan dilakukan Tsunade.
"Ini cara sederhana saja sebenarnya, sekalian aku mau melihat kondisi psikis kalian."
"Tapi Tsunade-sama tidak menggeluti soal psikis 'kan?"
Tsunade mengangguk. "Tenang saja, Kakashi. Aku tidak akan memvonismu gila atau semacamnya, aku hanya ingin menguji reaksi sebagaimana manusia."
"Penjelasannya membingungkan, Tsunade-sama."
"Ya, ya, ya. Sekarang lebih baik kau duduk di sofa itu dan Iruka duduk di pangkuanmu."
"Eh?"
"EEEEEEEEEEHHH?!" seru Iruka dan Kakashi bersamaan.
Wajah Iruka merah padam. "A-Apa maksudnya, Tsunade-sama? Bukankah kita akan melakukan tes?"
Shizune memegangi perutnya, menahan tawa yang sejak tadi hendak meledak. Tes yang dikatakan Tsunade memang cukup konyol dan memalukan. Shizune kontan menyemburkan tawa ketika Tsunade mengatakannya pertama kali. Tapi tetap saja, keyakinan Tsunade selalu penuh, dan Shizune mempercayainya. Makanya, tes ini benar-benar dijalankan.
"Justru itu! Tes ini untuk menguji reaksi kalian masing-masing. Apa kalian tidak penasaran mengapa sharingan Kakashi hanya cocok dengan chakra Iruka? Atau, kenapa kalian juga tak penasaran mengapa harus Iruka? Sharingan bekerja karena kondisi psikis pemiliknya, perasaan mendalam, rasa sakit, dan semacamnya. Lalu, ketika tiba-tiba sharingan bereaksi dan memberontak, satu-satunya obat hanyalah chakra, lebih dari itu hanya satu chakra yang cocok. Kalian pikir itu tidak berarti apa-apa? Kalian kira itu semua hanya kebetulan?"
Kakashi dan Iruka terdiam. Kakashi memang cerdas, dan Iruka sendiri juga lumayan. Tapi pemikiran Tsunade selalu tak mampu dilampaui dalam hal semacam ini. Semua hal konyol atau nyeleneh yang akan dilakukan Tsunade mendadak masuk akal karena penjelasannya.
Kakashi dan Iruka saling berpandangan. Bagaimana pun, ini juga untuk kebaikan mereka sendiri.
Kakashi menghela napas, kemudian beranjak menuju sofa, mendudukkan dirinya sebagaimana perintah Tsunade.
"Iruka, sekarang giliranmu." seru Tsunade.
Iruka mengangguk pelan. Ini bukannya pertama kali ia berada dalam jarak dekat dengan Kakashi atau kontak fisik dengannya. Beberapa kali, mereka bahkan sudah berciuman. Entah Kakashi ingat atau tidak, yang pasti semua hal yang mereka berdua lakukan, Iruka mengingatnya, sampai pada hal terkecil sekalipun. Tapi melakukan hal seperti ini di depan orang lain rasanya benar-benar memalukan. Seorang sensei Akademi duduk di pangkuan jonin elit dan berhadapan dengan dua medic-nin? Jelas semua orang akan berpikir ini konyol. Tapi jika itu Tsunade yang mengatakannya, mereka mana bisa melawan.
"Ada yang kalian rasakan?" Tanya Shizune memastikan. Ia berputar, mengamati dengan seksama. Kedua wanita itu benar-benar tampak serius dalam tes aneh ini.
Iruka menggigit bibirnya. Padahal ia baru duduk di pangkuan Kakashi dalam jangka waktu yang singkat, tapi rasanya lama sekali. Jujur saja, Iruka ingin segera kabur dari situasi seperti ini. Benar-benar tidak baik untuk jantungnya.
"Iruka-san sepertinya merasakan sesuatu." tebak Shizune. Wanita itu mendekatinya, memandangi wajah Iruka lekat-lekat.
"Wajahmu merah sekali, Iruka-san. Kau baik-baik saja?"
Batin Iruka menjerit heboh. Ia tak tahan dalam situasi seperti ini. Mana bisa ia bersikap tenang kalau paha yang sedang ia duduki adalah milik Hatake Kakashi.
"Kakashi-san? Bagaimana denganmu?"
"Nyaman."
"Eh?" Ketiganya kompak melongo. Benar-benar tidak mengira jawaban Kakashi akan seperti itu.
"Er... Maksudku, ya... Ku rasa posisi seperti ini lebih nyaman untukku menghisap chakra Iruka." Kakashi tanpa sadar mendekat, menghirup aroma tubuh Iruka bak seorang vampir. "A-aku ingin chakra mu." gumamnya pelan.
"Kakashi-san?"
Kakashi tak mengatakan apa-apa. Ia menggunakan tangan kirinya untuk menutupi setengah wajahnya sementara tangan yang lain menurunkan masker. Iruka nyaris berteriak ketika Kakashi menancapkan giginya pada leher Iruka. Ini berbeda. Benar-benar berbeda. Mereka tidak melakukan transfer chakra dengan menggigit. Kakashi hanya perlu menghisap leher Iruka saja. Lalu kenapa?
Tsunade bekerja cepat. Ia memasang segel, sebuah cahaya hijau pudar berpendar melalui tangannya. Ia mengarahkan chakranya pada seluruh tubuh Kakashi.
"Shizune!"
"Siap!" Shizune mencatat segalanya. Apapun yang ia lihat. Mereka sama sekali tak berkomunikasi, hanya saling berinteraksi lewat gerakan mata saja.
Iruka mencengkam rompi shinobi Kakashi sembari menggigit bibirnya sendiri. Bagaimanapun, gigitan Kakashi tetaplah sakit. Iruka tidak mengira hal ini akan terjadi. Sudah cukup lama sharingan Kakashi tidak bereaksi macam-macam. Kali ini pun, rasanya tidak ada semacam cahaya merah yang berpendar seperti sebelum-sebelumnya dari sharingan Kakashi.
"Kakashi-san..." rintih Iruka pelan. Ia tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi, dan mengapa Kakashi tiba-tiba menggigitnya.
TO BE CONTINUE
A/N: Mind to vote or comment?
KAMU SEDANG MEMBACA
KakaIru (ManXMan)
FanfictionApa kau tahu hal yang paling berat di dunia ini? . Udara . Udara yang kau hirup sebelum kematian. >>BREATH, dan cerita-cerita lainnya. I DON'T OWN THE PICTURE CREDIT TO THE ARTIST.